TIMES BANYUWANGI, PACITAN – Harus menjadi agen perubahan, Kepala Kejaksaan Negeri Pacitan (Kajari Pacitan), Eri Yudianto, mengajak para pelajar dan mahasiswa untuk menghidupkan kembali pers kampus dan sekolah.
Hal itu disampaikan saat menjadi pemateri Workshop Jurnalistik dan Sosialisasi Melek Hukum kerja bareng Komunitas Rumah Jurnalis dengan Kejaksaan Negeri Pacitan di gedung pertemuan Pandan Kurung Sea View Teleng Ria, Selasa (18/2/2025).
Menurutnya, kebebasan pers sudah dijamin oleh undang-undang, dan mahasiswa memiliki peran penting dalam menjaga independensi serta kualitas jurnalistik di lingkungan akademik.
"Pers kampus itu wadah kritis dan kreatif bagi mahasiswa. Jangan sampai mati. Harus dihidupkan kembali," katanya.
Workshop ini bertujuan memperkenalkan dunia jurnalistik kepada para generasi muda, sekaligus memberi wawasan mengenai pentingnya kesadaran hukum dalam karya jurnalistik.
Dalam kesempatan itu, Eri mengenang masa-masa dirinya menjadi Pimpinan Redaksi Pers Kampus Tegalboto Universitas Jember pada 1992.
Ia juga termasuk salah satu tokoh pers kampus yang ikut mendeklarasikan Aliansi Jurnalis Independen (AJI), organisasi yang dipelopori oleh Gunawan Muhammad dari Tempo.
"Sesuatu peristiwa kalau tidak ada sejarahnya, arah tujuannya tidak akan tercapai. Pers dari masa ke masa selalu berkaitan dengan ruang dan waktu, tergantung pada kepentingan era tersebut," ujar Eri.
Ia mencontohkan bagaimana kepentingan propaganda pada 1744-1746 melahirkan Bataviase Nouvelles, sedangkan pada 9 Februari 1933, pers nasional mulai bangkit dengan tujuan memperjuangkan kemerdekaan.
Sementara itu, pada era Orde Baru, profesi wartawan memiliki tantangan besar karena proses seleksi yang sangat ketat.
Eri juga menceritakan pengalamannya menulis di Surabaya Pos tentang kelangkaan bulu merak untuk Reog Ponorogo serta aktivitas pencinta alam yang mengambil bunga Edelweiss.
"Semasa masih mahasiswa saya juga sering menulis hal-hal yang kritis, namun berdasarkan fakta dan data yang lengkap, bahkan dapat honor berkat tulisan itu," ungkapnya sambil tertawa lebar.
Eri yang pernah menjadi pimpinan redaksi pers kampus di Universitas Jember itu, mengingatkan pentingnya kebebasan pers yang diatur dalam Undang-Undang dan peran pers dalam sejarah Indonesia.
"Pers dari masa ke masa punya peran penting, mulai zaman kolonial hingga reformasi," ujarnya mengenang.
Lebih lanjut, Eri juga mengapresiasi kegiatan ini. Menurutnya, di tengah derasnya arus informasi digital, peran jurnalis muda sangat krusial. Ia berharap kegiatan serupa bisa digelar lebih sering.
"Jurnalis kampus dan sekolah harus bisa menjadi agen perubahan, menyampaikan informasi dengan benar dan bertanggung jawab," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, Ketua Komunitas Rumah Jurnalis Pacitan, Rojihan, menekankan bahwa menjadi jurnalis bukan hanya soal menulis berita, tetapi juga memahami etika dan hukum yang mengiringinya.
"Belajar jurnalistik itu bukan sekadar menulis, tapi juga bagaimana menyampaikan informasi secara etis dan sesuai aturan hukum. Ini penting agar jurnalis muda bisa bertanggung jawab," tegasnya.
Ia berharap para peserta bisa menularkan ilmu yang diperoleh kepada teman-temannya, memperluas pengaruh positif terhadap dunia pendidikan dan jurnalistik di Pacitan.
Sesi terakhir workshop dipandu oleh jurnalis Times Indonesia, Yusuf Arifai. Ia mengajak peserta untuk lebih kritis dalam memilah informasi dan memahami teknik dasar jurnalistik.
"Kita harus menulis berita yang akurat, objektif, dan sesuai dengan kaidah jurnalistik," katanya.
Pentingnya Jurnalisme Positif
Tak lupa, ia mengingatkan pentingnya jurnalisme positif yang tidak hanya menyampaikan fakta, tetapi juga harus memberikan solusi dan membangun citra bangsa yang lebih baik.
"Ruh berita ada pada inovasi dan inspirasi yang bisa berdampak sosial," ujar Yusuf.
Selain itu, Komunitas Rumah Jurnalis Pacitan juga mengadakan lomba menulis. Lima karya terbaik akan dipublikasikan di media yang tergabung dalam komunitas tersebut.
Workshop yang diikuti 50 pelajar dan mahasiswa tersebut diharapkan dapat melahirkan lebih banyak jurnalis muda Kabupaten Pacitan yang tidak hanya terampil menulis, tetapi juga sadar hukum dalam setiap pemberitaan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Kajari Pacitan Dorong Kebangkitan Pers Kampus hingga Sekolah Menjadi Agen Perubahan
Pewarta | : Yusuf Arifai |
Editor | : Deasy Mayasari |