TIMES BANYUWANGI – Lilik Eko, salah satu nasabah inspiratif BTPN Syariah di Sentra Mekar Sari 2, Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, Jawa Timur, menjadi sosok yang menginspirasi karena telah lama bersama BTPN Syariah dari 2020 di mana usahanya semakin berkembang karena selalu menerapkan empat perilaku unggul, yakni, Berani Berusaha, Disiplin, Kerja Keras, dan Saling Bantu (BDKS) serta telah menginspirasi bagi warga sekitar.
Bermula dari pembiayaan Rp3 juta, Lilik percaya diri untuk membangun usaha pengepul buah. Kini, usaha lilik semakin tumbuh dan pembiayaan dari BTPN Syariah juga terus meningkat hingga Rp13 juta.
Hal ini sejalan dengan omzet Lilik yang juga terus tumbuh dari waktu ke waktu. Saat ini, Lilik mengantongi omzet sekitar Rp40 juta per minggu atau Rp160 juta per bulan, dan memiliki empat karyawan.
Bertumbuhnya Lilik sebagai nasabah inspiratif, tak lepas dari pendampingan yang diberikan oleh #bankirpemberdaya saat kumpulan.
Lilik Eko, berbincang bersama Kepala Desa Bulurejo (memakai songkok), Widarto. (FOTO: Humas BTPN Syariah)
Menurut Lilik, ia mendapatkan manfaat dengan adanya kumpulan karena tidak merasa berjuang sendiri, tapi bersama-sama dan saling menginspirasi satu sama lain.
“Jadi, tidak hanya tahu cara mengelola keuangan agar dapat mengansur tepat waktu, tapi juga mendapatkan pengetahuan dan pendampingan,” kata Lilik, Rabu (2/7/2025).
Ia mengakui semua ini tak lepas dari empat perilaku unggul nasabah BDKS yang selalu diterapkan dalam keseharian, sesuai yang diajarkan oleh petugas BTPN Syariah melalui kumpulan dua minggu sekali, di mana dalam kumpulan ini membuat nasabah menjadi disiplin, saling bantu, sehingga timbul solidaritas dan kebersamaan antar sesama anggota sentra.
Melihat perkembangan Lilik dalam lima tahun terakhir membuat sang suami, Seger Riyanto, mengaku bangga. Pasalnya, kerja keras sang istri ikut mendorong perekonomian keluarganya.
“Saya sangat bersyukur, istri saya dapat membantu ekonomi keluarga serta berdampak bagi lingkungan sekitar,” ungkap Seger.
Seger juga melihat langsung ibu-ibu nasabah di Sentra Mekar Sari 2 lebih disiplin dan solid satu sama lain.
Menurutnya, semua tak lepas dari empat sikap unggul BDKS yang selalu diajarkan oleh petugas lapangan Community Officer (CO) BTPN Syariah dalam kumpulan setiap dua minggu sekali.
“Saya bangga. Semua itu menjadi modal bagi istri dan ibu-ibu nasabah lain untuk terus menumbuhkan usahanya, bertahan dalam situasi apapun, menjadi lebih berdaya, dan pintar mengelola keuangan,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Camat Purwoharjo, Banyuwangi, Ahmad Subhan, mengapresiasi langkah yang dilakukan oleh BTPN Syariah dalam memberikan akses pembiayaan dan memberdayakan masyarakat inklusi atau segmen ultra mikro.
Ia mengakui bahwa pendampingan yang rutin dilakukan BTPN Syariah mampu mendorong perekonomian warga dan membantu ibu-ibu nasabah memperkuat ekonomi keluarga.
“Kecamatan Purwoharjo memberikan apresiasi yang positif terhadap BTPN Syariah, bank resmi serta diawasi oleh regulator tentu memiliki cara yang tepat,” tutur Subhan.
“BTPN Syariah tidak hanya memberikan pembiayaan, tetapi juga mendampingi masyarakat inklusi dengan berbagai pelatihan seperti cara mengembangkan usaha, menjadi wirausaha, hingga mengelola keuangan. Dengan demikian, ibu-ibu nasabah lebih berdaya, salah satunya seperti Ibu Lilik ini,” imbuhnya.
Program pendampingan yang dilakukan BTPN Syariah sudah tepat karena menyasar segmen ultra mikro, khususnya perempuan. Hal ini menjadi kesempatan bagi perempuan prasejahtera produktif untuk tumbuh dan memiliki ekonomi yang lebih baik.
“Saya dari pihak Kecamatan, selaku pembantu untuk kaum wong cilik berharap semoga BTPN Syariah semakin membawa dampak bagi masyarakat ultra mikro, khususnya di Kecamatan Purwoharjo,” cetus Subhan.
Tak hanya itu, Subhan juga mengimbau seluruh warga selektif memilik bank atau lembaga keuangan yang resmi dalam mengajukan pembiayaan, sehingga seluruh kebijakannya sesuai dengan aturan regulator keuangan dan tidak merugikan masyarakat.
“Kami mengimbau masyarakat memilih bank yang resmi, jangan membeli tikus dalam karung. Wirausaha yang ada di Kecamatan Purwoharjo harus tahu latar belakan perbankannya dulu. Tidak mudah tergiur, misalnya iming-iming bonus itu justru kadang dapat menjerumuskan warga,” ucapnya.
Tak lupa, ia juga mengingatkan seluruh warganya untuk membayar angsuran sesuai jatuh tempo hingga lunas kepada perbankan.
Pasalnya, jika ada warga yang membayar lewat dari waktu yang ditentukan atau justru tidak membayar, maka akan tercatat di Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) OJK. Hal ini akan memengaruhi penilaian bank dalam menyalurkan pembiayaan.
“Sebagai umat yang beragama yang namanya utang wajib dibayar. Riwayat kita sebagai nasabah tercatat di OJK, misalnya sebagai nasabah yang selalu tepat waktu,” tegas Subhan.
Senada dengan Subhan, Kepala Desa Bulurejo, Kecamatan Purwoharjo, Widarto, mengingatkan seluruh warganya agar selalu memilih bank resmi dalam mengajukan pembiayaan, salah satunya BTPN Syariah.
“Jadi kami memberikan juga pemahaman kepada masyarakat bahwa pilihlah BTPN Syariah ini karena perbankan ini resmi dan diawasi oleh OJK. Kalau sudah seperti itu maka BTPN Syariah ini tidak main-main dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat,” ujar Widarto.
Ia pun mendukung model bisnis BTPN Syariah yang melayani dan mendampingi masyarakat inklusi secara langsung. Tak hanya memberikan pembiayaan, tapi juga memberikan berbagai pengetahuan dan pelatihan untuk ibu-ibu ultra mikro, seperti cara membangun atau mengembangkan usahanya.
“Model bisnis seperti ini bermanfaat bagi pemberdayaan masyarakat, karena selain mempermudah akses modal, BTPN Syariah juga memberikan pendampingan agar usaha mereka lebih terarah,” beber Widarto.
Sebagai informasi, BTPN Syariah memberdayakan masyarakat melalui kumpulan. Dengan kegiatan yang dilakukan dua minggu sekali tersebut, Bank memberikan akses keuangan berupa layanan perbankan serta akses pengetahuan dengan berbagai program pelatihan dan pengembangan.
“Kumpulan menjadi wadah BTPN Syariah dalam memberdayakan dan mendampingi masyarakat inklusi, yaitu ibu-ibu di Surabaya, sehingga mampu membangun empat perilaku unggul nasabah, yakni BDKS,” ungkap Kepala Pembiayaan Area Kabupaten Banyuwangi Joko Ibnu Susanto.
Kumpulan juga membuat hubungan ibu-ibu nasabah lebih solid dan kekeluargaan, sehingga saling mendukung satu sama lain dalam membangun usaha dan menggapai impian.
Kehadiran nasabah dalam kumpulan menjadi sangat penting untuk memastikan nasabah mendapatkan proses pelatihan dan pendampingan dengan optimal serta manfaat berjenjang untuk mewujudkan hidup yang lebih berarti.
Corporate & Marketing Communication Head BTPN Syariah Ainul Yaqin menambahkan BTPN Syariah merupakan satu-satunya bank syariah yang fokus memberdayakan masyarakat inklusi, memberikan akses keuangan dengan menyediakan layanan perbankan yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat, serta juga akses pengetahuan dengan memberikan pemberdayaan yang berguna untuk mengembangkan usaha dan mencapai kehidupan yang lebih berarti.
“Bahwa ujungnya dalam proses bisnis BTPN Syariah adalah membangun perilaku unggul nasabah segmen ultra mikro, yaitu BDKS. Di mana solidaritas tersebut akan terbangun menjadi daya tahan yang baik untuk menghadapi apapun kondisi komunitas secara bersama-sama,” jelas Ain, panggilan akrab Ainul Yaqin.
“Dan semangat tersebut tentunya akan semakin tajam dengan meningkatnya kehadiran nasabah dikumpulan. Dengan demikian, hadir dikumpulan adalah sebuah keharusan untuk mendapatkan semua akses yang diberikan oleh BTPN Syariah,” sambungnya.
Diketahui, hingga kuartal I 2025, BTPN Syariah telah menyalurkan pembiayaan sekitar Rp 105 miliar kepada lebih dari 32 ribu nasabah yang merupakan masyarakat inklusi di Bumi Blambangan. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |