TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Kasus dugaan keracunan akibat konsumsi Makan Bergizi Gratis (MBG) di Bumi Blambangan kian memprihatinkan. Setelah insiden diare yang menimpa 112 pelajar di MAN 1 Banyuwangi, laporan kasus baru di sejumlah sekolah lain juga mencuat dan ironisnya, kasus itu terkesan sengaja ditutup-tutupi.
Kali ini, kasus dugaan keracunan MBG terjadi di SMA NU Gombengsari, kecamatan Kalipuro yang menimpa 10 murid dan 1 guru. Bahkan berdasar informasi dilapangan salah satunya hingga dilarikan ke RSUD Blambangan.
“Kami melakukan sidak, dan dari keterangan dari Puskesmas Desa Kelir, Kecamatan Kalipuro ada 11 orang termasuk guru dan salah satunya dilarikan ke RSUD Blambangan,” kata Anggota Komisi IV DPRD Banyuwangi, Zamroni SH., Sabtu (25/10/2025).
Masih di kecamatan yang sama, kasus dugaan keracunan setelah konsumsi menu MBG terjadi di SMPN 3 Kalipuro Desa Telemung. Dimana sebanyak 20 pelajar dilaporkan sakit termasuk tidak masuk sekolah karena alasan yang sama.
Dari hasil data di lapangan banyak pelajar di SMP 3 Kalipuro mengeluhkan sakit perut. Sayangnya mereka hanya disuruh pulang lebih awal dan diobati di UKS sekolah tanpa ditangani tenaga kesehatan dari Puskesmas.
Dari kasus dugaan keracunan MBG ini, awalnya pihak sekolah seperti terkesan takut dan tertutup dalam melaporkan kasus. Padahal, menurut Zamroni, adanya sidak merupakan upaya agar program MBG bisa berjalan lebih maksimal dan jauh dari makanan tidak aman dikonsumsi pelajar.
“Mari kita kawal program baik ini bersama-sama demi mewujudkan visi misi Presiden Indonesia,” tegasnya usai melakukan sidak di SMA NU Gombengsari, SMPN 3 Kalipuro bersama Umi Kulsum.
Untuk diketahui, kasus dugaan keracunan di dua sekolah itu diampu oleh SPPG yang sama di Desa kelir, yaitu Yayasan Cakra Danta Berdikari.
Meningkatnya laporan dugaan kasus keracunan akibat konsumsi MBG, Zamroni menekankan supaya Koordinator Pendamping MBG di Banyuwangi untuk selalu intensif berkoordinasi dengan Komisi IV DPRD Banyuwangi. Desakan ini bukan tanpa alasan, sebab pihaknya juga paham standar operasional dan kelayakan teknis SPPG.
Bukan hanya itu, masih kata Zamroni, mempertanyakan peran Ahli gizi dalam setiap SPPG. Ketua Fraksi Nasdem itu meminta agar ahli gizi bekerja secara profesional sesuai job description.
“Karena ini persoalan jiwa dan kesehatan anak didik di Banyuwangi, dimana itu bagian dari bidang kami di Komisi IV DPRD Banyuwangi,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Sekolah SMPN 3 Kalipuro, Dwi Hindarti Lasmisari, melalui Wali Kelas 7A, Mahmud Hamzah membenarkan adanya 20 orang siswanya yang sakit. Sayangnya pihaknya tidak menyebut secara spesifik sakit apa dialami oleh siswanya
“Saya tidak bisa menyebutkan ini adalah tanda-tanda sebuah keracunan, karena tanda-tanda yang kita dapati tidak seperti itu. Cuma anak-anak alasannya sakit gitu aja,” ujarnya.
Mahmud mengungkap, sakit yang dialami mereka itu terjadi setelah siswa menyantap menu MBG baru yang belum pernah disajikan sebelumnya sejak 22 September lalu, yaitu kare yang notabene bersantan. Padahal makanan bersantan sangat berisiko cepat basi jika tidak dijaga kehangatannya.
“Dari pengakuan murid memang tercium seperti bau basi, mungkin itu karena santan jadi memang tidak tahan lama,” ungkapnya.
Setidaknya ada tujuh siswa yang masuk UKS karena mengeluh pusing, karena tidak mengalami gejala berat, pihak sekolah hanya memberikan obat ringan dan menyuruhnya istirahat.
“Kami tidak langsung membawa anak-anak ke puskesmas karena gejalanya ringan, hanya pusing. kami juga sudah dikirimi obat-obatan dasar dari puskesmas, termasuk paracetamol, untuk penanganan di sekolah,” cetus Mahmud.
“Memang sudah ada arahan dari puskesmas, kalau hanya gejala ringan seperti pusing atau demam, bisa ditangani di sekolah dulu. Setelah istirahat sekitar satu jam, anak-anak sudah membaik dan bisa bermain lagi,” imbuhnya. (*)
| Pewarta | : Anggara Cahya |
| Editor | : Faizal R Arief |