https://banyuwangi.times.co.id/
Berita

Haji di Usia Senja, Keteguhan Hati di Bawah Pohon Soekarno

Jumat, 21 Juni 2024 - 20:39
Haji di Usia Senja, Keteguhan Hati di Bawah Pohon Soekarno Musrifah, jemaah haji Indonesia duduk dengan sabar setelah melaksanakan ibadah di Arafah. (FOTO: MCH 2024 Kemenag RI)

TIMES BANYUWANGI, ARAB – Di bawah rindangnya Pohon Soekarno di depan tenda maktab 94, seorang nenek berusia 83 tahun, Musrifah, jemaah haji Indonesia duduk dengan sabar setelah melaksanakan ibadah di Arafah pada Sabtu, 15 Juni 2024.

Dengan tongkat sebagai teman setianya, Musrifah menanti jadwal bus untuk melanjutkan perjalanan haji. Keteguhan hatinya mengiringi setiap langkah dalam perjalanan suci ini.

Perjuangan Panjang yang Berbuah Manis

Musrifah, yang berasal dari Susukan, Semarang, menjalani haji dengan kesendirian yang penuh makna. Cucu kesayangannya, yang biasa menemani, belum mendapatkan kesempatan untuk berhaji bersamanya.

"Belum waktunya berangkat, padahal cucu saya juga sudah daftar," ungkap nenek dari 25 cucu ini dengan penuh harap.

Menjaga Syukur di Setiap Langkah

Meski tidak fasih berbahasa Indonesia dan lebih nyaman berbicara dalam bahasa Jawa, Musrifah menunjukkan keramahan dan kesabaran yang luar biasa. Ketika berbincang dengan petugas, ia sering mengucapkan "Alhamdulillah" dengan senyum khasnya. Saat ditawari kurma, ia mengambil tiga butir dengan wajah penuh syukur, "Alhamdulillah," ucapnya berulang kali.

Kehidupan Musrifah tidaklah mudah. Suaminya telah meninggal, dan dari sepuluh anak yang ia miliki, lima di antaranya telah tiada, beberapa meninggal saat masih bayi.

Namun, Musrifah tidak pernah mengeluh. Bahkan di tengah segala kesulitan, ia tetap mengucap syukur kepada Allah. "Alhamdulillah, Alhamdulillah," bisiknya pelan, sambil tersenyum.

Tekad yang Tak Pernah Padam

Keinginan Musrifah untuk berhaji sudah lama terpendam. Setelah 12 tahun menunggu, ia akhirnya dapat menjadi tamu Allah.

"Saya daftar sendirian, Alhamdulillah Allah beri umur panjang, jadi masih bisa berhaji," kata Musrifah yang berprofesi sebagai petani. 

Ketika diberitahu petugas bahwa mereka sudah berada di Arafah, kebahagiaan Musrifah tak dapat disembunyikan.

"Ini kita berada di Arafah, Mbah." "Alhamdulillah, sudah haji ya," jawabnya dengan senyum lebar.

Pelajaran dari Sang Ibu

Orang tua Musrifah mengajarkan untuk selalu bersyukur atas segala sesuatu yang diberikan Allah, meskipun itu berupa cobaan.

"Banyak cobaan, tapi akhirnya Allah izinkan saya bisa sampai sini, tempat yang diimpikan semua orang, Alhamdulillah," ujarnya dengan mata berkaca-kaca. 

Setelah beberapa saat, Musrifah kembali masuk ke dalam tenda. Ia mengeluarkan sebuah buku kecil yang sudah tampak lusuh dan mulai melantunkan surah Yasin. Tubuhnya yang renta tidak menghalangi semangatnya untuk terus beribadah dan mengucap syukur.

Kisah Musrifah adalah potret keteguhan iman dan rasa syukur yang mendalam. Di usia senja, dengan segala keterbatasan dan cobaan yang dihadapi, ia tetap berpegang teguh pada keinginan untuk menunaikan ibadah haji.

Dengan hati yang ikhlas dan penuh syukur, Musrifah menjadi inspirasi bagi kita semua, bahwa kesabaran dan keteguhan hati akan selalu menemukan jalannya menuju ridha Allah. 

Kisah ini mengingatkan kita untuk tidak pernah menyerah, terus berusaha, dan selalu bersyukur dalam setiap langkah kehidupan. Sesungguhnya, keteguhan hati dan iman yang kuat akan membawa kita pada kebahagiaan yang sejati. (*)

Pewarta : Imadudin Muhammad
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.