https://banyuwangi.times.co.id/
Kopi TIMES

Hari Anak Nasional: Cara Orang Tua Memahami Anak Prespektif Kurikulum Merdeka

Selasa, 23 Juli 2024 - 10:11
Hari Anak Nasional: Cara Orang Tua Memahami Anak Prespektif Kurikulum Merdeka Astatik Bestari, Ketua 2 Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tutor Pendidikan Kesetaraan Nasional

TIMES BANYUWANGI, JAKARTA – Tanggal 23 Juli sesuai Keputusan Presiden (Keppres) No 44/1984 diperingati sebagai Hari Anak Nasional. Membahas Hari Anak Nasional mengingatkan kita tentang Kurikulum Merdeka. Sejak dicanangkan Kurikulum Merdeka, para praktisi pendidikan sering mengenalkan Kurikulum Merdeka sebagai kurikulum yang memahami kebutuhan belajar anak. 

Dalam redaksi lain, Kurikulum Merdeka dikenalkan sebagai kurikulum yang berpusat pada anak. Lalu, apakah institusi pendidikan saja yang harus memahami kebutuhan anak? Bagaimana dengan lingkungan keluarga? 

Tentu, keluarga juga memiliki peran tak kalah penting dalam memahami kebutuhan anak. Berikut ini cara-cara orang tua memahami kebutuhan dan potensi anak sehingga menjadi anak yang berkontribusi positif dalam kehidupan sejak dini.

1. Peran Orang Tua dalam Memahami Bakat Anak

Keluarga dalam hal ini dapat diambil contoh adalah peran orang tua. Sikap orang tua zaman sekarang melihat dinamika kegiatan anaknya cukup menyenangkan. Orang tua sekarang sudah memahami bahwa kehebatan anaknya tidak melulu diraih di bangku sekolah formal. 

Ini tampak dari strategi orang tua dalam menyekolahkan anaknya. Ketika anaknya didukung fokus bermain sepak bola, maka orang tua mencarikan anaknya sekolah yang bisa ditempuh dengan jam belajar fleksibel. Misalnya jalur pendidikan non formal (pendidikan kesetaraan Paket A, Paket B, dan Paket C) dan informal (homeschooling). 

Passion anak sebagai pemain bola didukung, sekolah untuk mendapatkan ilmu pengetahuan lainnya juga tetap diprioritaskan. Tidak hanya passion dalam bermain sepak bola, bidang lain pun juga diperhatikan para orang tua hebat saat ini. 

Sebenarnya, sudah dimulai sejak belum ada Kurikulum Merdeka. Misalnya anak-anak yang sibuk di bidang seni seperti artis-artis di negara kita ini. Kehebatan mereka diakui orang tuanya sehingga anak-anak mereka dikirim ke sekolah yang memiliki pola pembelajaran yang fleksibel agar passion anak di dunia seni tetap jalan dan terasah baik.

Memahami bakat anak, tidak saja soal menyekolahkan anak di sekolah yang tepat sehingga bakat dan minat anak terasah lebih baik. Memahami bakat anak juga kesiapan orang tua dalam memodali anak dalam mengembangkan minat dan bakatnya. 

Misalnya membelikan alat-alat pendukung minat bakatnya, mendukung anak daftar event berskala mendunia dan kebutuhan lain yang jarang di-cover beasiswa dari pihak manapun.

2. Orang Tua yang Mendedikasikan Waktunya untuk Mendidik Anaknya Sejak Dini.

Marak di media sosial dan media online lainnya, anak-anak usia belia sudah memiliki ilmu pengetahuan layaknya orang dewasa. Bahkan mereka sudah memberi kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan. Tentu saja, mereka belum mengenyam bangku sekolah. Siapa yang mendidik mereka? Pasti orang tua mereka atau orang-orang terdekat yang jeli melihat potensi anak-anak hebat ini. 

Ada Kenneth Matthew, anak Chika dan Kevin Immanuel, ia balita hebat yang paham kalkulus. Ada Naja Hudia Afiforrahman yang mampu menghafal Al-Quran 30 juz dalam kondisi mengalami lumpuh otak. Masih banyak lagi contoh-contoh nyata anak-anak hebat jebolan pendidikan keluarga yang dijalaninya sejak dini.

Dalam konteks effort orang tua dalam memahami anak, perjuangan orang tua hari ini dapat kita simpulkan bertambah banyak. Kalau zaman dahulu, effort orang tua berupa tirakat. Dalam KBBI, tirakat itu menahan hawa nafsu (seperti berpuasa, berpantang). Ini mengandung arti bahwa orang tua berpuasa dan ibadah ritual lainnya agar anak diberikan kesuksesan yang luar biasa. 

Kini, perjuangan orang tua, bentuk tirakatnya ditambah dengan membelanjakan uangnya untuk kebutuhan anak dalam mencari ilmu pengetahuan baik di bidang pendidikan formal, non formal, dan informal. Orang tua mendidik diri dan anaknya memahami makna pentingnya modal dalam belajar. 

Dalam kajian keilmuan Islam misalnya dalam kitab taklim mutak'alim modal dalam belajar yang disebut bulghoh itu penting. Bulghoh ini adalah salah satu syarat berhasilnya mencari ilmu di samping 5 syarat lainnya (cerdas, semangat, sabar,  ada petunjuk ustaz dan lama waktunya). 

Jadi, cukup bijaksana dan bukan boros jika orang tua mau membayar mahal untuk SPP  sekolah, biaya pondok pesantren, SPP kursus, dan biaya layanan pendidikan lain untuk kesuksesan belajar anak. Tidak salah juga ketika orang tua memahamkan anaknya agar giat belajar dan berkarya agar dapat beasiswa dan atau bisa membiayai sekolahnya sendiri dengan pertimbangan bijaksana dan mulia.

Dalam momentum peringatan Hari Anak Nasional ke-40 pada tahun 2024 ini, patut kiranya kita menyampaikan selamat tidak saja kepada anak, tapi kepada para orang tua yang telah sukses dan terus berproses mendampingi tumbuh kembang anak dan capaian anak di segala bidang kehidupan. (*)

***

*) Oleh : Astatik Bestari, Ketua 2 Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tutor Pendidikan Kesetaraan Nasional.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.