https://banyuwangi.times.co.id/
Berita

DKB Sebut Insiden Kekerasan Keyboardist Nodai Nama Baik Banyuwangi Sebagai Pusat Kesenian

Kamis, 14 Agustus 2025 - 14:59
DKB Sebut Insiden Kekerasan Keyboardist Nodai Nama Baik Banyuwangi Sebagai Pusat Kesenian Komisi Musik DKB Banyuwangi, Elvin Hendratha. (Foto : Anggara Cahya/TIMES Indonesia)

TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Insiden kekerasan dengan pengeroyokan terhadap seorang keyboardist di Desa Olehsari, Kecamatan Glagah, pada Selasa malam (12/82025), menuai sorotan dari Dewan Kesenian Blambangan (DKB). Pihaknya sangat menyesalkan kejadian tersebut, karena dinilai mencoreng nama baik Banyuwangi sebagai pusat kesenian yang selama ini dikenal damai.

"Mulai zaman nenek moyang kita sampai sekarang, belum pernah ada konflik semacam ini terjadi. Jadi ini hal yang sangat saya sesalkan," ucap Komisi Musik DKB Banyuwangi, Elvin Hendratha, Kamis (14/8/2025).

Seperti yang diberitakan sebelumnya, insiden kekerasan dialami oleh Keyboardist asal Kelurahan Penganjuran, Nanang Arianto pada Selasa malam (12/8/2025) ketika usai manggung dalam acara hajatan pernikahan. Akibat peristiwa itu, mata sebelah kanan Nanang harus diperban karena mendapat pukulan telak dari penonton.

Sebagai sebuah wadah yang menaungi kesenian khususnya seni musik, DKB yang dalam hal ini Elvin selaku komisi musik akan terus memberikan dukungan secara moral dan pendampingan hukum kepada Nanang. Harapnya kejadian serupa tidak akan pernah terjadi, terlebih hal ini mencoreng nama Banyuwangi yang dikenal dengan pusat budayanya.

"Sejauh ini korban sendiri sudah melakukan proses yang cukup menurut kami on track, yaitu melaporkan kepada pihak berwajib," jelasnya.

“Jadi artinya, hal ini baru pertama kali hal yang saya sangat sesalkan dan mudah-mudahan tidak jadi preseden buruk bagi kita semua," imbuh Elvin.

Terlebih, Elvin menyampaikan, insiden tersebut terjadi di wilayah yang terkenal akan seni budayanya. Yang dimana Desa Olehsari sendiri merupakan pusat kesenian Suku Osing karena adanya ritual adat Seblang.

Selama ini, lanjut Elvin, memang akan selalu ada perbedaan pendapat atau pemikiran antar musisi, dan hal itu lumrah terjadi. Tetapi melihat insiden yang dialami Nanang, tentu kejadian ini baru kali pertama terjadi. 

“Insiden ini seharusnya menjadi persoalan yang remeh. Namun, anehnya sampai Chaos yang menjadi ajang kekerasan. Bahkan dalam sejarah musik Banyuwangi, perbedaan cara berpikir tidak sampai adu jotos," tuturnya.

Elvin berharap, tidak ada lagi insiden serupa terjadi pada musisi. Karena Banyuwangi sendiri terkenal dengan namanya ‘miniaturnya Indonesia’. Jadi segala bentuk perbedaan di Banyuwangi bukan jadi alasan, karena itu miniaturnya Indonesia baik secara pemikiran atau apapun.

"Kita harap aparat penegak hukum bisa menjalankan kewajibannya, karena tentu secara hukum ada konsekuensi yang diterima jika melanggar hukum," tegasnya. (*)

Pewarta : Syamsul Arifin
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.