TIMES BANYUWANGI, PONOROGO – Tak lengkap rasanya Lebaran jika tidak menyajikan cemilan unik berwarna pekat. Ya, itulah Madumongso. Jajanan manis dari tape ketan asal Kabupaten Ponorogo ini memang cukup digemari.
Pada setiap momen lebaran madumongso ini tak pernah absen melengkapi ragam suguhan Hari Raya Idul Fitri. Cemilan tradisional tersebut biasanya berukuran kecil dibungkus dengan kertas minyak, atau plastik berwarna warni dengan rasa yang khas.
Sulastri (54) tahun, warga Desa Caluk Kecamatan Slahung Ponorogo mengatakan, madumongso menjadi makanan wajib disantap saat lebaran secara turun temurun.
Ibu rumah tangga ini mengaku selalu membuat madumongso pada setiap lebaran Idul Fitri, diakuinya camilan ini sangat digemari saudara maupun tamu yang berkunjung ke rumah.
Selain itu Sulastri juga menerima pesanan dari beberapa langganan yang setiap Hari Raya Iedul Fitri menjadikan madumongso sebagai suguhannya.
"Madumongso ini harus ada dan wajib setiap lebaran Idul Fitri," ungkapnya kepada TIMES Indonesia, Minggu (31/3/2024).
Sulastri pun menceritakan proses pembuatan madumongso mulai dari mengukus ketan hitam, kemudian di fermentasi dari ketan hitam menjadi tape diberi ragi yang didiamkan selama 3 hari.
Agar menjadi madumongso, maka tape ketan harus dimasak dengan santan dan gula. Untuk memasaknya butuh waktu 6 hingga 7 jam hingga menjadi adonan yang kental.
“Masak ya hingga 7 jam agar sampai jadi madumongso,” jelas Sulastri.
Resep madumongso ini, sebut Sulastri, sudah turun temurun dari orang tua. “Semoga saja jajanan tradisional khas lebaran ini tidak akan hilang,” tukasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Legitnya Madumongso, Jajanan Khas Ponorogo yang Tak Pernah Absen saat Lebaran
Pewarta | : M. Marhaban |
Editor | : Ronny Wicaksono |