TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Panas matahari yang terasa begitu terik, berakibat pada munculnya 2 titik panas (Hotspot) di Banyuwangi, Jawa Timur. Atas kondisi tersebut, warga Bumi Blambangan diminta untuk waspada akan potensi kebakan dan hutan yang dapat terjadi sewaktu-waktu.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas III Banyuwangi, menunjukkan bahwa titik panas terdeteksi di Kecamatan Wongsorejo dan kawasan hutan lindung Kawah Ijen Merapi Ungup-ungup.
Menurut Prakirawan BMKG Kelas III Banyuwangi, Anjar Triono Hadi, dua titik panas tersebut sebagian besar berada di kawasan hutan dan lahan. Sehingga, menimbulkan potensi kebakaran yang cukup tinggi.
“Kami mengimbau masyarakat jangan sembarangan membuat sumber api. Jangan merokok serta membuang putung rokok di kawasan hutan dan lahan. Hal ini untuk mencegah munculnya sumber api sehingga dapat menimbulkan kebakaran,” kata Anjar, Sabtu (18/10/2025).
Anjar mengatakan, kondisi cuaca yang cenderung kering, peningkatan suhu, dan kurangnya curah hujan menjadi faktor utama yang memicu munculnya titik panas di Banyuwangi.
Citra satelit BMKG mendeteksi dua titik panas di Banyuwangi. (FOTO: BMKG)
Daerah rawan kebakaran, masih Anjar, terdeteksi di wilayah Kecamatan Wongsorejo. Hal ini dikarenakan daerah tersebut memiliki banyak area dengan vegetasi yang mudah terbakar ditambah tidak adanya hujan selama hampir tiga bulan terakhir di wilayah tersebut.
“Selain Wongsorejo, terkadang titik panas juga muncul wilayah Kecamatan Purwoharjo dan Tegaldlimo. Suhu udara yang tinggi dan rendahnya kelembapan membuat lahan-lahan daerah itu lebih rentan terhadap kebakaran,” ungkapnya.
Pantauan citra satelit BMKG, titik panas yang terdeteksi saat ini masih menunjukkan warna kuning. Artinya, warna ini menandakan potensi kebakaran, sementara warna merah menunjukkan bahwa kebakaran sudah terjadi. Sehingga, meskipun titik panas terlihat, belum tentu ada kebakaran yang berlangsung.
“Dalam citra satelit ada simbol tiga warna. Warna hijau berarti titik panas rendah, kuning sedang, dan merah berarti tinggi,” jelas Anjar.
BMKG meminta masyarakat untuk harus lebih berhati-hati, terutama dalam melakukan aktivitas yang melibatkan api, seperti membakar sampah atau membuka lahan.
Dengan meningkatnya kewaspadaan masyarakat, diharapkan si jago merah tak sempat menyapa hutan dan lahan Banyuwangi yang tengah kering diterpa musim panas. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |