TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Gunung Raung, yang membentang di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso, masih menunjukkan aktivitas vulkanik dengan erupsi yang terjadi sejak Kamis (5/6/2025).
Tim pemantau dari Banyuwangi, yang terdiri dari para guide berpengalaman di Gunung Raung, telah naik ke puncak sejak Jumat (6/6/2025) untuk melakukan pengamatan langsung kondisi kawah.
Penanggung jawab Sekretariat Pendakian Gunung Raung, Dusun Wonorejo, Desa Kalibaru Wetan, Dimas Wahyu Pramana, mengungkapkan bahwa tim telah mengirimkan visual terbaru dari puncak gunung tertinggi ketiga di Jawa Timur tersebut.
“Visual terbaru yang dikirim tadi pagi, menunjukkan Gunung Raung masih mengeluarkan asap kelabu dari kaldera,” ungkap Dimas, sapaan akrab Dimas Wahyu Pramana, Senin (9/6/2025).
Menurut Dimas, tim pemantau bergerak menuju puncak untuk memastikan kondisi kawah serta mengecek titik-titik camp di gunung setinggi 3.332 meter di atas permukaan laut (MDPL) tersebut.
“Tim pemantau telah memeriksa titik-titik camp yang ada, dan hasilnya menunjukkan kondisi tetap aman,” ucapnya.
Meskipun aktivitas vulkanik Gunung yang memiliki kaldera kering terluas kedua di Indonesia itu masih berlangsung, Dimas menegaskan bahwa kegiatan pendakian belum ditutup sepenuhnya. Pihaknya masih menunggu perkembangan situasi terbaru serta rekomendasi dari instansi terkait.
“Hembusan asap sebenarnya sudah rutin, seperti yang terjadi pada bulan Maret lalu. Jadi, pendakian tetap dibuka sembari menunggu situasi kembali normal,” ujar Dimas, yang juga Kepala Dusun setempat.
Sementara itu, berdasarkan laporan terbaru petugas Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung di website magma.esdm.go.id pada Minggu (8/8/2025), Gunung Raung masih menunjukkan tingkat kegempaan dan pelepasan asap yang cukup signifikan.
Dalam laporan tersebut, teramati asap kawah utama berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tinggi, membubung sekitar 300-400 meter dari puncak.
Selain itu, dalam periode pengamatan tersebut, tercatat empat kali gempa hembusan dengan amplitudo 3-4 mm dan durasi 32-45 detik. Dua kali gempa tektonik jauh juga terdeteksi, dengan amplitudo berkisar antara 4-32 mm, S-P 13-36 detik, dan durasi gempa mencapai 45-119 detik.
Di sisi lain, satu kali gempa tremor menerus dengan amplitudo 0.5-3 mm, dominan 1 mm, turut terekam oleh sensor pemantauan.
Anggota PPGA Raung, Agung Tri Subekti, menjelaskan bahwa erupsi Gunung Raung yang berlangsung terus-menerus sejak Kamis lalu bukanlah hal yang baru. Sebelumnya, pada 2015, aktivitas serupa terjadi selama sebulan penuh.
“Hal yang sama juga terjadi pada 2020 dan 2021, dengan erupsi yang berlangsung hingga sebulan. Kami tidak dapat memastikan penyebabnya, tetapi karakter Gunung Raung memang seperti itu,” jelasnya.
Dengan kondisi vulkanik yang masih berlangsung, masyarakat dan pendaki di sekitar Gunung Raung diimbau untuk tetap waspada serta mengikuti arahan dari pihak berwenang.
Tim pemantau juga terus melakukan observasi guna memastikan keamanan jalur pendakian, sementara instansi terkait terus memantau perkembangan aktivitas gunung untuk langkah mitigasi lebih lanjut. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |