TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Isak tangis dengan derai air mata basahi pelipis seorang ibu. Suasana tenang di Taman Makam Pahlawan (TMP) Wisma Raga Satria berubah bak lautan cinta hingga menusuk kalbu. Seakan memberi tahu apa arti dari sebuah kisah kepahlawanan itu.
Di momen Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November, Yayasan Pondok Pesantren (PP) Al-Anwari Banyuwangi, Jawa Timur, sudah bagaikan peluru veteran yang menembus dengan jitu, sehingga mampu membawa ratusan santrinya untuk mendalami sebuah makna pahlawan yang layak digugu.
Benar saja, sebagai bentuk penghormatan, ungkapan rasa bangga serta terimakasih kepada pahlawan bangsa yang telah gugur dengan mengorbankan jiwa dan raga untuk kemerdekaan Republik Indonesia itu, para santri diajak untuk menabur bunga dan melantunkan doa tahlil bersama.
“Menumbuhkan cinta dan semangat pahlawan dengan kita berkunjung ke TMP, juga agar tak lupa dengan kedamaian yang telah diberikan oleh para pejuang terdahulu,” ucap Kepala Madrasah Unggulan Al-Anwari, Mas'ul Latif, pada Jumat (10/11/2023).
Tabur bunga oleh orang tua dan santri PP Al-Anwari di TMP Wisma Raga Satria Banyuwangi. (FOTO : Anggara Cahya /TIMES Indonesia)
Selain mengenang jasa para pahlawan yang telah berjasa menghadiahkan kemerdekaan bagi masyarakat saat ini. Santri juga diajak untuk berterimakasih kepada orang tua sebagai pahlawan yang sangat berjasa dengan secara sukarela berkorban demi melihat buah hatinya menjadi orang yang dapat memberi manfaat.
Selain memberikan rasa terimakasih para santri kepada orang tuanya. Didatangkankanya orang tua dalam peringatan Hari Pahlawan oleh Yayasan PP Al-Anwari itu, supaya para santri juga turut menjadikan sosok orang tua sebagai pahlawan yang wajib dihormati karena telah berjasa bagi kehidupannya.
Kegiatan itu diimplementasikan dengan para orang tua menyuapi anaknya, hal tersebut bermakna, bahwa orang tua adalah pahlawan utama bagi anak-anaknya, berjuang menyiapkan generasi penerus bangsa yang berakhlak Mulya dunia akhirat.
"Bagaimanapun orang tua adalah orang yang telah berjasa menghidupi anaknya hingga bisa menjadi orang sukses," tutur Latif.
Sebaliknya, masih Latif, anak yang bergantian menyuapi orang tuanya, dimaknai supaya santri paham, kelak disaat sudah tumbuh dewasa dan orang tuanya yang sudah renta. Maka anaklah yang menjadi pahlawan utama bagi kedua orang tuanya di dunia hingga akhirat kelak.
"Kita tidak akan bisa membalas jasa orang tua kita, kita hanya akan terus berbakti dan mendoakan orang tua jangan putus," terangnya.
Tangis para santri pecah saat kegiatan dilanjut dengan sungkem mencium kaki ibunya. Mereka meminta maaf seraya menunduk rendah di hadapan ibunya seraya mencium kaki yang telah berjasa memberi kenikmatan tiada terbalas itu.
Momen haru sungkeman santri PP Al-Anwari Kertosari, Banyuwangi dalam peringatan Hari Pahlawan. (FOTO : Anggara Cahya /TIMES Indonesia)
"Memohon do'a restu, ampunan pada orang tua, supaya anak selamat sukses menjalani kehidupan di dunia maupun akhirat. Karena ridho Allah tergantung pada ridlo kedua orang tua," cetusnya
"Selanjutnya santri meminta maaf dan memberi buket bunga kepada guru, sebagai Pahlawan tanpa tanda jasa pemberantas kebodohan pengantar kesuksesan, sesuai tema peringatan Hari Pahlawan 2023," imbuh Latif. (*)
Pewarta | : Anggara Cahya |
Editor | : Imadudin Muhammad |