https://banyuwangi.times.co.id/
Berita

Kebudayaan Banyuwangi Dinilai Kurang Terdokumentasi, Sarasehan Budaya Dorong Pemajuan Berbasis Identitas Lokal

Kamis, 17 April 2025 - 18:11
Kebudayaan Banyuwangi Dinilai Kurang Terdokumentasi, Sarasehan Budaya Dorong Pemajuan Berbasis Identitas Lokal Inisiator Banyuwangi Culture Studies, Handoko, saat menjelaskan 10 objek kebudayaan dalam acara sarasehan di Pendopo Sabha Swagata Blambangan. (Foto: Fazar Dimas/TIMES Indonesia).

TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Meski dikenal sebagai salah satu daerah dengan kekayaan budaya yang kuat, dokumentasi kebudayaan di Banyuwangi ternyata masih minim. Hal ini mencuat dalam Sarasehan bertajuk “Budaya Banyuwangi dalam Perlintasan Makna: Kajian atas Transformasi Mistis, Estetik dan Komersial” yang digelar di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, Kamis (17/4/2025).

Kegiatan ini menghadirkan beragam tokoh lintas bidang mulai dari budayawan, seniman, akademisi, sejarawan, hingga mahasiswa. Beberapa narasumber utama yang hadir di antaranya adalah Inisiator Banyuwangi Culture Studies, Handoko; Guru Besar FIB Universitas Indonesia, Prof. Dr. Agus Aris Munandar, M.Hum; Kepala PPKB FIB UI, Dr.phil. Lily Tjahjandari, M.Hum., CertDA; Guru Besar Universitas Negeri Jakarta, Prof. Dr. Novi Anoegrajekti; serta Ketua Dewan Kesenian Blambangan, Drs. Hasan Basri.

Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, yang berhalangan hadir, diwakili oleh Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemkab Banyuwangi, Dwi Yanto. Dalam sambutannya, Dwi Yanto menyoroti pentingnya memperluas pemahaman makna kebudayaan, termasuk olahraga sebagai bagian dari unsur budaya yang selama ini kerap terabaikan.

“Mudah-mudahan setelah kegiatan ini dapat lahir tindakan nyata yang berdampak pada peningkatan perekonomian serta kesejahteraan masyarakat,” ujar Dwi Yanto.

Sementara itu, Handoko menekankan pentingnya kebudayaan sebagai basis pembangunan Banyuwangi. Ia merujuk pada UU Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yang memuat 10 objek pemajuan kebudayaan, seperti tradisi lisan, ritus, seni, hingga teknologi tradisional.

“Banyuwangi daerah yang sangat lengkap dengan identitas budayanya. Maka dari itu, pengembangan Banyuwangi harus berbasis pada pemajuan kebudayaan,” kata Handoko.

Hal senada disampaikan Prof. Agus Aris Munandar yang menggarisbawahi lemahnya pendokumentasian budaya sebagai tantangan besar. Menurutnya, upaya pelestarian harus dimulai dari pengumpulan data kebudayaan secara menyeluruh, termasuk potensi arkeologis yang masih tersembunyi di Bumi Blambangan.

“Kita memang lemah mendokumentasi kebudayaan, maka dari itu kita harus memulihkan dengan studi data semampunya. Supaya Banyuwangi memiliki potensi arkeologis yang punya nilai kepurbakalaan,” jelasnya.

Di sisi lain, seniman muda Banyuwangi, Wandra Restu Siyan, menyambut baik sarasehan ini. Ia mengajak generasi muda untuk lebih melek budaya dan tidak hanya menjadi penonton dalam transformasi budaya yang terus berlangsung.

“Sebagai anak muda saya ingin mengajak anak-anak muda untuk mencintai dan melek kebudayaan yang ada di Banyuwangi,” ucap Wandra.

Sarasehan ini menjadi momentum penting dalam merumuskan langkah konkret agar kebudayaan Banyuwangi tak hanya hidup dalam pertunjukan, namun juga lestari dalam catatan dan dokumentasi untuk generasi mendatang.(*)

Pewarta : Syamsul Arifin
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.