https://banyuwangi.times.co.id/
Kopi TIMES

Sekolah Indonesia Resmi Memasuki Darurat Bullying

Selasa, 03 Oktober 2023 - 14:44
Sekolah Indonesia Resmi Memasuki Darurat Bullying Waode Nurmuhaemin, Doktor Manajemen Pendidikan; Penulis Buku dan Artikel Pendidikan.

TIMES BANYUWANGI, JAKARTA – Belum selesai keterkejutan luar biasa  dengan peristiwa siswa SD di Gresik yang mencolok mata juniornya sampai buta dengan tusuk bakso, karena menolak ketika dipalak. Tiba-tiba berhembus lagi berita guru di tikam siswanya sendiri di salah satu MAN di Demak, Jawa tengah.

Belum hilang hotnya isu tersebut, beredar lagi vidio pengeroyokan brutal dua siswa  SMP di Cilacap, kepada teman satu sekolahnya. Dimana mereka keberatan teman yang dihajarnya sampai babak belur itu masuk geng lain. 

Entah apa yang dimaksud dengan geng. Masih SMP saja kelakuannya sudah seperti mafia Italy. Dengan tiga peristiwa haru biru di minggu ini, Indonesia resmi memasuki masa darurat bullying. 

Berita bully disekolah memang bukan barang baru. Ibarat lagu lama yang hanya bersalin rupa. Dan akhir-akhir ini fenomena bully semakin non stop saja. Masyarakat disuguhkan silih bergantinya peran utama pelaku bully. 

Kalau bukan siswa yang membuly guru, guru membuly siswa, lanjut  siswa membuly siswa dan orang tua membuly guru. Lengkap, ibarat pertunjukan sandiwara teater yang menghadirkan peran utama yang saling mengisi dengan sempurna.  

Nadiem Makarim diawal-awal terpilih menahkodai Kementerian yang menggawangi Pendidikan Indonesia mengatakan bahwa ada tiga dosa besar pendidikan. Yaitu perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi dan akan melakukan banyak upaya untuk memusnahkan tiga dosa besar pendidikan ini. 

Janji itu terbukti dengan keluarnya kewajiban adanya unit pencegahan kekerasan seksual di kampus. Predator-predator seks di kampus yang selama ini tidak tersentuh dan kerap dijadikan kasus yang diselesaikan dengan model kekeluargaan di kampus-kampus  akhirnya bisa diberantas walaupun masih menemui hambatan disana-sini.

Kasus-kasus sedemikian ini memang rumit dan sangat susah diungkap dan dijerat. Namun, adanya unit pencegahan kasus amoral ini, sekurang-kurangnya membuat mereka para predator seks mulai takut karena harus berhadapan dengan rekannya sendiri yang menjadi pengurus di unit tersebut. 

Kita tentu saja prihatin untuk tiga kasus pembulian teranyar diatas. Ketiga peristiwa pencolokan mata siswa SD sampai buta. Penikam guru di Demak dan penganiaya siswa SMP di Cilacap. Mewakili semua  jenjang pendidikan SD, SMP dan SMA untunglah belum ada kasus anak PAUD yang membuly dan dibully entah kalau ada yang tidak terungkap. 

Peristiwa yang pertama pencolokan sampai buta anak SD oleh seniornya juga diwarnai aksi tidak terpuji kepala sekolahnya yang tidak mau menyerahkan CCTV dihari kejadian kepada ayah korban dan menyerahkan kepada petugas. Namun ketika diperiksa, CCTV rekaman hari itu sudah terhapus. 

Untuk aksi anehnya, sang kepala sekolah akhirnya diperiksa oleh polisi. Lain lagi kasus penikaman guru MAN di Demak, siswa tersebut, teryata tidak diizinkan ikut UTS karena tidak mengumpulkan tugas sebagai syarat untuk ikut UTS. 

Dimana si anak teryata berjualan nasi goreng ketika malam hari untuk membiayai sekolahnya. Sehingga dia jarang masuk sekolah dan teryata guru tersebut juga terkenal keras dalam mendisiplinkan siswa. Pertanyaan saya sederhana. Ketika mengetahui kondisi siswa yang memprihatinkan, apa upaya guru dan sekolah? 

Apakah ada aturan dari Kemdikbud Ristek syarat ujian tengah semester harus mengumpulkan tugas tanpa ada kompensasi? Apakah si anak tidak bisa diizinkan ujian dulu dan mengumpulkan tugas kemudian? Kalau aturan sekolah dan bukan aturan wajib yang diterapkan di seluruh Indonesia mengapa tidak bisa dinego? 

Siswa tersebut hanya minta diikutkan ujian dengan pengorbanannya diatas rata-rata siswa lain yang berjualan nasi goreng yang tentu saja berat untuk siswa seumuran dia. Apakah hal itu tidak bisa jadi bahan pertimbangan? Apakah kurikulum Merdeka yang mengusung nilai-nilai pancasila hanya simbol saja di sekolah? Pihak sekolah lupa menerapkan sila kedua pada kondisi siswa tersebut. 

Kita semua tentu saja prihatin. Ditengah-tengah gencarnya penerapan kurikulum Merdeka, justru kasus-kasus bullying di sekolah makin marak. Kurikulum yang menjadikan semua muara pembelajarannya di back up sila-sila pancasila. 

Guru dan siswa bernapas dalam sila-sila nya. Begitu bunyi lagu P5. Sudah saatnya episode belajar yang akan datang khusus diperuntukan pembentukan satgas bullying di semua tingkat satuan pendidikan. Satgas pencegahan kekerasan seksual sudah ada di kampus-kampus.
Saatnya fokus ke pendidikan dasar dan menengah. 

Ada monster-monster yang bersembunyi disana dalam berbagai bentuk wajah yang menunggu kesempatan keluar dalam bentuk amarah dari mereka para warga sekolah. Ada gunung Es yang siap menyembur dengan berbagai model perlakuan tidak manusiawi kepada orang disekitarnya ketiak proses belajar berlangsung.

Libatkan siswa di satgas ini, karena mereka bisa bercerita dan merekalah yang berinteraksi langsung dengan teman-temannya yang memiliki bakat-bakat pembuly. Guru-guru yang pemarah di jadikan staf saja. Masih banyak guru milenial yang bertarung habis-habisan untuk jadi guru di ujian guru P3K. 

Putus mata rantai guru kolonial yang hanya bisa marah. Sekolah-sekolah kita harus segera dibenahi dan diselamatkan dari perilaku-perilaku yang merusak. Baik itu dari guru, siswa, orang tua dan tenaga pendidik. Cukup sudah korban berjatuhan. 

***

*) Oleh: Waode Nurmuhaemin, Doktor Manajemen Pendidikan, Penulis Buku dan Artikel Pendidikan.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

**) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.