TIMES BANYUWANGI, MALINAU – Terletak di Jalan Pusat Pemerintahan No. 1, Malinau, Kalimantan Utara, Dewan Kerajinan Nasional Daerah Malinau (Dekranasda) menjadi pusat wadah bagi para pengrajin lokal untuk menampung dan memasarkan produk kerajinan mereka.
Sejak berdiri pada tahun 2015, Dekranasda Malinau telah berkomitmen untuk mengembangkan potensi kerajinan daerah. Ini menjadikannya sebagai wadah bagi para pengrajin untuk menampilkan dan memasarkan produk mereka, baik di dalam maupun luar negeri.
Dekranasda Malinau tidak hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan produk kerajinan, tetapi juga sebagai pusat informasi dan dukungan bagi para pengrajin. Berbagai jenis kerajinan, seperti batik, tas rotan, anyaman, dan furniture, ditampung di sini.
Kumpulan kain batik yang ada di Dekranasda Malinau. (Foto: Nanda Viola Vallenxia Sijabat/TIMES Indonesia).
David, S.IP,nStaff Harian Dekranasda Malinau Malinau menjelaskan, keberadaan Dekranasda untuk membantu para pengrajin memasarkan produk mereka, baik di dalam kota maupun luar kota, bahkan sampai ke luar negeri.
"Dekranasda Malinau bisa juga menjadi tempat pusat membeli oleh oleh dari kabupaten Malinau, dengan produk produk dan bahan yang berkualitas dengan harga yang terjangkau," ucapnya, Senin (28/10/2024).
Saat ini, Dekranasda Malinau menampung sekitar 15 pengrajin batik, lalu ada banyak pengrajin tas rotan namun yang tergabung dalam Dekranasda Malinau ada dua Momon dan Nora Sikin.
Produk-produk ini mencerminkan kekayaan budaya dan kerajinan tangan yang dimiliki oleh masyarakat Malinau. Pengrajin batik berasal dari berbagai desa, seperti Desa Wisata Setulang, Desa Wisata Pulau Sapi, Desa Malinau Hilir, dan Desa Malinau Hulu yang terletak di Kecamatan Malinau Utara, serta desa-desa lain yang jauh dari pusat kota.
Salah satu contoh produk funiture anyaman di Dekranasda Malinau. (Foto: Nanda Viola Vallenxia Sijabat/TIMES Indonesia)
Salah satu kegiatan tahunan yaitu adalah pameran Dekranasda, yang berlangsung di kota Jakarta Convention Center setiap bulan Agustus hingga September.
"Kemarin adalah pameran terakhir yang kami ikuti di bulan Agustus. Ini adalah kesempatan emas bagi kami untuk mempromosikan produk kerajinan Malinau kepada publik yang lebih luas," kata David.
Pameran ini tidak hanya memberi peluang bagi pengrajin untuk menjual produk mereka, tetapi juga untuk mendapatkan umpan balik dan memperkenalkan kerajinan lokal kepada pengunjung dari berbagai daerah, bahkan mancanegara.
Produk-produk yang dipamerkan mencakup berbagai item, mulai dari tas kulit yang dihargai berkisar Rp 650.000 hingga Rp 1,5 juta, hingga baju batik yang dijual seharga Rp 1,5 juta hingga Rp 2,5 juta.
Keberagaman produk kerajinan di Dekranasda Malinau juga mencerminkan keragaman etnis yang ada di daerah Kalimantan Utara. Terdapat saung yang terbuat dari bahan lokal dengan desain yang khas dari berbagai etnis, termasuk Kenya, Lundalil, dan Tahwow.
"Setiap produk tidak hanya menampilkan keindahan dan keahlian pengrajin, tetapi juga menyimpan cerita budaya yang kaya," sambung ketua Dekranasda Malinau, Maylenty Wempi.
Dekarnasda Malinau terus berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produk kerajinan yang ditawarkan sekaligus membantu pengrajin lokal dalam pengembangan produk serta pemasaran. (*)
Pewarta: Nanda Viola Vallenxia Sijabat
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Dekranasda Kabupaten Malinau menjadi Wadah Kreativitas dan Pemasaran Kerajinan Lokal
Pewarta | : Nanda Viola (MG) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |