TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Tak perlu diragukan lagi, karier politik Abdullah Azwar Anas, memang cukup cemerlang. Putra daerah Banyuwangi, Jawa Timur, ini bukan hanya sukses memajukan tanah kelahiran. Namun dia juga dipercaya menduduki jabatan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (MenPAN RB).

Sebuah pencapaian yang memaksa publik nasional untuk angkat topi. Serta harus mengakui bahwa kakak kandung dari anggota DPR RI 2019–2024 dari Fraksi PDI Perjuangan, Mufti Aimah Nurul Anam atau dikenal sebagai Mufti Anam dan mantan Ketua GP Ansor Banyuwangi, Sukron Makmun Hidayat tersebut memang memiliki kualitas.

Tapi tak banyak yang tahu bagaimana perjalanan karier politik suami dari Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani ini. Berikut ulasan rekam jejak positif Abdullah Azwar Anas, yang dirangkum TIMES Indonesia dari berbagai sumber.

Azwar Anas lahir di Banyuwangi, Jawa Timur, tanggal 6 Agustus 1973. Tepatnya di Desa Karangdoro, Kecamatan Tegalsari. Kali pertama profesi yang dia geluti adalah reporter. Yakni di Radio Prosonalia FM di Jember dan Jakarta pada tahun 1990 hingga 1992.

Sebagai sosok yang aktif di Nahdlatul Ulama, Azwar Anas pernah menempat sejumlah posisi penting dalam organisasi Islam terbesar se-Indonesia itu. Pada 2000 hingga 2003, Azwar Anas menjadi Ketua Umum Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). Pada tahun selanjutnya Azwar Anas dipercaya sebagai Ketua PP GP Ansor, periode 2004 - 2009.

Kiprah politik dia awali lewat PKB dan sukses mengantarkannya ke kursi DPR RI, periode 2004 - 2009. Selanjutnya Azwar Anas memilih meneruskan karier politik di kampung halaman Banyuwangi. Bersama Yusuf Widyatmoko, Azwar Anas berhasil menjadi Bupati Banyuwangi. Bahkan sampai 2 kal periode, 2010-2015 dan 2016-2021.

Periode pertama dia diusung oleh PKB, dan periode kedua diusung PDI Perjuangan. Dari tangan mereka berdua, Banyuwangi meraih banyak prestasi dan penghargaan dari berbagai pihak.

Nilai budaya yang dijunjung oleh Azwar Anas sukses mencuri perhatian dunia. Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini menggelar berbagai festival kebusayaan, mulai dari Banyuwangi Ethno Carnival, Banyuwangi Jazz Festival, International Tour de Banyuwangi Ijen (ITdBI) dan lainnya, yang dikemas dalam event Banyuwangi Festival (B-Fest).

Pemkab Banyuwangi memanfaatkan inovasi pariwisata dengan beragam festival yang berhasil meningkatkan laju kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara ke Banyuwangi.

Azwar Anas pun sukses membawa Banyuwangi menjadi kabupaten pertama yang meraih nilai A pada Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (SAKIP). Dari sisi lain, Banyuwangi didapuk menjadi kabupaten terbaik layanan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE) oleh KemenPAN-RB pada 2019.

Bahkan Banyuwangi pernah mengukir sejarah tingkat internasional, yaitu juara United Nations World Tourism Organization (UNWTO) untuk kategori kebijakan publik bidang pariwisata terbaik di dunia.

Di sisi lain, ketika menjabat Bupati Banyuwangi, Azwar Anas juga berhasil menurunkan angka kemiskinan hingga ke level 7,5 persen pada 2019. Sementara pendapatan per kapita masyarakat Banyuwangi meningkat dari Rp20,86 juta di tahun 2010 menjadi Rp51 juta per tahun di tahun 2019.

Setelah menyelesaikan masa jabatannya, Azwar Anas ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP) pada Januari 2022. Di bawah komando Azwar Anas, LKPP mencapai target 1 juta produk di katalog elektronik.

Azwar Anas juga membenahi birokrasi LKPP dengan melakukan penyederhanaan birokrasi atau tahapan katalog elektronik. Ia pun mendorong pembangunan katalog elektronik lokal dan sektoral. Dengan catatan prestasi gemilang tersebut, sepertinya memang tak salah jika Presiden Jokowi memutuskan untuk melantik Azwar Anas sebagai MenPAN-RB, pada Rabu, 7 September 2022 lalu.

Namun seperti pepatah ‘Semakin Tinggi Pohon Menjulang, Semakin Kencang Angin Menghempas’. Tak heran jika ada saja pihak yang mencoba menjegal karier suami Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani ini. Padahal orang bijak pasti akan hanya memberikan saran dan kritik sebagai upaya meluruskan. Tapi bukan untuk membunuh karakter atau menjegal. (*)