TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Sebuah mimpi panjang para seniman dan budayawan Banyuwangi akhirnya terwujud. Berkat perjuangan dan komitmen Bupati Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta resmi membuka perkuliahan di Banyuwangi.
Kehadiran kampus seni ini menjadi tonggak sejarah baru bagi Bumi Blambangan, yang sejak puluhan tahun lalu mendambakan lahirnya pusat pendidikan seni untuk melahirkan generasi seniman handal dari daerah kaya budaya ini.
“Ini merupakan harapan bertahun-tahun dari para seniman dan budayawan, agar ada kampus seni di Banyuwangi,” ungkap Ipuk, Kamis (11/09/2025).
Sejak dekade 90-an wacana untuk mendirikan kampus seni di Banyuwangi telah dilontarkan oleh budayawan dan pegiat seni. Kekayaan potensi seni dan budaya di ujung timur Jawa itu menjadi salah satu pemicu mimpi tersebut. Berbagai upaya telah dilakukan. Akhirnya di era kepemimpinan Ipuk, mimpi itu kini bisa terwujud.
“Alhamdulillah, atas dukungan para seniman dan banyak pihak, kami berhasil meyakinkan ISI Surakarta untuk bisa membuka cabang perkuliahan di Banyuwangi. Ini dedikasi untuk para seniman Banyuwangi, utamanya para seniman yang telah mendahului kita,” terang Ipuk.
Ipuk mengatakan, sambil perkuliahan berjalan Pemkab Banyuwangi akan melengkapi berbagai fasilitas.
ISI Banyuwangi membuka Fakultas Pertunjukan dengan Prodi Etnomusikologi dan Tari untuk perkuliahan Strata Satu (S1). Ke depan akan terus berkembang dengan berbagai prodi dan fakultas lainnya.
“Semoga dari kampus ini akan melahirkan generasi seniman-seniman Banyuwangi dan Indonesia yang handal,” harap Ipuk.
Ketua Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Hasan Basri menyambut antusias dibukanya ISI Surakarta di Banyuwangi tersebut. “Cita-cita yang lama diimpikan ini akhirnya terwujud. Kita perlu mendukung bersama-sama suksesnya ISI Banyuwangi ini,” pintanya.
ISI Banyuwangi tersebut nantinya akan dikolaborasikan antara para pengajar dari Surakarta, maupun dengan para praktisi seni di Banyuwangi. Sejumlah seniman dijadwalkan mengajar.
Di antaranya maestro tari Subari Sufyan, Suko Prayitno, M. Ikhwan hingga Adlin Mustika Alam. Selain itu juga ada sejumlah musisi tradisi yang ikut mengajar. Seperti Juwono, Elvin Hendrata, Pungky Hartono dan lainnya.
“Ini akan menjadi candradimuka untuk mendedar para seniman di Banyuwangi. Tak hanya belajar secara otodidak, tapi juga secara akademis. Sehingga ruh seni Banyuwangi akan semakin kokoh,” ungkap salah satu praktisi seni yang turut mengajar, Elvin Hendrata. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |