https://banyuwangi.times.co.id/
Opini

Pesantren Digital dan Revolusi Literasi Ramadan

Selasa, 18 Maret 2025 - 17:31
Pesantren Digital dan Revolusi Literasi Ramadan Moh Nur Fauzi S.H.I.,M.H. Dosen Studi Islam dan Filsafat Ilmu Prodi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas KH. Mukhtar Syafaat Blokagung Banyuwangi.

TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi digital telah membawa perubahan signifikan dalam dunia pendidikan, termasuk di pesantren. Tradisi membaca kitab kuning yang sebelumnya hanya mengandalkan teks fisik, kini mulai beradaptasi dengan format digital seperti e-book dan aplikasi kajian kitab. Fenomena ini semakin terlihat jelas saat Ramadan, ketika minat santri dalam mendalami literatur keislaman meningkat pesat.

Di era digital ini, akses terhadap literasi keislaman tidak lagi terbatas pada kitab cetak. Banyak santri yang kini menggunakan smartphone atau tablet untuk mengakses berbagai kitab kuning dalam bentuk PDF atau aplikasi berbasis mobile.

Beberapa pondok pesantren, terutama yang sudah mengadopsi konsep pesantren digital, menyediakan fasilitas seperti perpustakaan digital dan kelas daring untuk menunjang pembelajaran.

Namun, di sisi lain, ada tantangan besar yang dihadapi dalam transisi ini. Tidak semua pesantren memiliki akses yang memadai terhadap perangkat digital dan internet. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa penggunaan teknologi dapat mengalihkan fokus santri dari nilai-nilai tradisional pesantren yang mengedepankan interaksi langsung dengan kiai dan guru.

Literasi digital dalam dunia Islam bukanlah hal baru. Sejak abad pertengahan, Islam dikenal sebagai peradaban yang kaya akan literatur dan inovasi dalam penyebaran ilmu pengetahuan. Tradisi keilmuan Islam yang berkembang dari zaman Abbasiyah dengan didirikannya Baitul Hikmah hingga era modern kini telah mengalami evolusi yang pesat.

Menurut riset dari Pew Research Center (2022), penggunaan teknologi dalam pembelajaran Islam terus meningkat, terutama di negara-negara dengan komunitas Muslim besar. Situs-situs seperti IslamWeb, Sunnah.com, dan Maktabah Syamilah menjadi rujukan utama bagi santri dan akademisi dalam mengakses literatur keislaman secara digital.

Di Indonesia, inisiatif seperti NU Online dan TafsirWeb juga turut berperan dalam menyediakan akses literatur keislaman secara gratis bagi masyarakat luas. Hal ini membuktikan bahwa literasi Islam telah berkembang dari bentuk konvensional ke digital tanpa menghilangkan substansi ilmu di dalamnya.

Banyak pemikir Islam dan akademisi yang membahas pentingnya literasi digital dalam pengembangan keilmuan Islam. Salah satunya adalah Seyyed Hossein Nasr yang menyoroti bagaimana teknologi harus dimanfaatkan dengan bijak agar tidak menghilangkan esensi spiritualitas dalam Islam.

Dalam karyanya "Islamic Science and the Making of the Modern World", Nasr mengingatkan bahwa meskipun teknologi membawa manfaat besar, pendekatan yang terlalu rasional dapat menggeser aspek spiritual dalam pembelajaran.

Sementara itu, Marshall McLuhan, seorang teoretikus komunikasi, mengemukakan bahwa media yang digunakan dalam pembelajaran akan menentukan pola pikir masyarakat. Dalam konteks pesantren digital, penggunaan e-book dan media daring dapat memengaruhi cara santri memahami dan menyerap ilmu.

Pemanfaatan media digital seharusnya tidak hanya menjadi sarana praktis, tetapi juga harus memperhatikan metode yang tetap menjaga esensi dari literasi pesantren yang berbasis sanad keilmuan.

Di Indonesia, KH. Ma’ruf Amin, dalam beberapa kesempatan, menyatakan pentingnya adaptasi pesantren terhadap era digital. Ia menegaskan bahwa santri harus tetap mempertahankan nilai-nilai kepesantrenan sambil memanfaatkan teknologi untuk memperluas wawasan dan mempercepat akses terhadap ilmu keislaman.

Beberapa pesantren di Indonesia telah menerapkan digitalisasi dalam sistem pembelajaran mereka. Contohnya adalah Pesantren Nurul Jadid di Probolinggo yang telah membangun sistem pesantren digital dengan menyediakan aplikasi berbasis Android untuk santri mengakses kitab-kitab klasik. Pesantren ini juga menerapkan metode blended learning, di mana pembelajaran dilakukan dengan kombinasi tatap muka dan daring.

Pesantren lain seperti Al-Fatah di Temboro dan Gontor juga mulai menggunakan media digital dalam kajian-kajian kitab. Meskipun masih dalam tahap pengembangan, penggunaan e-book dan kelas daring mulai diterima oleh santri sebagai bagian dari metode belajar yang lebih fleksibel dan modern.

Namun, ada beberapa kendala dalam implementasi ini, antara lain keterbatasan infrastruktur, kurangnya literasi digital di kalangan pengajar, serta potensi gangguan akibat penggunaan internet yang tidak terkontrol. Oleh karena itu, perlu ada kebijakan yang mengatur pemanfaatan teknologi secara bijak di lingkungan pesantren agar tetap sesuai dengan prinsip-prinsip keislaman.

Transformasi dari kitab kuning ke e-book merupakan salah satu bentuk revolusi literasi yang tak terhindarkan dalam dunia pesantren. Dengan berkembangnya teknologi, pesantren harus mampu beradaptasi agar tetap relevan dalam menyebarkan ilmu keislaman. Meskipun demikian, perubahan ini harus tetap berlandaskan pada nilai-nilai kepesantrenan yang menghargai sanad keilmuan dan interaksi langsung antara guru dan murid.

Ke depan, digitalisasi pesantren bukan hanya sebatas penggunaan e-book, tetapi juga mencakup pembelajaran berbasis teknologi seperti penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam memahami tafsir Al-Qur’an dan hadis. Oleh karena itu, penting bagi pesantren untuk tidak hanya mengadopsi teknologi, tetapi juga membangun ekosistem digital yang tetap menjaga nilai-nilai Islam.

Dengan demikian, Ramadan sebagai bulan penuh ilmu dapat menjadi momentum bagi pesantren untuk semakin menguatkan tradisi literasi mereka, baik dalam bentuk konvensional maupun digital. Jika dikelola dengan baik, pesantren digital bisa menjadi pelopor dalam penyebaran literasi Islam yang lebih luas dan inklusif di masa depan.

***

*) Oleh : Moh Nur Fauzi, S.H.I., M.H., Dosen Studi Islam dan Filsafat Ilmu Prodi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas KH. Mukhtar Syafaat Blokagung Banyuwangi.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.