https://banyuwangi.times.co.id/
Berita

Musim Hujan, Saatnya Warga Banyuwangi Berburu Jamur Liar

Rabu, 29 Januari 2025 - 15:54
Musim Hujan, Saatnya Warga Banyuwangi Berburu Jamur Liar Musim penghujan, warga Banyuwangi berburu jamur liar. (FOTO : Ikromil Aufa/TIMES Indonesia).

TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Musim hujan yang melanda wilayah Banyuwangi, Jawa Timur, bukan hanya menimbulkan bencana alam saja, melainkan juga membawa berkah tersendiri bagi warga setempat. 

Saat curah hujan meningkat, berbagai jenis jamur liar tumbuh subur di hutan, lahan perkebunan maupun pekarangan rumah. Hal ini menarik perhatian warga untuk berburu jamur yang bisa dikonsumsi maupun dijual itu.

Bagi masyarakat yang tinggal di daerah perbukitan seperti di Kecamatan Licin, Songgon, Sempu, Glenmore, dan Kalibaru, musim hujan merupakan saat terbaik untuk berburu harta karun alami di hutan maupun di lahan perkebunan. Di musim ini banyak sekali ditemukan jamur yang bisa dimakan.

Pada rentang bulan Januari hingga Februari, jamur biasa mekar dengan subur. Saat itulah, Warga yang sudah terbiasa mencari jamur biasanya pergi ke hutan pada pagi hari, saat embun masih membasahi tanah. 

Mereka membawa keranjang atau kantong untuk mengumpulkan jamur yang ditemukan di bawah pohon atau di area lembab. Apabila beruntung, sekali berburu seharian bisa mendapatkan jamur liar ini hingga 20 kilogram.

Menurut Nadiatus sholekha (24), seorang warga Desa Temuasri, Kecamatan Sempu, Banyuwangi, ada beberapa jenis jamur yang lazim ditemui dan aman untuk dikonsumsi di saat musim hujan. Diantaranya, jamur trucuk, jamur bulan, jamur kidang, dan jamur barat.

“Jamur liar ini tumbuh alami setelah hujan deras. Beberapa jenis jamur tadi aman dikonsumsi, asalkan kita tahu cara membedakannya dengan yang beracun,” kata Nadia sapaan akrabnya, Rabu (29/1/2025).

Saat berburu jamur, masih Nadia, mata kita dituntut untuk konsentrasi ekstra, lantaran warna jamur seringkali sama dengan warna tanah. Oleh karena itu, pengamatan yang cermat sangat diperlukan untuk bisa menemukan.

“Dor Jamur, Ndi Tonggomu (jamur dimana tetanggamu). Kata yang sering terucap saat menemukan jamur,” cetusnya sambil tertawa.

Selain sebagai kegiatan yang menyenangkan, berburu jamur juga memberikan nilai ekonomi yang menguntungkan bagi warga Banyuwangi.

Faridah (65), yang juga warga Desa Temuasri, Kecamatan Sempu, Banyuwangi, mengatakan bahwa selain dikonsumsi sendiri, jamur hasil buruan juga biasa dijual di pasar tradisional dengan harga bervariasi, tergantung jenis dan kelangkaannya. 

Karena jamur ini tumbuh musiman, wajar saja jika harganya mahal. Meskipun dihargai tinggi, Faridah mengaku enggan untuk menjualnya. Menurutnya, jamur liar yang berkualitas baik bisa dijual dengan harga Rp 45 ribu hingga Rp 75 ribu per kilogramnya.

“Kalau saya nggak dijual, dimakan sendiri. Mencarinya susah karena hanya musim hujan seperti ini saja. Selain itu, jamur ini rasanya gurih bahkan banyak yang bilang daging ayam saja kalah rasanya,” katanya.

Untuk risiko keracunan, Faridah mengaku tidak khawatir. Sejak dulu, sudah sering mengolah jamur ini sebagai lauk. Selain itu, dia selalu memastikan jamur yang dimasak benar-benar bukan jamur yang beracun.

“Biasanya, jamur yang beracun memiliki warna mencolok dan mudah hancur ketika dipegang,” tutur ibu tiga anak itu.(*)

Pewarta : Syamsul Arifin
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.