TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Sebagai kabupaten yang terletak di ujung timur Pulau Jawa, Banyuwangi tak pernah kehabisan bibit unggul, terutama di kancah seni dan industri kreatif. Kali ini, sorot lampu jatuh pada sosok muda berbakat: Sulaiman Ali Satief.
Pria kelahiran 2002 yang akrab disapa Sul ini adalah representasi generasi baru yang berani bermimpi besar. Di usianya yang baru menginjak 22 tahun, ia sudah menorehkan jejak di balik layar, menyiapkan diri menjadi sutradara film profesional.
“Sejujurnya hobiku memang di kamera. Ada rasa kebahagiaan yang tak terungkapkan kalau sedang syuting,” ujar Sulaiman, Senin (10/11/2025).
Sulaiman sedang mengerjakan proyek film. (FOTO: Sulaiman for TIMES Indonesia).
Putra sulung pasangan Drs. R. Agus Mulyono, M.Si., dan Lilik Herawati ini memang tumbuh dalam lingkungan yang menumbuhkan semangat eksplorasi. Sejak kecil, kamera sudah menjadi teman bermain, jendela untuk menangkap dunia dari sudut yang tak biasa.
Baginya, kebahagiaan adalah bahan bakar utama. Dari rasa senang itu lahir semangat untuk terus berkarya, belajar, dan bermimpi besar.
“Aku pengen jadi director di film fiksi, entah itu film pendek atau panjang,” tuturnya.
Perjalanan pemuda berzodiak Cancer ini tentu tak instan. Ia memulai langkah dari balik kamera, mengasah insting visualnya sebagai Director of Photography (DoP) dan camera person.
Portofolionya tak main-main: lebih dari 15 episode dokumenter untuk TVRI World dan TVRI Sport, serta 25 episode untuk Sea Today TV telah ia garap. Ia juga terlibat dalam event streaming Hollywings Sport Show di Bali sebanyak tiga kali—pengalaman yang mengasah kepekaan ritme visual dan dinamika lapangan.
Namun, puncak kebanggaannya hadir ketika karyanya menembus dunia festival film. Film pendek “Metanoia” garapannya berhasil masuk official selection Layar Cerita Perempuan Indonesiana TV oleh Kemendikbudristek 2024 dan tayang di ajang bergengsi Jogja Netpac Asian Film Festival (JAFF) tahun yang sama.
Tak berhenti di situ, film pendek “Ponzi” yang ia sutradarai juga menyabet Juara 1 Kompetisi Film Pendek OJK dan masuk official selection ajang nasional.
Meski segudang pengalaman telah ia genggam, Sulaiman tetap rendah hati. “Yang pasti sekarang aku fokus mempersiapkan diri untuk menjadi director profesional. Meski tidak gampang, aku yakin setiap syuting itu langkah kecil menuju cita-citaku,” ujarnya.
Kini, mahasiswa Sekolah Tinggi Multimedia Yogyakarta itu mulai dipercaya menyutradarai proyek-proyek lokal, seperti Iklan Layanan Masyarakat Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Banyuwangi, serta Iklan Politeknik Negeri Banyuwangi 2025.
Bagi Sulaiman, Banyuwangi bukan sekadar kampung halaman, melainkan sumber inspirasi. Alamnya yang kaya, budaya yang beragam, dan kehangatan masyarakatnya menjadi bahan bakar imajinasi untuk film-film yang ia impikan.
“Kalau orang Banyuwangi bisa mengangkat daerah lewat film, bangga banget rasanya. Aku pengen buktikan kalau anak daerah juga bisa bersuara di layar lebar,” kata Sulaiman penuh semangat. (*)
| Pewarta | : Syamsul Arifin |
| Editor | : Imadudin Muhammad |