TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Menghadapi perubahan cuaca yang semakin ekstrem, Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengajak masyarakat untuk lebih aktif dalam mengelola sampah dan menjaga kebersihan lingkungan. Langkah ini diharapkan dapat membantu mencegah bencana seperti banjir dan tanah longsor akibat saluran air yang tersumbat.
Cuaca yang tidak menentu, dengan peralihan antara hujan deras dan panas terik, meningkatkan potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat, angin kencang, serta banjir di wilayah rawan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi terus melakukan upaya mitigasi dengan melibatkan partisipasi masyarakat.
“Kami mengajak seluruh masyarakat untuk aktif menjaga lingkungan dan mencegah sumbatan di saluran air. Upaya ini akan membantu kita menghadapi potensi banjir dan tanah longsor yang dapat terjadi sewaktu-waktu,” ujar Ipuk, Rabu (19/3/2025).
Ipuk menekankan pentingnya langkah nyata, seperti menjaga kebersihan sungai, mengelola sampah rumah tangga dengan baik, serta mengadakan kerja bakti secara rutin. Pemerintah juga terus menggencarkan edukasi dan sosialisasi tentang pengelolaan sampah yang baik agar masyarakat lebih sadar akan pentingnya menjaga lingkungan yang bersih dan sehat.
Sementara itu, prakirawan Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas III Banyuwangi, Anjar Triono Hadi, menjelaskan bahwa cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi selama masa pancaroba atau peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
“Cuaca ekstrem sering ditandai dengan kondisi cerah di pagi hari, lalu di siang hari tumbuh awan Cumulonimbus yang menjulang tinggi dengan warna gelap. Kehadiran awan ini menjadi pertanda datangnya hujan lebat, petir, dan angin kencang,” jelasnya.
Berdasarkan data BMKG, cuaca ekstrem dipengaruhi oleh beberapa fenomena atmosfer signifikan, termasuk aktifnya Gelombang Kelvin dan Low Frequency yang meningkatkan peluang pembentukan awan hujan di wilayah Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi bagian tengah hingga utara, Maluku, Maluku Utara, serta Kepulauan Papua.
Selain itu, Bibit Siklon Tropis 98S di Samudra Hindia barat daya Bengkulu serta sirkulasi siklonik di Samudra Hindia barat Sumatra Utara turut berkontribusi terhadap peningkatan potensi hujan deras dan angin kencang di beberapa daerah.
Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak terkait menjadi kunci utama dalam menghadapi tantangan cuaca ekstrem ini. Dengan meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan serta melakukan langkah-langkah preventif, diharapkan potensi bencana dapat diminimalkan.(*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |