https://banyuwangi.times.co.id/
Berita

Lindungi Diri dan Keluarga, Penyakit Ini Jadi Ancaman Warga Banyuwangi Jelang Kemarau

Kamis, 01 Mei 2025 - 15:23
Lindungi Diri dan Keluarga, Penyakit Ini Jadi Ancaman Warga Banyuwangi Jelang Kemarau Ilustrasi - Keluarga menjaga kesehatan dengan berolahraga dan minum air putih. (FOTO: ChatGPT)

TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Kondisi cuaca panas ekstrim yang akan menyelimuti beberapa daerah di Indonesia termasuk Banyuwangi, Jawa Timur.

Hal ini akan memberikan kontribusi terhadap kurangnya pasokan air dan berkembangnya beberapa penyakit penyerta yang biasa datang bersamaan menjelang musim kemarau.

Menurut prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), hampir sebagian besar wilayah Indonesia masih berada dalam periode peralihan dari musim hujan menuju musim kemarau atau disebut pancaroba.

Peralihan musim menuntut kewaspadaan ekstra dari masyarakat agar bisa melindungi diri dan keluarga dari bahaya penyakit yang menjadi ancaman.

Dinas Kesehatan (Dinkes) Banyuwangi mengidentifikasi tiga penyakit utama yang rawan menyerang saat pancaroba.

“Yang perlu diwaspadai seperti Demam berdarah dengue (DBD), infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare,” kata Plt. Kepala Dinkes Banyuwangi, Amir Hidayat, Kamis (1/5/2025). 

Yang pertama, dalam mencegah penyebaran DBD Dinkes Banyuwangi mengimbau masyarakat agar rajin melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus, atau Menguras, Menutup dan Memanfaatkan kembali barang bekas.

“Di Banyuwangi, saat ini penyebaran DBD sedang mengalami tren penurunan sejak Januari 2025,” papar Amir.

Sedangkan untuk ISPA, Amir berpesan, supaya masyarakat untuk lebih mewaspadai penularan Covid yang masih berada disekitar walaupun tidak tinggi.

Apalagi, gejala covid sendiri mirip dengan flu pada umumnya. Tren penularan ISPA sendiri, pada musim peralihan dari penghujan mendekati kemarau pun biasanya berpotensi meningkat. 

“ISPA relatif ada sedikit peningkatan di beberapa bulan terakhir. Tapi umumnya masyarakat mencari pengobatan sendiri, batuk pilek sudah berobat sendiri,” tuturnya. 

Dan untuk penyakit yang paling perlu diwaspadai terakhir adalah penyebaran Diare. Peralihan ke musim kemarau jadi ladang penyebaran diare, karena adanya potensi sarana air yang terbatas.

Sarana air terbatas atau kekeringan disebut Amir, sangat terkait erat dengan higienitas masyarakat. Saat ini pihaknya juga telah memberikan atensi kepada tenaga kesehatan hingga memberikan sosialisasi kepada masyarakat untuk mengantisipasi penyakit diare. 

“Trennya sudah mulai ada peningkatan tapi tidak signifikan,” terang Amir. 

Lebih detail Amir menerangkan, wilayah kekeringan dengan sarana air bersih yang kurang saat musim kemarau, sangat beresiko meningkatkan kontaminasi penyebaran bakteri e.coli penyebab diare. 

Melihat resiko tersebut, apabila ditemukan tanda-tanda dehidrasi, masyarakat dihimbau untuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan kesehatan. 

Namun demikian, Amir menggarisbawahi bahwa diare dapat terjadi karena banyak faktor.

Selain higienitas, terjadi juga ketika proses pemilihan dan pengolahan makanan, termasuk juga bisa terjadi karena intoleransi terhadap makanan. 

“Diare bisa karena banyak faktor, 30-40 persen karena intoleransi makanan, karena kondisi tertentu,” papar Amir. (*)

 

Pewarta : Anggara Cahya

Editor : 

Pewarta : Syamsul Arifin
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.