TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Biro Tulip Psikologi Banyuwangi, kembali menunjukkan komitmennya dalam mendorong lahirnya Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas di bidang pendidikan inklusif melalui seminar yang digeber di Aula Minak Jinggo, Kantor Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi, pada Jumat (28/11/2025).
Seminar bertajuk "Mengembangkan Karir dan Panggilan Jiwa di Dunia Pendidikan Inklusif", ini diikuti oleh ratusan peserta dari guru, masyarakat umum, hingga mahasiswa dari berbagai latar belakang pendidikan.
Acara yang dikemas apik dengan moderator kawakan Bumi Blambangan, Mamik Yuniarti, ini menghadirkan dua narasumber berkompeten di bidangnya, yakni Dhea Dana Mariska, M.Psi., Psikolog dan Andhika Chandra Ajie, M.Psi., Psikolog.

Kedua narasumber tersebut, mengupas lebih spesifik terkait keahlian dasar yang wajib dikuasai oleh pendamping inklusi. Peserta dibekali pemahaman mendalam mengenai ciri-ciri anak dengan autisme, Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), hingga disleksia.
Selain itu, para peserta juga diajak melakukan role play alias bermain peran untuk mengaplikasikan ilmu yang baru diterima. Melalui simulasi kasus dan praktik pendekatan, mereka diharapkan mampu menerapkan strategi yang tepat di sekolah maupun dunia kerja nyata.
Direktur Biro Tulip Psikologi Banyuwangi, Dhea Dana Mariska, M.Psi., Psikolog, menjelaskan bahwa kegiatan ini dirancang untuk memperluas pemahaman sekaligus membuka peluang karir di ranah pendidikan inklusif.
Menurut Dhea, dunia pendidikan inklusif sesungguhnya menawarkan peluang karir yang sangat luas dan tidak terbatas pada profesi guru saja.
Banyak peran dapat diambil oleh para peserta sesuai minat dan keahliannya, mulai dari penyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hingga menjadi konselor maupun trainer yang fokus mengedukasi sekolah-sekolah tentang layanan inklusi.
“Tujuan kegiatan ini adalah harapannya masyarakat di Banyuwangi bisa terbuka terhadap dunia inklusi bahwa di dunia inklusi ini sangat membutuhkan peran dari guru dan siapapun yang penting dia ada niatan hati untuk mendampingi anak-anak yang spesial,” kata Dhea, Jumat (28/11/2025).
Dhea menyebut, salah satu kebutuhan terbesar saat ini adalah pendamping yang benar-benar memahami karakteristik masing-masing anak.
Karena itu, pelatihan yang diberikan tidak hanya sebatas teori, tetapi juga mengajak peserta memahami kategori kebutuhan belajar, mulai dari autisme, ADHD, hingga disleksia. Dengan pemahaman tersebut, seorang pendamping maupun guru dapat menentukan strategi pembelajaran yang tepat.
“Misalnya ketika bertemu anak dengan ciri autis, mereka harus tahu program pembelajaran seperti apa yang sesuai. Begitu juga ADHD dan disleksia, setiap anak punya pendekatan sendiri. Itu yang kita bahas secara detail,” ujar Dhea.
Lebih lanjut, Dhea yang juga Pengurus Himpunan Psikologi Indonesia se-Karesidenan Besuki dan Lumajang (HIMPSI Sekarkidjang) itu, menegaskan bahwa Biro Tulip Psikologi Banyuwangi akan terus melanjutkan kegiatan seperti ini dengan cakupan materi yang lebih luas.
Ke depan, pihaknya berencana menambahkan pelatihan terkait manajemen kelas inklusif, teknik-teknik terapi yang dibutuhkan anak berkebutuhan khusus, hingga pendampingan lanjutan bagi guru yang ingin mendalami layanan inklusi.(*)
Dengan langkah berkelanjutan itu, Dhea berharap semakin banyak tenaga pendidik dan masyarakat Banyuwangi yang tergerak untuk hadir sebagai pendamping terbaik bagi anak-anak spesial, sehingga pendidikan inklusif benar-benar hidup dan tumbuh di setiap ruang belajar. (*)
| Pewarta | : Syamsul Arifin |
| Editor | : Imadudin Muhammad |