TIMES BANYUWANGI, BATU – Kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Raden Soerjo menjadi pusat perhatian dunia pada 5–6 Juli 2025. Ribuan pelari dari berbagai negara berkumpul di jantung hutan konservasi ini dalam ajang Mantra116 Ultra Trail Running, membuktikan bahwa konservasi alam dan olahraga bisa berjalan beriringan.
Di antara rimbunnya hutan pinus dan jalur setapak yang membelah pegunungan Arjuno-Welirang, Tahura R. Soerjo berdiri bukan hanya sebagai kawasan konservasi, tapi juga sebagai arena internasional bagi ribuan pelari ultra trail. Pada 5–6 Juli 2025, kawasan ini menjadi lokasi utama penyelenggaraan Mantra 116 Ultra Trail Running edisi ke-8, yang berhasil menarik 2.400 peserta, termasuk 113 pelari dari lebih 20 negara.
Sandra Devi, Kasi Perencanaan, Pengembangan, dan Pemanfaatan di UPT Tahura R. Soerjo, menegaskan bahwa event ini lebih dari sekadar olahraga. “Ini adalah momentum mengenalkan Tahura sebagai kawasan yang tak hanya penting secara ekologis, tapi juga potensial sebagai destinasi sport tourism kelas dunia,” ujarnya.
Sebagai satu-satunya taman hutan raya yang membentang di tiga wilayah—Malang, Pasuruan, dan Mojokerto—Tahura R. Soerjo menawarkan kontur alam yang ideal untuk lintasan trail run: jalur ekstrem, puncak dengan panorama luar biasa, dan keragaman hayati yang masih terjaga.
Rute Mantra 116 yang melintasi kawasan ini terdiri dari berbagai kategori: 116K, 68K, 38K, 34K, serta kategori rekreasional 17K dan 10K. Seluruh rute membawa pelari menjelajahi lanskap hutan tropis, sabana, lereng gunung, dan titik-titik sakral yang menyimpan sejarah dan budaya lokal.
Namun kehadiran ribuan pelari bukan tanpa risiko. Karenanya, pihak UPT Tahura R. Soerjo menerapkan pengawasan ketat dengan tetap menjaga prinsip konservasi. “Kami bekerja sama erat dengan panitia dan relawan untuk memastikan tidak ada kerusakan lingkungan, serta memastikan jalur bersih dan aman,” tambah Sandra.
Tak hanya nilai ekologis, Sandra juga menyoroti dampak ekonomi langsung bagi warga sekitar. “Dari tukang ojek, warung makan, hingga rumah warga yang dijadikan homestay—semuanya merasakan manfaat dari kegiatan ini. Ini bentuk ekonomi sirkular yang konkret,” jelasnya.
Agustiningtyas Marini, Kepala UPT Tahura R. Soerjo, mengatakan bahwa event seperti Mantra 116 menjadi sarana strategis untuk meningkatkan apresiasi publik terhadap hutan dan pegunungan. “Gunung Arjuno-Welirang bukan hanya soal ketinggian, tapi tentang narasi budaya dan alam yang menyatu. Tahura adalah pintu gerbang untuk mengenalkan itu semua ke dunia,” ujarnya.
Ia berharap momentum ini menjadi langkah awal agar pendakian Arjuno-Welirang dan ekowisata Tahura makin dikenal secara internasional. “Kami ingin membangun kesadaran bahwa pelestarian alam bisa sejalan dengan aktivitas pariwisata, asal dilakukan dengan bertanggung jawab,” tegas Marini.
Dengan penyelenggaraan yang sukses, kolaborasi lintas sektor, dan komitmen terhadap pelestarian alam, Tahura R. Soerjo membuktikan diri sebagai permata hijau Jawa Timur yang siap menyambut wisatawan—bukan hanya sebagai hutan lindung, tetapi juga sebagai pusat sport tourism yang berkelas.
Mantra 116K bukan hanya ajang lari, tetapi juga panggung untuk memperkenalkan Tahura R. Soerjo sebagai ikon konservasi dan sport tourism. Sebuah model sinergi antara pelestarian alam dan kegiatan berbasis komunitas yang memberi manfaat ekologis, sosial, dan ekonomi secara bersamaan.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Tahura Raden Soerjo Jadi Panggung Dunia Lewat Mantra116 Ultra Trail Running 2025
Pewarta | : Kurniawan Saputro |
Editor | : Imadudin Muhammad |