TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Sewa baju adat masih belum banyak dilakoni orang namun sebenarnya peluangnya bagus. Bisnis ini seringkali dibutuhkan banyak orang, terutama mereka yang membutuhkan pakaian adat untuk acara-acara khusus seperti pernikahan, upacara adat, atau festival budaya. Aluna Makeup di Banyuwangi adalah salah satu contoh sukses dari bisnis ini.
Ana Nur Lailatur Rofiqoh, pemilik Aluna Makeup menceritakan bahwa permintaan akan baju adat terus meningkat, seiring dengan kesadaran masyarakat untuk melestarikan budaya Nusantara.
“Dengan menyediakan berbagai macam baju adat dari berbagai daerah, Aluna Makeup mampu menarik pelanggan dari berbagai kalangan, mulai dari anak kecil hingga dewasa,” kata Rofiqoh sapaan akrabnya, Kamis (31/10/2024).
Rofiqoh memulai bisnis sewa baju sejak 2021 dan membuka bisnisnya di kediamannya Dusun Lerek, Desa Gombengsari, Kecamatan Kalipuro, Banyuwangi. Ia mengaku memilih bisnis menyewakan baju adat ini karena merasa di daerahnya tidak ada yang membuka bisnis ini.
“Dulu awalnya warga daerah saya kalau mau menyewa baju adat biasanya di Dusun atau Desa sebelah. Karena melihat antusias warga terhadap sewa baju adat akhirnya saya memberanikan diri untuk membuka bisnis ini,” ujarnya.
Wanita berusia 23 tahun itu menjelaskan tantangan yang sering dialami selama ini. Menurutnya, banyak customer yang tidak paham dengan harga sewa dan menganggap terlalu mahal.
“Padahal di saya ini termasuk paling murah untuk daerah sini,” ucapnya.
“Untuk sewa baju ini sebenarnya tergolong murah. Mulai dari harga Rp 35 ribu saja,” imbuhnya.
Tak hanya itu, resiko yang dialami seringkali ada pelanggan merusakkan baju dan tidak bertanggung jawab. Namun, ia menyadari bahwa itu memang resikonya.
Dalam bisnis ini tentunya Rofiqoh harus banyak menyediakan stok pakaian adat, baik dari Banyuwangi, Lampung, Padang, Minang, dan masih banyak lainnya.
“Tentunya saya menyiapkan jenis pakaian adat beberapa stel, supaya bagi penyewa berkelompok bisa serasi berseragam,” paparnya.
Dalam hal perawatan pakaian, Ana selalu mengutamakan kebersihan dan kerapian sehingga penyewa merasa senang dan nyaman saat mengenakan.
Bisnis sewa bajut adat diakuinya cukup menggiurkan, dengan pendapatan mencapai puluhan juta rupiah per bulan. Jumlah ini terus meningkat seiring dengan banyaknya permintaan dan banyaknya acara yang membutuhkan pakaian adat.
“Apalagi bulan Agustus dimana banyak acara karnaval kebangsaan yang tentunya selalu membutuhkan pakaian adat. Alhamdulillah bisa sampai Rp 40 juta kalau bulan Agustus,” ungkapnya.
Rofiqoh berhasil menumbuhkan citra positif di antara para pelanggan melalui penerapan strategi pemasaran yang cerdas dan pemberian layanan yang efisien. Selain memberikan keuntungan bagi sang pemilik, bisnis sewa baju adat ini juga sangat berperan dalam mendukung melestarikan budaya Indonesia. (*)
Pewarta | : Muhamad Ikromil Aufa (MG) |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |