TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Di tengah gempuran tren kerja digital dan mimpi menjadi seleb media sosial, gamer, hingga YouTuber, kisah Nurkholis justru datang dari ladang cabai. Petani asal Desa Karangsari, Kecamatan Sempu, Banyuwangi, Jawa Timur ini membuktikan bahwa bertani bukanlah profesi kelas dua. Sebaliknya, pertanian adalah ladang cuan bagi siapa pun yang mau serius menekuninya.
“Kalau jadi petani itu tidak ada ruginya, asalkan benar-benar ditekuni,” tutur Nurkholis, Sabtu (13/12/2025).
Nurkholis mulai terjun ke dunia pertanian sejak usia 18 tahun. Pengalaman bertahun-tahun menanam cabai mengajarkannya satu hal penting yakni kunci kesuksesan ada pada semangat, konsistensi, dan keberanian mengambil risiko. Bahkan kini, dia tak ragu menyebut penghasilannya mampu bersaing dengan profesi yang sedang tren di era digital.
“Yang saya rasakan sebagai petani, kalau kita giat dan sungguh-sungguh menekuni pertanian, hasilnya tidak kalah dengan pekerjaan yang lagi tren saat ini,” ujarnya.
Perjalanan Nurkholis tidak instan. Dia memulai dari lahan kecil, lalu secara bertahap memperluas garapan. Kerja keras itu berbuah manis. Tak hanya meningkatkan kesejahteraan keluarganya, keberhasilan Nurkholis juga berdampak besar bagi masyarakat sekitar.
“Hingga saat ini saya bisa mempekerjakan tenaga kerja kurang lebih sekitar 500 orang,” ungkapnya.
Menurutnya, keberhasilan bertani seharusnya tidak dinikmati sendiri. Justru, manfaat terbesar dari sektor pertanian adalah ketika hasilnya mampu menggerakkan ekonomi banyak orang.
“Jadi bukan hanya untuk kita sendiri sebagai petani, tapi manfaatnya juga dirasakan masyarakat yang bekerja bersama kita,” jelasnya.
Nurkholis pun membeberkan hitung-hitungan bisnis yang membuat profesi petani layak dilirik generasi muda. Untuk menggarap satu hektare lahan cabai, dibutuhkan modal awal sekitar Rp150 juta, dengan total biaya produksi hingga panen mencapai kurang lebih Rp250 juta.
Namun, potensi pendapatannya jauh melampaui modal tersebut. Dalam satu hektare lahan terdapat sekitar 20.000 pohon cabai. Dengan asumsi konservatif satu pohon menghasilkan satu kilogram cabai, total panen bisa mencapai 20 ton.
“Kalau harga cabai Rp20.000 per kilogram saja, hasilnya sudah Rp400 juta,” katanya.
Artinya, dalam satu musim tanam cabai selama sekitar lima bulan, keuntungan bersih yang diperoleh bisa mencapai Rp150 juta. Itu pun masih hitungan minimal.
“Kalau harga cabai naik sampai Rp80.000 per kilogram, ya tinggal dihitung sendiri,” ucap Nurkholis sambil tersenyum lebar.
Kepada generasi muda yang masih ragu menekuni sektor pertanian, Nurkholis menyampaikan pesan singkat namun menohok.
“Jangan lihat dari penampilannya sebagai petani, tapi lihat hasilnya. Pertanian itu menjanjikan kalau dikelola dengan serius,” pungkasnya, mengajak anak-anak muda berani terjun ke sektor pertanian sebagai sumber kemakmuran dan masa depan yang cerah. (*)
| Pewarta | : Fazar Dimas Priyatna |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |