TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Gelaran Fashion on Pedestrian rangkaian Banyuwangi Batik Festival (BBF) 2025, berhasil memikat bule mancanegara. Ajang yang digeber di Lorong Bambu Gesibu Blambangan, pada Jumat (17/10/2025), ini membuat wisatawan asal Prancis, Mathieu, terpesona dengan keindahan batik khas Bumi Blambangan.
Ya, bule yang datang bersama keluarganya itu tampak antusias menikmati setiap sesi. Mereka beberapa kali mengabadikan puluhan model yang melenggok di atas pedestrian mengenakan batik khas Banyuwangi.
“Hari ini saya di Banyuwangi. Saya lihat pameran batik, ini bagus, cantik, saya suka sekali,” ujar Mathieu dengan antusias, Jumat (17/10/2025).
Ditemui usai menyaksikan para model melenggak-lenggok di atas karpet merah, Mathieu mengaku akan merekomendasikan Banyuwangi kepada teman-temannya di negaranya.
“Saya harap lebih banyak orang Prancis datang ke Banyuwangi. Ini bagus sekali,” cetusnya.
BBF 2025 yang mengusung tajuk Gemelare Jarit Wader Kesit ini, merupakan hasil kolaborasi apik antara Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Jember. Kegiatan ini digeber selama dua hari, mulai 17 hingga 18 Oktober 2025.
Beragam kegiatan menarik turut meramaikan gelaran BBF 2025. Di antaranya adalah lomba mewarnai dan mencanting, fashion on pedestrian, BIK Run, stand up competition, talk show, hingga konser musik.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengatakan bahwa gelaran BBF tahun ini memang dikonsep berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pemkab berupaya memanfaatkan berbagai aset daerah yang selama ini belum tergarap secara optimal agar bisa menjadi ruang kreatif bagi masyarakat.
Menurut Ipuk, tema batik Wader Kesit yang diangkat dalam gelaran tahun ini menggambarkan semangat kelincahan dan ketangguhan masyarakat Bumi Blambangan, sebagaimana ikan wader yang hidup di arus deras namun tetap mampu bergerak lincah.
“Kita ingin menghadirkan sesuatu yang baru. Temanya tetap batik, tetapi dikoneksikan dengan cara yang berbeda agar lebih menarik,” ucapnya.
Orang nomor satu di Kota Gandrung itu menambahkan, pembinaan terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) batik di Banyuwangi terus berjalan melalui kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan asosiasi batik dan lembaga keuangan seperti OJK.
“Kita harus berkejaran dengan daerah lain yang juga punya festival batik. Karena itu, Banyuwangi selalu menampilkan tema baru setiap tahun, agar batik kita punya ciri khas tersendiri,” bebernya.
Para peserta tampil cantik menggunakan batik motif Wader Kesit pada Fashion on Pedestrian BBF 2025. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)
Sementara itu, Kepala OJK Jember, Muhammad Mufid, menjelaskan bahwa BBF 2025 menjadi bagian dari rangkaian Bulan Inklusi Keuangan (BIK) yang digelar serentak secara nasional. Melalui kolaborasi ini, OJK ingin menghadirkan literasi keuangan dengan cara yang lebih menyenangkan bagi masyarakat.
“BBF ini bukan hanya tentang batik, tapi juga upaya mengedukasi masyarakat agar semakin melek literasi dan inklusi keuangan. Kami menggabungkan kearifan lokal dengan program keuangan inklusif agar pesannya bisa diterima oleh semua kalangan,” jelasnya.
Dikatakan Mufid, kegiatan ini menyasar seluruh lapisan masyarakat mulai dari pelajar, pelaku UMKM, hingga penyandang disabilitas agar mereka dapat memahami pentingnya pengelolaan keuangan yang sehat dan terhindar dari praktik keuangan ilegal.
“Kami ingin masyarakat Banyuwangi semakin sadar pentingnya literasi keuangan, sehingga tidak mudah terjebak dalam aktivitas keuangan yang tidak bertanggung jawab,” tutupnya.(*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |