https://banyuwangi.times.co.id/
Berita

Peneliti Ungkap Pemicu Kehidupan Awal di Bumi

Selasa, 05 November 2024 - 13:16
Peneliti Ungkap Pemicu Kehidupan Awal di Bumi Ilustrasi: Meteor sebesar 40 km - 60 km menghantam bumi. (Foto: Getty Images)

TIMES BANYUWANGI, JAKARTA – lmuwan megungkap sebuah meteorit raksasa yang pertama kali ditemukan pada 2014 terbukti menyebabkan tsunami terbesar dalam sejarah dan mendidihkan lautan. Mereka mengungkap bahwakejadin ini menjadi titik kehidupan awa di mka bumi.

Penelitian tersebut dimuat melalui jurnal ilmiah Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS). Jurnal tersebut membahas secara detail ukuran bentuk serta bagaimana dampaknya tehadap Bumi.

Meteorit ini diperkirakan 200 kali lebih besar dari asteroid yang memusnahkan dinosaurus, dan menghantam Bumi ketika planet kita masih dalam tahap awal pembentukan sekitar tiga miliar tahun lalu.  

Untuk mempelajari dampaknya, para ilmuwan mendaki ke wilayah Eastern Barberton Greenstone Belt di Afrika Selatan. Mereka membawa palu besar untuk memecahkan batu-batu di lokasi tabrakan.

Profesor Nadja Drabon dari Universitas Harvard, pemimpin penelitian ini, mengatakan bahwa dampak asteroid besar ternyata tidak hanya menghancurkan, tetapi juga membantu kehidupan awal di Bumi berkembang.  

“Kami tahu bahwa setelah Bumi terbentuk, masih banyak puing luar angkasa yang menabrak Bumi. Tapi sekarang kami menemukan bahwa kehidupan ternyata sangat tangguh setelah beberapa tabrakan besar ini, dan justru berkembang pesat,” tambahnya seperti dilansir dari BBC.

Ukuran dan Dampak Luar Biasa  

Meteorit yang diberi nama S2 ini jauh lebih besar daripada asteroid yang memusnahkan dinosaurus, yang berukuran sekitar 10 km. S2 memiliki diameter 40-60 km dan massa 50 hingga 200 kali lebih besar.

Sesuai yang tertulis di dalam jurnal tersebut ketika menghantam Bumi yang saat itu masih berupa planet penuh air dengan hanya beberapa benua kecil, S2 menciptakan kawah raksasa dengan diameter 500 km.  

Tabrakan tersebut melepaskan bebatuan dalam kecepatan tinggi. Peristiwa tersebut membentuk awan partikel yang menyelimuti Bumi.

Drabon menggambarkan dampaknya seperti hujan, tetapi bukan air yang turun melainkan tetesan batuan cair. Tsunami besar pun melanda seluruh planet, menghancurkan dasar laut dan membanjiri garis pantai.  

Kehidupan Bertahan dan Berkembang  

Dampak meteorit ini menghasilkan energi yang sangat besar hingga merebus lautan dan meningkatkan suhu udara hingga 100 derajat Celsius. Langit menjadi gelap karena debu dan partikel yang menghalangi cahaya matahari, memusnahkan organisme yang bergantung pada fotosintesis.

Namun, temuan terbaru menunjukkan bahwa tabrakan ini justru membawa nutrisi penting seperti fosfor dan zat besi yang mendukung kehidupan mikroba.  

“Ternyata kehidupan bukan hanya bertahan tetapi segera pulih dan berkembang dengan cepat,” kata Drabon. Dia menggambarkan fenomena ini seperti bakteri yang kembali muncul setelah kita menyikat gigi—mereka pulih dengan cepat.  

Penelitian ini menambah pemahaman ilmuwan bahwa dampak asteroid besar di masa kehidupan awal Bumi sebenarnya menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi kehidupan untuk berkembang. Tsunami besar yang melanda seluruh planet juga membawa air kaya zat besi dari kedalaman laut ke permukaan, memberikan energi tambahan bagi mikroba awal. (*)

 

Pewarta: Muhammad Ali Rohmatulloh

Pewarta :
Editor : Khodijah Siti
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.