Berita

Budaya Minum Kopi Klasik Indonesia Juga Dibawa China Perantauan ke Negerinya

Jumat, 02 Desember 2022 - 16:15
Budaya Minum Kopi Klasik Indonesia Juga Dibawa China Perantauan ke Negerinya Li Shihong (kiri) mengobrol dengan kerabat dan teman di kafenya di Xinglong, Wanning, provinsi Hainan, bulan lalu. (FOTO: China Daily/Xinhua)

TIMES BANYUWANGI, JAKARTA – Orang-orang China perantauan ternyata begitu kembali ke negerinya membawa serta budaya, salah satunya budaya minum kopi klasik Indonesia serta membuat kue lapis.

Contohnya barista Li Shihong, 51, ini, yang membuka cafe di kota Xinglong, Wanning sebuah kota pantai di provinsi pulau tropis Hainan di China Selatan.

Di sana ia menjual minuman, perpaduan antara susu kental manis dengan kopi yang dipanggang dengan arang, sebuah kopi susu klasik Indonesia dengan aroma minuman panas yang meresap ke dalam ruangan.

Li Shihong mencoba membawa kembali kenangan hidup di luar negeri, dimana kopi rasa ini sangat populer di kalangan Tionghoa perantauan lokal yang kembali dari Indonesia.

Li Shihong telah menjalankan sebuah kafe di kota itu bersama istrinya, Shen Hongmei, dan sudah berjalan selama dua dekade.

Baik Li maupun Shen, seperti dilaporkan China Daily, adalah keturunan Tionghoa perantauan yang kembali. Ibu Li kembali dari Indonesia, sedangkan ibu Shen kembali dari Thailand.

Sejak tahun 1950-an, orang Tionghoa perantauan dari negara-negara seperti Indonesia, Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Jepang telah kembali dan menetap di Xinglong.

Mereka yang kembali dari negara Asia Tenggara itu ternyata membawa serta kembali kebiasaan minum kopi. 

"Semua orang di sini minum kopi, dan proses produksi kopi lokal relatif luas. Kami ingin meningkatkan kualitas kopi Xinglong dan memperkaya cita rasa, jadi kami membuka kedai kopi sendiri,"  kata Shen.

Kafe sedang menuai reputasi yang baik di antara penduduk setempat, dan kerabat serta teman pasangan itu yang sering berkumpul di sana untuk mengobrol tentang masa lalu yang indah.

Pasangan ini telah mendengar banyak cerita menarik tentang nenek moyang mereka dari paman mereka, Lin Shihe dan Chen Defu.

Lin, 81, lahir di Pulau Bangka, Indonesia. Ketika dia tiba di Xinglong pada tahun 1960, dia ditugaskan untuk bekerja di sebuah peternakan setempat. 

Dia kemudian belajar kedokteran di Beijing, dan akhirnya menjadi dokter bedah umum. Dia adalah dekan sebuah rumah sakit di Xinglong ketika dia pensiun.

Sedangkan paman Chen berusia 79 tahun. Dia tinggal di Indonesia sampai berusia 10 tahun. Ketika dia kembali ke China bersama ibunya, yang membawa semua barang maharnya, termasuk cetakan kue perunggu.

Sejak saat itu, setiap keluarga Tionghoa perantauan akan membuat kue sendiri. Dipengaruhi oleh budaya makanan Tionghoa yang kembali, penduduk asli Xinglong biasa meminjam cetakan untuk membuat kue-kue ala Indonesia selama festival.

"Bahkan ibuku sudah lupa dimana kini cetakannya itu. Orang-orang bergantian menggunakannya," kenang Chen. Sejak saat itu, kue yang menampilkan kue tujuh lapis berkembang dan menjadi makanan khas lokal yang disajikan di kedai kopi.

Li sering meminta pamannya untuk menggambarkan ciri khas budaya lokal Xinglong yang melibatkan orang Tionghoa yang kembali.

Jawabannya sederhana: "Bersikap toleran, termotivasi, tekun, dan positif. Kami diterima dengan hangat oleh penduduk setempat, oleh karena itu kami memberikan kesopanan yang sama kepada semua orang," katanya.

Meski bisnis sedang booming, Li dan istrinya tidak berencana membuka kafe lain di luar kota.

"Budaya Tionghoa perantauan adalah jiwa kedai kopi kami. Tanpa jiwa, kafe tidak akan sejahtera seperti sekarang," kata Li yang kini menjadi barista dan menyuguhkan perpaduan susu kental manis dengan kopi yang dipanggang dengan arang, budaya minun kopi klasik Indonesia. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.