Berita

Ketum GM FKPPI: Musda untuk Menunjukkan Pengabdian, Bukan Rebutan Jabatan

Selasa, 19 Oktober 2021 - 09:56
Ketum GM FKPPI: Musda untuk Menunjukkan Pengabdian, Bukan Rebutan Jabatan Pangdam XIII/Merdeka Mayjen TNI Wanti W F Mamahit memukul gol sebagai tanda simbolis pembukaan Musda IX GM FKPPI Sulut, Senin (18/10/2021). di Aula Grhadika Jaya Sakti Makodam XIII/Merdeka. (foto: dok GM FKPPI)

TIMES BANYUWANGI, MANADO – Musyawarah Daerah GM FKPPI Pengurus Daerah XXII Sulawesi Utara digelar dalam situasi prihatin karena masih dalam kondisi pandemi Covid-19. Namun, hal ini sekaligus menjadi momentum untuk bersatu dan menghadapi kesulitan bangsa di tengah ancaman bahaya laten Covid-19.

Hal ini ditegaskan oleh Ketua Umum GM FKPPI Dwi Rianta Soerbakti dalam pidato sambutan Pembukaan Musda ke 9 PD XXII GM FKPPI Sulawesi Utara, di Aula Grhadika Jaya Sakti Makodam XIII/Merdeka, Senin (18/10/2021). Pidato sambutan ini disampaikan oleh Waketum I GM FKPPI Ir R. Agoes Soerjanto.

"Kenapa Covid-19, kita sebut laten, karena tanpa memandang derajat dan pangkat menyerang siapa saja, nyawa taruhannya, negara ancamannya," ucapnya.

Dwi Rianta mengatakan, lewat momentum Musda ke 9 ini, pengurus pusat GM FKPPI terus menyerukan kepada seluruh kader GM FKPPI untuk membantu para TNI-Polri, tenaga kesehatan dan elemen lain yang berjuang di garda depan penanganan Covid 19.

"Kami juga menyampaikan beribu terima kasih atas dedikasi para orang tua kami di TNI Polri, nakes, juga kader kader Loreng Bergerak dalam merawat NKRI agar pulih, sehat dan kuat," ucapnya.

Dalam pidatonya, Dwi Rianta juga menekankan agar Musda ini juga dijadikan momentum untuk konsolidasi kader dalam menyusun program kerja yang memberi manfaat bagi masyarakat Menado. Ini karena GM FKPPI bukan kumpulan anak anak muda putra dan putri purnawirawan dan putra putri TNI Polri yang identik dengan adu okol, adu otot dalam kehidupan bermasyarakat.

"Tapi buktikan dalam setiap program kerjanya kader GM FKPPI adalah kader berilmu, kader disiplin, kader yang memiliki kepedulian tinggi dan wawasan kebangsaan dan menjaga martabat kedaulatan NKRI," ucapnya.

Dwi Rianta berpesan kepada para kader jangan menjadikan Musda sekedar adu gengsi para kandidat yang ingin menjabat sebagai formatur Pengurus Daerah. Namun jadikan Musda sebagai forum eksperimen kebangsaan dan regenerasi kepemimpinan yang memiliki kemampuan mengelola Kesolidan, Keuatan dan Militansi yang respect dan tinggi terhadap segala persoalan, tantangan, rintangan yang mengancam dan menyulitkan NKRI.

GM FKPPI bWaketum I GM FKPPI Ir R. Agoes Soerjanto memberikan cinderamata kepada  Pangdam XIII/Merdeka Mayjen TNI Wanti W F Mamahit usai pembukaan Musda IX GM FKPPI Sulut, Senin (18/10/2021). (foto: dok GM FKPPI)

 

Kepada para kader GM FKPPI dimanapun berada, utamanya Sulawesi Utara, Dwi Rianta meminta para kader bisa menunjukkan kepada masyarakat, bahwa soliditas GM FKPPI bersama TNI Polri. Bukan untuk gagah gagahan, beking-membeking, tapi ini organisasi kader yang siap mati untuk membela dan mengabdi kepada NKRI.

"Demikian pula Musda ini, kami ingatkan digelar bukan hanya untuk menambah kesibukan dan meraih jabatan, tapi untuk menunjukkan pengabdian tanpa batas para pengurus dan kader terhadap nilai nilai Pancasila dan NKRI," ucapnya.

Kader GM FKPPI Harus Mengingat Sejarah

Tahun 2021, GM FKPPI memasuki usianya ke-43 tahun. Dalam menghadapi eksperimen kebangsaan, eksperiman persatuan dalam menghadapi Covid ini, GM FKPPI optimis NKRI akan keluar dari segala persoalannya dengan solusi mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila. Tidak hanya menghadapi Covid 19.

Namun juga menghadapi era kebebasan teknologi informasi yang juga mengancam ideologi bangsa yakni Pancasila juga pihak yang mencoba memecah belah persatuan dan kesatuan NKRI dengan gerakan radikalisme dan separatisme di berbagai daerah dengan memanfaatkan kebebasan berteknologi informasi.

Untuk itu, para kader di Sulawesi Utara, harus bersatu, bergotong royong dan waspada terhadap ancaman itu. Semangat untuk mempertahankan NKRI, tentu kita harus menyosialisaasikan Jas Merah, Jangan Sekali kali Melupakan Sejarah, seperti yang digariskan Bung Karno kepada kita semua. Sulut memiliki tokoh sejarah yang membingkai Pancasila sebagai ediologi dan falsafat bangsa. Dimana Pancasila mampu merekatkan perbedaan suku, ras dan agama yang dimiliki masyarakat Indonesia sampai saat ini.

"Di bumi Sulawesi Utara, ada dua nama Pahlawan Nasional, yang berjasa atas kemerdekaan NKRI. Yakni, Dr. (H.C.) Mr. Alexander Andries Maramis atau lebih dikenal dengan A.A. Maramis dan Sam Ratulangi. AA Maramis adalah pejuang kemerdekaan Indonesia dan pahlawan nasional menjadi anggota BPUPKI dan KNIP. Ia juga pernah menjadi Menteri Keuangan Indonesia dan merupakan orang yang menandatangani Oeang Republik Indonesia pertama," terangya.

Dwi Rianta menjelaskan, AA Maramis juga termasuk dalam Panitia Sembilan, yang ditugaskan untuk merumuskan dasar negara dengan berusaha menghimpun nilai-nilai utama dari prinsip ideologis Pancasila yang digariskan oleh Soekarno. Rumusan ini dikenal dengan nama Piagam Jakarta.

Sosok AA Maramis yang beragama nasrani menunjukkan jiwa toleransinya yang turut andil menandatangani Piagam Jakarta untuk keutuhan NKRI. Beliau yang mengusulkan perubahan butir pertama Pancasila kepada Drs Mohammad Hatta.
Berkat kegigihan dan perjuangannya, pada tanggal 8 November 2019, AA Maramis dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo.

Selain AA Maramis, ada satu lagi sosok pahlawan Nasional yang berasal dari Sulawesi Utara. Beliau adalah Sam Ratulangi, yang juga diangkat sebagai salah satu anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) mewakili Sulawesi. Daerah Sulawesi dipercayakan kepada Sam Ratulangi sebagai Gubernur Sulawesi.

"Dari dua tokoh pahlawan nasional ini, tentu kami kader-kader GM FKPPI Sulawesi Utara bangga dan wajib untuk meneladani perjuangan mereka. Terutama soal menjaga dan merawat Pancasila dan NKRI. Jiwa toleransi harus terus menggelora dalam jiwa kader GM FKPPI.  Dari itu, kami mengajak kepada seluruh kader, untuk berjiwa plural dan bersikap multikultural. Karena hal itu adalah nilai-nilai Pancasila dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”," ucapnya.

Ketum GM FKPPI secara tulus menyatakan pujian kepada Manado, sebagai salah satu daerah yang memiliki keanekaragaman agama dan budaya Nusantara. Hal itu dibuktikan dengan aneka budaya lokal dan keraifannya. Memiliki falsafah Si Tou Timou Tumou Touyang yang berarti “Manusia Hidup untuk Memanusiakan Orang Lain”. Falsafah ini sarat dengan sikap dan jiwa toleransi dan menjaga martabat kemanusiaan.

Dwi Rianta mengatakan, jiwa gotong royong ini terus dijunjung tinggi, tradisi Mapalus dan jargon yang kondang di seluruh Nusantara yakni: Torang Samua Basudara. Tiga kekuatan budaya itu yang mampu membuat masyarakat Sulawesi Utara hidup dalam suasana penuh toleransi dan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dan etnis masyarakat.

"Sekali lagi saya ingatkan, jadikan Musda ke 9 ini sebagai ajang konsolidasi kebangsaan, kemasyarakatan dengan tetap berpegang teguh kepada Pancasila dan menjaga keutuhan NKRI. Seperti jargon kita di HUT ke-43 yakni, Teguh Bergotong Royong, Tangguh Bersama Pancasila, Tumbuh Maju NKRI," ucapnya.

Rencananya selain Musda, PP GM FKPPI yang memasuki usianya ke-43 tahun akan melakukan berbagai kegiatan konsolidasi kader serta audiensi dengan pembina TNI Polri di Sulut. (*)

Pewarta : Tria Adha
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.