https://banyuwangi.times.co.id/
Berita

Ipuk Fiestiandani: Pemimpin Banyuwangi yang Rendah Hati, Inovatif, dan Berdedikasi

Rabu, 10 September 2025 - 22:06
Ipuk Fiestiandani: Pemimpin Banyuwangi yang Rendah Hati, Inovatif, dan Berdedikasi Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas. (Foto : Dokumentasi TIMES Indonesia)

TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Bupati Banyuwangi, Jawa Timur, Hj. Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-51 pada 10 September 2025. Di usianya yang matang ini, Ipuk semakin meneguhkan diri sebagai sosok pemimpin perempuan inspiratif yang membawa perubahan positif bagi Bumi Blambangan – sebutan Kabupaten Banyuwangi.

Artikel ini menyajikan kilas balik perjalanan dan kiprah Ipuk Fiestiandani, mulai dari biodata pribadi, gaya kepemimpinan yang khas, nilai-nilai pengabdian yang ia junjung, hingga berbagai inovasi serta dampak kepemimpinannya yang berbuah banyak apresiasi. Semoga kisah dan prestasinya dapat menjadi teladan sekaligus kado istimewa di hari ulang tahunnya.

Latar Belakang dan Biodata Singkat

Ipuk Fiestiandani lahir di Magelang, Jawa Tengah, pada 10 September 1974. Nama lengkapnya adalah Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, dan ia dikenal sebagai istri dari Abdullah Azwar Anas – Bupati Banyuwangi periode 2010–2021 yang juga pernah menjabat Menteri PAN-RB (2022–2024). Sebagai perempuan yang besar di Jakarta, Ipuk menempuh pendidikan dasar dan menengah di ibu kota. Lalu meraih gelar S1 Pendidikan dari IKIP Jakarta (sekarang UNJ) pada tahun 1999.

Meski sempat fokus mendampingi suami dan berperan di berbagai organisasi, semangat belajar Ipuk tak pernah padam. Di tengah kesibukannya sebagai kepala daerah, Ipuk berhasil menyelesaikan studi S2 Magister Kebijakan Publik di Universitas Airlangga, Surabaya, dan lulus pada tahun 2024. Bahkan ia memperluas wawasan dengan mengikuti kursus pelayanan publik di Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Eropa – modal berharga yang ia terapkan dalam memimpin Banyuwangi.

Karier Ipuk di pemerintahan dimulai dari peran-peran non-formal. Selama satu dekade lebih ia aktif sebagai Ketua Tim Penggerak PKK Banyuwangi (2010–2020) serta penasihat berbagai organisasi perempuan dan sosial. Berbekal pengalaman tersebut, Ipuk memberanikan diri maju dalam Pilbup Banyuwangi, ditahun 2020 dan terpilih sebagai Bupati Banyuwangi ke-28.

Ipuk dilantik pada 26 Februari 2021, menjadi perempuan kedua yang pernah memimpin Banyuwangi. Kepemimpinannya berlanjut ketika ia terpilih kembali untuk periode kedua 2025–2030, dengan pelantikan periode kedua pada Februari 2025. Jejak perjalanan ini menempatkan Ipuk sebagai salah satu politikus perempuan terkemuka di Jawa Timur dari Partai PDI Perjuangan, yang dikenal bersahaja namun penuh visi.

Gaya Kepemimpinan yang Dekat dengan Rakyat

Ipuk Fiestiandani rutin “blusukan” ke desa-desa melalui program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) untuk menyapa warga dan mencari solusi atas permasalahan mereka. Gaya kepemimpinan yang turun ke lapangan ini membuatnya dicintai masyarakat Banyuwangi.

Sejak awal menjabat, Ipuk Fiestiandani menunjukkan gaya kepemimpinan yang membumi dan dekat dengan rakyat. Dia kerap terjun langsung ke tengah masyarakat, blusukan layaknya Presiden Jokowi, bahkan tak segan bersepeda motor atau berjalan kaki menjangkau pelosok perkampungan.

Gaya sederhana Ipuk terlihat dari penampilannya yang tak pernah ribet – sering memakai kemeja putih dan sepatu kets saat turun ke lapangan, yang mencerminkan sosok pemimpin milenial dan bersahaja. Melalui pendekatan informal ini, ia leluasa menyapa warga, mendengar keluhan mereka, dan merasakan langsung denyut kehidupan di akar rumput.

Hubungan Ipuk dengan jajaran birokrasi juga dibangun atas dasar kedekatan dan kekompakan. Dia menciptakan suasana kerja yang harmonis bersama Wakil Bupati dan para ASN. Sebagai contoh, keharmonisan Ipuk dengan Wakil Bupati Mujiono menjadi teladan positif bagi Banyuwangi. Keduanya selalu tampil rukun dan saling mendukung, sehingga birokrasi solid dan masyarakat pun merasa adem.

Kekompakan di pucuk pimpinan ini bukan sekadar simbolik, melainkan energi positif yang menggerakkan roda pemerintahan lebih lancar. Ipuk juga dikenal komunikatif dan terbuka terhadap masukan dari berbagai stakeholder. Dia kerap mengajak dialog tokoh masyarakat, petani, pelaku usaha, hingga kaum muda, memastikan setiap kebijakan mendapat dukungan dan aspirasi publik terakomodasi.

Dalam memimpin aparatur, Ipuk menekankan pentingnya inovasi dan respons cepat. Dia mendorong para ASN Banyuwangi bekerja lincah serta adaptif terhadap perubahan. Melalui berbagai kesempatan, ia mengingatkan pegawainya untuk selalu meningkatkan kualitas pelayanan publik dan menjauhi mentalitas birokrat klasik.

Tidak jarang, saat mendapati pelayanan kurang maksimal, Ipuk langsung memberi teguran tegas namun konstruktif kepada jajarannya. Pendekatan ini menciptakan budaya birokrasi yang proaktif melayani warga. Gaya kepemimpinan Ipuk yang dekat, tegas, dan inovatif telah menumbuhkan kepercayaan masyarakat Banyuwangi kepada pemerintah daerahnya.

Semangat Pengabdian dan Nilai-Nilai Kepemimpinan

Sebagai pemimpin, Ipuk Fiestiandani menjunjung tinggi nilai kerendahan hati, pengabdian, dan fokus pada amanah publik. Sejak mencalonkan diri sebagai bupati, ia menegaskan motivasinya adalah “ingin menjadi manusia yang bermanfaat bagi sesama” dan melanjutkan pembangunan Banyuwangi demi kesejahteraan rakyat.

Ucapan tersebut bukan sekadar jargon – dalam praktek kepemimpinan, Ipuk konsisten menunjukkan ketulusan melayani. Ia kerap turun langsung menangani aduan warga, bahkan di luar jam kerja. Warga Banyuwangi mengenal Ipuk sebagai figur bupati yang mudah ditemui dan mau mendengarkan. Sikap rendah hati ini membuatnya dekat di hati rakyat kecil.

Ipuk juga memiliki komitmen kuat terhadap tugas publik. Ia selalu mengedepankan kepentingan masyarakat di atas kepentingan pribadi. Hal ini diakui berbagai pihak; relawan PROJO (Pro Jokowi) misalnya, mendukung Ipuk karena menilai ia “sepenuh hatinya untuk rakyat” dan tak pernah jauh dari suara rakyat.

Etos pelayanan sepenuh hati itu tampak dalam program-programnya yang berpihak pada wong cilik, seperti mengantar bantuan gizi harian bagi balita stunting dan ibu hamil berisiko tinggi di pelosok desa. Baginya, jabatan adalah ladang pengabdian.

Nilai lain yang diusung Ipuk adalah keterbukaan untuk terus belajar dan berbenah. Keputusan Ipuk melanjutkan studi pascasarjana di tengah menjabat bupati menjadi bukti nyata kerendahan hatinya untuk meningkatkan kapasitas diri. “Belajar tidak mengenal usia,” ujarnya suatu ketika, dan ia membuktikannya dengan meraih gelar magister kebijakan publik demi menyempurnakan wawasan membangun daerah.

Ipuk juga rajin berdiskusi dengan para pakar dan mengadopsi praktik-praktik terbaik dari tempat lain. Prinsipnya, setiap kritik dan saran adalah vitamin untuk perbaikan pelayanan publik. Dengan rendah hati menerima masukan, Ipuk terus memupuk budaya inovasi di Banyuwangi.

Terakhir, Ipuk sangat menjunjung nilai kolaborasi dan gotong royong. Ia percaya pencapaian daerah adalah hasil kerja bersama. “Berbagai capaian positif merupakan hasil sinergi seluruh stakeholder dan masyarakat Banyuwangi,” ungkapnya.

Oleh sebab itu, Ipuk aktif mendorong partisipasi publik dalam pembangunan. Dari menggandeng komunitas pemuda dalam program kreatif, melibatkan tokoh agama dalam program sosial, hingga menggerakkan ASN untuk menjadi teladan, semua dilakukan Ipuk dengan semangat kebersamaan. Nilai-nilai inilah – kerendahhatian, dedikasi, pembelajaran, dan gotong royong – yang menjadi jiwa kepemimpinan Ipuk Fiestiandani dalam memajukan Banyuwangi.

Inovasi dan Terobosan Pembangunan Daerah

Sebagai Bupati, Ipuk Fiestiandani dikenal gemar meluncurkan program-program inovatif untuk mempercepat kemajuan Banyuwangi, terutama pasca pandemi COVID-19. Berbagai terobosan unggulan digulirkan dengan fokus pada peningkatan pelayanan publik, pemberdayaan masyarakat, pendidikan, ekonomi kreatif, dan pariwisata. Berikut beberapa inovasi signifikan yang lahir di era Ipuk.

Bupati Ngantor di Desa (Program Bunga Desa) – Inovasi ini membawa kantor bupati keliling ke desa-desa. Ipuk bersama wakil bupati secara bergiliran “pindah kantor” ke tiap desa untuk melayani masyarakat di tempat mereka. Warga bisa bertatap muka langsung dengan bupati, menyampaikan aspirasi atau mengurus administrasi di desanya sendiri. Lewat Bunga Desa, banyak masalah dapat diurai di lapangan secara cepat; urusan warga dipilah antara solusi jangka pendek (dapat dituntaskan segera) dan jangka panjang.

Program ini amat disukai masyarakat – terutama kalangan ibu rumah tangga – karena menghadirkan pemerintah lebih dekat dan meningkatkan kesadaran warga mengurus dokumen kependudukan. Ipuk pun memanfaatkan momen ngantor di desa untuk blusukan menyisir kampung, memastikan program kabupaten tepat sasaran dan menegur jajarannya bila masih ada keluhan warga.

Pemberdayaan UMKM dan Ekonomi Kreatif - Untuk menggerakkan ekonomi rakyat, Ipuk menggagas sejumlah program bagi pelaku usaha mikro kecil. Di antaranya, fasilitasi pelatihan dan percepatan izin PIRT serta NIB bagi pengusaha rumahan. Sedikitnya 800 pelaku UMKM sudah difasilitasi pelatihan keamanan pangan, branding, pemasaran hingga mereka sukses mengantongi sertifikat PIRT dan Nomor Induk Berusaha. “Dengan izin NIB dan PIRT, produk rakyat makin dipercaya konsumen, semoga makin laris dan pelaku UMKM kian sejahtera,” ujar Ipuk.

Selain itu, ia meluncurkan program Warung Naik Kelas (Wenak) berupa renovasi warung kecil dan bantuan modal serta peralatan usaha sesuai kebutuhan pemilik warung. Ada pula inisiatif Teman Usaha Rakyat, yakni tim pendamping khusus yang turun membantu UMKM naik kelas dengan pembekalan keahlian seperti business model canvas, pemasaran digital, desain kemasan, hingga manajemen media sosial. Berbagai terobosan ini dirancang agar ekonomi kerakyatan Banyuwangi bangkit dan UMKM lokal mampu bersaing di era modern.

Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif – Sektor pariwisata Banyuwangi turut mendapat sentuhan inovasi Ipuk. Salah satu program andalannya ialah Homestay Naik Kelas, upaya meningkatkan kualitas homestay milik warga agar setara standar hotel. Pemkab melatih sumber daya manusia pengelola homestay, memperbaiki pelayanan dan sarana prasarana, sehingga wisatawan mendapat kenyamanan optimal.

Program ini terbukti sukses, kualitas homestay naik, Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari pajak homestay meningkat dari Rp340 juta (2020) menjadi Rp393 juta (2021). Bahkan Kementerian PAN-RB mengakui Homestay Naik Kelas sebagai salah satu inovasi pelayanan publik terbaik secara nasional.

Di sisi lain, Ipuk melanjutkan tradisi Banyuwangi Festival yang berisi puluhan event wisata-budaya setiap tahun, sembari mendorong lahirnya desa-desa wisata baru. Kolaborasi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif ini membuahkan hasil, contohnya Desa Wisata Using Kemiren di Banyuwangi meraih penghargaan Anugerah Desa Wisata Indonesia 2024 tingkat nasional. Berkat inovasi dan promosi yang gencar, Banyuwangi kian mantap sebagai destinasi wisata unggulan dengan ciri khas kearifan lokal.

Program Sosial: Penanganan Stunting dan Bedah Rumah – Ipuk menunjukkan kepedulian tinggi pada pembangunan sumber daya manusia dan kesejahteraan sosial. Di sektor kesehatan, ia menjalankan terobosan percepatan penurunan stunting. Salah satu langkah inovatifnya, Pemkab Banyuwangi mengirim makanan berprotein tinggi setiap hari selama setahun penuh kepada hampir 1.300 balita stunting dan ibu hamil berisiko tinggi. Hasilnya nyata: prevalensi stunting Banyuwangi berhasil turun dari 20,1 persen (tahun 2021) menjadi 18,1 persen di 2022, lebih rendah daripada rata-rata Jawa Timur (19,2 persen) maupun nasional (21,6 persen). Di bidang perumahan, Ipuk menggulirkan program bedah rumah bagi keluarga pra-sejahtera. Hingga September 2023, sebanyak 1.352 unit rumah tidak layak huni di seluruh kecamatan Banyuwangi telah direnovasi melalui kolaborasi Pemkab dan pemerintah pusat. Program ini secara signifikan mengurangi kawasan kumuh dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat miskin.

Digitalisasi Layanan Publik – Menyadari pentingnya teknologi, Ipuk melanjutkan dan memperkuat agenda Smart Kampung yang telah dirintis sejak 2016 untuk pemerataan akses digital hingga level desa. Di masa kepemimpinannya, Banyuwangi bertransformasi makin digital dalam tata kelola pemerintahan (e-government). Salah satu inovasi besar adalah pembangunan Mall Pelayanan Publik Digital (MPP Digital) – platform terpadu untuk layanan perizinan secara online.

Komitmen Banyuwangi dalam transformasi digital ini mendapat apresiasi nasional; Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian dan Penasehat Khusus Presiden Luhut Binsar Pandjaitan menilai Banyuwangi sukses menjadi role model digitalisasi pemerintahan melalui MPP Digital. Bahkan Banyuwangi ditunjuk sebagai daerah piloting pelayanan perizinan tenaga medis secara digital yang akan direplikasi se-Indonesia.

Berkat digitalisasi, layanan publik Banyuwangi makin efisien, terjangkau, dan transparan, sesuai visi Ipuk untuk menghadirkan birokrasi modern yang melayani rakyat dengan excellence.

Banyuwangi Rebound – Sebagai payung besar pemulihan pascapandemi, Ipuk mencanangkan gerakan Banyuwangi Rebound. Ini merupakan gerakan multisektor untuk membangkitkan kembali program-program yang sempat terhambat pandemi dan mengejar ketertinggalan pembangunan.

Banyuwangi Rebound memiliki tiga pilar: Tangguh Pandemi, Pulihkan Ekonomi, dan Merajut Harmoni, dengan pondasi pelayanan publik yang prima dan partisipasi aktif masyarakat. “Ibarat pemain basket yang melakukan rebound setelah gagal cetak skor, kita harus memanfaatkan kesempatan kedua untuk meraih poin pembangunan,” ujar Ipuk menggambarkan semangat program ini.

Melalui Banyuwangi Rebound, Ipuk menggerakkan semua elemen daerah untuk bangkit bersama. Ia juga mensinergikan gerakan ini dengan program Bunga Desa agar spirit kebangkitan menjalar hingga level desa. Hasilnya, berbagai program inovatif kembali melaju kencang dan optimisme tumbuh di masyarakat Banyuwangi.

Beragam inovasi di atas menegaskan visi Ipuk Fiestiandani sebagai pemimpin progresif. Tak heran, Banyuwangi berulangkali dianugerahi predikat Daerah Terinovatif se-Indonesia dalam ajang Innovative Government Award (IGA) dari Kementerian Dalam Negeri. Bahkan pada 2021, Banyuwangi meraih nilai inovasi tertinggi secara nasional, mengalahkan peringkat teratas di klaster provinsi maupun kota.

Ipuk meyakini budaya inovasi adalah kunci kemajuan daerah, sehingga ia terus mendorong lahirnya ide-ide baru yang solutif dan berkelanjutan. Total terdapat ratusan inovasi yang dijalankan Banyuwangi selama kepemimpinannya – suatu pencapaian yang mengukuhkan Banyuwangi sebagai laboratorium inovasi pemerintah daerah di Indonesia.

Dampak Kepemimpinan dan Beragam Penghargaan

Kepemimpinan Ipuk Fiestiandani telah membawa dampak nyata bagi kemajuan Banyuwangi. Di bidang ekonomi, berbagai program pro-rakyat berhasil menurunkan tingkat kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan. Data Badan Pusat Statistik mencatat angka kemiskinan Banyuwangi turun dari 8,07 persen (tahun 2021) menjadi 7,34 persen (2023) – terendah sepanjang sejarah Banyuwangi.

Pendapatan per kapita warga juga naik dari sekitar Rp53,87 juta (2022) menjadi Rp58,08 juta (2023), mencerminkan pertumbuhan ekonomi lokal yang inklusif. Dari sisi kualitas hidup, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Banyuwangi meningkat dari 71,85 (tahun 2020) ke 73,79 (2023), kini tergolong kategori “tinggi”.

Capaian ini didorong perbaikan di sektor pendidikan dan kesehatan selama era Ipuk. Contohnya, berkat fokus pada gizi dan kesehatan ibu-anak, angka stunting berhasil ditekan jauh di bawah rata-rata provinsi/nasional seperti dipaparkan sebelumnya. Selain itu, tak ada lagi desa tertinggal di Banyuwangi; per 2022 seluruh desa minimal berstatus desa maju, dengan 138 desa di antaranya telah menyandang predikat desa mandiri. Ini menandakan pembangunan yang merata hingga pelosok, sejalan dengan visi Ipuk.

Atas segudang prestasi tersebut, Ipuk Fiestiandani menerima banyak penghargaan di tingkat regional maupun nasional. Satu di antaranya adalah Manggala Karya Kencana dari BKKBN yang diraihnya pada 2016 atas kontribusi di bidang kependudukan dan keluarga berencana. Sebagai kepala daerah, Ipuk pun dinobatkan sebagai Kepala Daerah Pembina Kecamatan Terbaik (Kategori Pratama) dalam ajang penghargaan Sinergitas Kinerja Kecamatan se-Jawa Timur 2023. Penghargaan ini mengakui perannya membina kinerja para camat sehingga pelayanan pemerintah kecamatan di Banyuwangi unggul.

Di bawah nahkoda Ipuk, Banyuwangi konsisten menyabet predikat Kabupaten Berkinerja Terbaik Nasional. Dua tahun berturut-turut, Banyuwangi dinyatakan terbaik dalam Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (EKPPD) secara nasional. Puncaknya, pada April 2024 Ipuk Fiestiandani dianugerahi Tanda Kehormatan Satyalancana Karya Bhakti Praja Nugraha dari Presiden Joko Widodo.

Satyalancana tersebut disematkan sebagai penghargaan sekali seumur hidup bagi kepala daerah atas prestasi luar biasa di wilayahnya. Banyuwangi dinilai unggul dalam 10 aspek penilaian, antara lain pendidikan, kesehatan, pelayanan publik, pemberdayaan perempuan, pemanfaatan e-government, hingga penguatan ekonomi kerakyatan. “Bupati Banyuwangi menerima Satyalancana ini karena sejumlah prestasi, mulai turunnya angka stunting dan kemiskinan, peningkatan kapasitas desa lewat TIK (teknologi informasi), hingga tingginya keterlibatan masyarakat dalam pembangunan,” ujar Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono, saat masih menjabat Sekda Banyuwangi.

Penghargaan bergengsi dari Presiden tersebut menegaskan bahwa di bawah kepemimpinan Ipuk, Banyuwangi telah bertransformasi menjadi daerah maju yang kinerja pemerintahannya diakui di tingkat nasional.

Tak hanya itu, Ipuk juga masuk nominasi tokoh perempuan inspiratif Indonesia. Pada tahun 2025, ia terpilih sebagai Nominator Pemimpin Perempuan Penggerak Pembangunan Daerah dalam ajang Sekar Agni Negeri yang diinisiasi oleh media nasional Detikcom. Pengakuan ini diberikan karena komitmen Ipuk memajukan daerahnya serta kiprahnya sebagai role model bagi pemimpin perempuan lainnya. Semua apresiasi dan penghargaan yang diraih Ipuk sejatinya merupakan cerminan kerja keras kolektif pemerintah dan masyarakat Banyuwangi. Bagi Ipuk, penghargaan tersebut menjadi pemicu semangat untuk kian melayani dengan hati. “Budaya inovasi akan terus kami dorong sebagai lokomotif pembangunan ke depan,” tuturnya penuh tekad.

Penutup: Inspirasi di Hari Ulang Tahun

Di momentum ulang tahunnya yang ke-51, Ipuk Fiestiandani pantas mendapat apresiasi atas dedikasi dan prestasinya memimpin Banyuwangi. Kerendahan hati dalam pribadi Ipuk mengingatkan kita bahwa pemimpin besar lahir dari niat tulus melayani. Inovasi dan terobosan yang ia gulirkan membuktikan bahwa daerah dapat bangkit lebih cepat dengan kreativitas dan keberanian mengambil langkah berbeda. Sementara itu, penghargaan demi penghargaan yang diraih Banyuwangi di bawah kepemimpinannya menunjukkan bahwa kerja keras, kolaborasi, dan fokus pada pelayanan publik tidak akan sia-sia.

Ipuk Fiestiandani adalah contoh nyata pemimpin visioner yang tetap membumi. Kisah pengabdian dan pencapaiannya tidak hanya menginspirasi masyarakat Banyuwangi, tetapi juga perempuan-perempuan Indonesia lainnya untuk turut maju memimpin perubahan.

Selamat ulang tahun Bupati Ipuk, sosok mother figure bagi Banyuwangi yang terus bekerja penuh cinta untuk rakyatnya. Semoga di usia yang baru, beliau senantiasa diberi kesehatan dan kekuatan untuk melanjutkan karya-karya terbaik demi Banyuwangi yang semakin sejahtera, maju, dan berkelanjutan. Amin. (*)

 

*) Penulis adalah Khoirul Anwar, Chief Executive Officer (CEO) TIMES Indonesia.

Pewarta : Syamsul Arifin
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.