TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Di tengah hiruk-pikuk kota yang semakin modern, ada kisah inspiratif yang berasal dari seorang lansia di Banyuwangi. Di sudut kota ini, dapat kita temui seorang penjual anyaman bambu dengan sepeda tuanya yang tak kenal lelah bernama Pandi.
Pria berusia 82 tahun itu telah menggeluti usaha anyaman bambu selama lebih dari enam dekade. Dengan tekad dan semangat yang luar biasa, ia berhasil mempertahankan dan mengembangkan warisan lokal ini meskipun menghadapi berbagai tantangan.
Meskipun sudah dilarang oleh keluarganya untuk berjualan, namun, pandi tetap bersikukuh untuk terus menjual anyaman bambu. Ia mengayuh sepeda tuanya sejauh kurang lebih 17 Km dari kediamannya di Desa Mangir, Kecamatan Rogojampi menuju tempat mangkalnya di tepi jalan raya depan Mall Ramayana.
“Sebenarnya sudah dilarang tidak boleh berjualan sama anak saya, tapi saya tidak mau. Karena kalau diam di rumah saja rasanya jenuh terkadang juga malah timbul penyakit karena kurang beraktifitas,” ujarnya, Kamis (12/09/2024).
“Saya sehari-harinya mangkalnya ya di depan Ramayana ini, nanti kalau tidak ada berarti ya pas di masjid,” imbuhnya.
Pandi mulai menjual anyaman bambu mulai dari usia remaja. Di masa mudanya yang penuh energi, pandi menjual anyaman bambu hingga ke pulau bali, saat itu ia pun berbagi pengalamannya mengalami susahnya menjual anyaman bambu di tengah abu vulkanik gunung agung.
“Saya masih ingat betul bergerak aja susah karena abu vulkanik cukup tebal, seingat saya hari minggu saat itu,” ungkapnya.
Dalam sekali berangkat ia biasanya membawa 50 sampai 150 anyamanan bambu. Produk yang dijualnya pun tergolong ramah di kantong, harganya tergantung dari ukurannya, mulai dari yang terkecil dibanderol Rp10 ribu hingga yang paling besar hanya dibanderol Rp 25 ribu.
Perjalanan Pandi tidak selalu mulus. Di era modern seperti ini, ia sering menghadapi kesulitan dalam menjual anyamannya. Persaingan dengan produk modern dan perubahan gaya hidup masyarakat yang lebih menyukai barang-barang praktis dan murah membuat usahanya sempat terpuruk.
Meskipun demikian, Pandi tidak pernah menyerah, atas kesabarannya kini mulai membuahkan hasil. Masyarakat mulai melirik lagi produk anyamannya.
“Masyarakat sekarang mulai banyak lagi yang beli. Alasannya karena produk murah seperti yang dari bahan plastik daya tahannya tidak bisa mengalahkan anyaman bambu,” ucap bapak lima anak itu.
Menariknya, pandi mengungkapkan bahwa penjualan anyaman bambunya kini sudah sangat menjanjikan. Meskipun terkadang naik turun hasilnya, tapi dengan hasil yang didapat sudah dirasa cukup baginya.
“Alhamdulillah sekarang sering sehari bisa laku semua, terkadang juga sehari cuman laku 4 pcs,” ungkap pria dengan ciri khas topi putihnya itu.
Keberhasilan Pandi menjadi bukti nyata bahwa ketekunan, dedikasi, dan keinginan untuk memberikan produk berkualitas tinggi kepada pelanggan dapat menghadirkan kesuksesan dalam dunia bisnis.
Dengan semangat yang tak kenal lelah dan kerja keras, kita bisa meraih kesuksesan meskipun menghadapi berbagai tantangan. Ia adalah inspirasi nyata bahwa mempertahankan warisan lokal bisa menjadi jalan menuju keberhasilan. Pandi, dengan anyaman bambunya, telah mengajarkan kita untuk terus berjuang dan tidak pernah menyerah pada impian kita.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Semangat Tak Kenal Lelah, Inspirasi dari Penjual Anyaman Bambu di Banyuwangi
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |