https://banyuwangi.times.co.id/
Berita

Rumah Aman Gempa Jadi Standar Baru Program Bedah Rumah di Banyuwangi

Selasa, 30 Desember 2025 - 11:26
Rumah Aman Gempa Jadi Standar Baru Program Bedah Rumah di Banyuwangi Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, saat meresmikan permodelan bedah rumah aman bencana. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)

TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi mendorong penerapan rumah aman gempa sebagai standar baru dalam program bedah rumah. Langkah tersebut menjadi bagian dari upaya mitigasi bencana, mengingat Bumi Blambangan termasuk wilayah yang memiliki tingkat kerawanan bencana cukup tinggi.

Pernyataan tersebut disampaikan Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, saat meresmikan permodelan rumah aman gempa di Desa Bakungan, Kecamatan Glagah, Selasa (30/12/2025). 

Rumah tersebut merupakan salah satu hunian warga yang dibangun dengan dukungan Palang Merah Indonesia (PMI) Banyuwangi menggunakan konsep bangunan tahan gempa.

“Alhamdulillah, hari ini kita bisa meresmikan salah satu rumah dari sekian rumah yang dibantu PMI dengan konsep retrofitting. Rumah ini dirancang tahan gempa dan disesuaikan dengan kondisi wilayah,” kata Ipuk, Selasa (30/12/2025).

Menurut Ipuk, program tersebut menjadi bukti nyata kehadiran PMI di tengah masyarakat. Selama ini, PMI kerap identik dengan kegiatan donor darah, namun peran PMI jauh lebih luas, termasuk dalam upaya pengurangan risiko bencana.

“PMI tidak hanya bergerak di bidang donor darah, tetapi juga hadir membantu masyarakat melalui berbagai program kemanusiaan, salah satunya pembangunan rumah aman gempa,” ujarnya.

Program bedah rumah di Banyuwangi, tahun ini telah dilaksanakan di lima kecamatan yang tergolong rawan bencana. Konsep aman bencana diharapkan dapat menjadi standar baru dalam pembangunan rumah di Banyuwangi, meski penerapannya masih menyesuaikan kemampuan anggaran.

“Untuk saat ini, penerapan secara menyeluruh dalam program bedah rumah memang belum memungkinkan karena membutuhkan anggaran yang cukup besar. Namun, teknik dan pengetahuan retrofitting ini diharapkan dapat diterapkan pada rumah-rumah lainnya,” jelas Ipuk.

Upaya pencegahan dinilai jauh lebih efektif dibandingkan penanganan pascabencana. Karena itu, program rumah aman gempa juga dibarengi dengan edukasi serta pelatihan bagi relawan, tukang, dan masyarakat agar pengetahuan tentang bangunan tahan gempa dapat diterapkan secara luas.

“Banyuwangi secara umum merupakan daerah rawan bencana. Prinsipnya adalah lebih baik mencegah daripada mengobati. Rumah aman gempa menjadi salah satu ikhtiar untuk melindungi masyarakat,” ujar orang nomor wahid di Banyuwangi itu.

Sementara itu, Ketua PMI Banyuwangi, Mujiono, menyampaikan bahwa pembangunan rumah aman gempa membutuhkan kolaborasi kuat antara PMI dan pemerintah daerah. Menurutnya, PMI merupakan mitra pemerintah dalam urusan kemanusiaan dan berbagai kegiatan sosial dan kebencanaan.

“Karena itu, kolaborasi dengan pemerintah daerah menjadi kunci agar program ini berjalan berkelanjutan,” kata Mujiono.

Selain pembangunan fisik rumah, PMI Banyuwangi juga menjalankan program edukasi dan peningkatan sumber daya manusia melalui pelatihan bagi relawan, tukang, dan pelaksana di lapangan. 

Para peserta pelatihan tersebut, diharapkan menjadi agen yang dapat menyebarluaskan pengetahuan tentang teknik bangunan aman gempa kepada masyarakat.

“Pelatihan ini penting agar ilmu yang didapat tidak berhenti di satu titik, tetapi bisa diterapkan dan ditularkan ke masyarakat luas. Dengan begitu, konsep rumah aman gempa dapat berkembang meski anggaran terbatas,” jelasnya.

Mujiono menambahkan, penerapan konsep retrofitting juga mempertimbangkan karakteristik wilayah. Banyuwangi memiliki kondisi tanah yang beragam, mulai dari tanah lempung di wilayah selatan seperti Pesanggaran yang mudah becek saat hujan dan pecah saat kering, hingga wilayah utara yang juga rawan bencana.

“Secara umum Banyuwangi memang rawan bencana. Karena itu, pendekatan pembangunan rumah aman gempa harus disesuaikan dengan kondisi tanah dan wilayah masing-masing,” ujarnya.

Secara teknis, rumah dengan konsep retrofitting memiliki perbedaan mendasar dibanding rumah konvensional. Salah satunya terletak pada penguatan dinding dengan kawat ram yang berfungsi menjaga struktur bangunan tetap menyatu saat terjadi gempa.

Selain itu, penggunaan material atap yang lebih ringan menjadi ciri khas agar bangunan mampu mengikuti getaran dan mengurangi risiko runtuh.

“Bangunan dibuat lebih ringan dan fleksibel agar saat terjadi gempa tidak langsung roboh. Konsep ini sudah melalui proses kajian teknis dan diharapkan bisa menjadi standar baru pembangunan rumah aman bencana di Banyuwangi,” tutup Mujiono.

Sebagai informasi, Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, meresmikan rumah permodelan aman gempa milik Suli Winariyati (58), warga Desa Bakungan, Kecamatan Glagah. 

Rumah berukuran 5x8 meter tersebut dibangun secara gotong royong melalui kolaborasi PMI Banyuwangi, TNI, Polri, serta masyarakat sekitar.

Di Banyuwangi, program bedah rumah aman bencana juga telah dilaksanakan di Desa Pengantigan, Kecamatan Rogojampi, sebagai bagian dari upaya memperluas penerapan hunian layak dan tahan gempa di wilayah rawan bencana.

Melalui program tersebut, diharapkan konsep rumah aman gempa dapat diterapkan lebih luas, sehingga masyarakat di wilayah rawan bencana memiliki hunian yang lebih aman, layak, dan berkelanjutan. (*)

Pewarta : Syamsul Arifin
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.