TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Senyum tak pernah luntur dari wajah Abdurrahman Fahmi. Di tengah gemerlapnya panggung Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) 2024, dia berdiri tegak dengan busana yang sarat akan makna budaya.
Keikutsertaan laki-laki kelahiran 9 Februari 2005 dalam parade kostum busana budaya ini bukanlah pertama kali. Fahmi telah dua kali tampil, dua kali pula rasa bangga itu membuncah di dadanya.
Putra ketiga pasangan Gatot Kurnianta dan Riva Azwarini. Baginya, keikutsertaannya di BEC lebih dari sekadar ajang unjuk diri. Menurutnya, ini adalah manifestasi cinta terhadap tanah kelahirannya Bumi Blambangan.
"Saya ingin ikut serta dalam mengembangkan budaya Banyuwangi, kota tercinta saya," ujar Fahmi usai mengikuti BEC 2025 dengan mengusung tema ‘Ngelukat’, Sabtu, (12/7/2025).
Dia menjelaskan, ketertarikannya pada BEC juga didorong oleh kreativitas dan inovasi model busana yang selalu disesuaikan dengan tema. Maka dari itu, agar dapat tampil maksimal, persiapan Fahmi tidak main-main. Salah satunya, selalu menjaga komunikasi intensif dengan orang tua dan tim kreatornya.
"Saya selalu berdiskusi dengan orang tua dan tim terkait model yang akan ditampilkan. Tentu saja, persiapan fisik dan mental juga sangat penting," jelasnya.
Fahmi saat persiapan tampil BEC 2025 dengan tema ngelukat. (Foto: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)
Pada kesempatan kali ini, Fahmi membawakan kostum yang berfokus pada tema Sunatan. Kostumnya pun dirancang dengan penuh detail, menampilkan hiasan layaknya dekorasi kuda atau jaranan dan elemen-elemen sunatan lainnya.
Kostum yang dibawakan oleh Fahmi seolah-olah menggambarkan anak yang baru selesai disunat dan diarak sambil menaiki kuda, sebuah tradisi yang masih dijaga di beberapa daerah.
Di balik kebanggaan Fahmi, ada dukungan luar biasa dari kedua orang tuanya. "Kami sangat bangga sekaligus mensuport apa yang selalu diinginkan anak. Ini adalah pengalaman berharga dalam perjalanan hidupnya. Kami berharap, proses ini bisa mewujudkan kedewasaan dan kemandirian anak kami. Aamiin!" ujar ibunda Fahmi, Riva Azwarini, mewakili perasaan seluruh keluarga.
Melihat kembali perjalanannya di BEC, Fahmi memiliki harapan besar. Dia ingin terus mendukung BEC agar pariwisata Banyuwangi semakin maju dan berkembang.
"Semoga BEC tidak hanya dikenal di tingkat nasional, tapi juga internasional," tuturnya penuh harap.
Baginya, menjadi bagian dari BEC bukan hanya tentang tampil di panggung, tetapi juga tentang menjadi duta budaya yang memperkenalkan kekayaan Banyuwangi kepada dunia. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |