TIMES BANYUWANGI, JAKARTA – Sebuah komet terang diperkirakan akan terlihat di langit seluruh dunia dalam beberapa hari mendatang, untuk pertama kalinya dalam 160.000 tahun.
Dikutip dari BBC, Selasa (14/1/2025) Badan Antariksa Amerika Serikat atau NASA menyatakan bahwa memprediksi kecerahan komet adalah hal yang "sangat sulit," tetapi Komet C/2024 G3 (Atlas) kemungkinan cukup terang untuk terlihat dengan mata telanjang.
Pada Senin lalu, komet tersebut berada di perihelion, titik terdekatnya dengan Matahari, yang memengaruhi tingkat kecerahannya. Para ahli menyebut bahwa komet ini mungkin bisa diamati sejak Senin malam. Meski lokasi pasti untuk melihatnya belum diketahui, para ahli percaya bahwa komet yang diprediksi secerah planet Venus ini akan paling baik diamati dari belahan bumi selatan.
Komet ini pertama kali ditemukan tahun lalu melalui Sistem Peringatan Dampak Asteroid Terestrial NASA (Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System).
Dr. Shyam Balaji, peneliti fisika astropartikel dan kosmologi di King's College London, menjelaskan bahwa berdasarkan perhitungan orbit saat ini, komet ini akan melintas sekitar 8,3 juta mil dari Matahari, menjadikannya sebagai komet "sun-skirting" atau yang melintas dekat Matahari.
Universitas tersebut menyebut kemunculan komet ini sebagai peristiwa langka yang hanya terjadi sekali dalam 160.000 tahun. Dr. Balaji menambahkan bahwa peluang untuk melihat komet ini mungkin terjadi "di hari-hari sekitar perihelion, tergantung pada kondisi lokal dan perilaku komet." Namun, seperti semua komet, visibilitas dan kecerahannya bisa sangat sulit diprediksi.
Bagi mereka yang tinggal di belahan bumi selatan, di mana komet ini diperkirakan paling baik diamati, Dr. Balaji menyarankan untuk "melihat ke arah cakrawala timur sebelum matahari terbit, dan setelah perihelion, mengamati cakrawala barat setelah matahari terbenam."
Namun, ia juga menekankan bahwa meski komet ini diperkirakan akan "sangat terang," prediksi kecerahan komet sering kali tidak akurat, dengan banyak komet berakhir lebih redup dari yang diharapkan. Untuk belahan bumi utara, termasuk Inggris, mengamati komet ini mungkin lebih sulit karena posisinya yang relatif terhadap Matahari.
Dr. Balaji merekomendasikan agar para pengamat mencari lokasi yang jauh dari polusi cahaya dan menggunakan teropong atau teleskop kecil. Ia juga mengingatkan untuk berhati-hati saat mengamati komet di sekitar waktu matahari terbit dan terbenam, serta mengikuti posisi komet untuk menentukan di mana kemungkinan terlihat di langit.
Sementara itu, astronom terus memantau jalur pergerakan komet ini. Pada Sabtu, astronaut NASA Don Pettit membagikan foto komet ini di media sosial yang diambil dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). "Sungguh luar biasa melihat komet dari orbit. Atlas C/2024 G3 sedang mengunjungi kita," tulisnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Komet Langka akan Terlihat di Langit untuk Pertama Kali dalam 160 Ribu Tahun
Pewarta | : Wahyu Nurdiyanto |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |