https://banyuwangi.times.co.id/
Berita

Sesepuh Adat Berkumpul, Kades: Selamatan Desa Aliyan Banyuwangi Tetap Digelar

Jumat, 13 Agustus 2021 - 18:48
Sesepuh Adat Berkumpul, Kades: Selamatan Desa Aliyan Banyuwangi Tetap Digelar Para sesepuh adat, tokoh masyarakat dan tiga pilar Desa Aliyan berkumpul membahas selamatan desa (Foto: Rizki Alfian/TIMES Indonesia)

TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Setelah banyak warga Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi yang mengalami kesurupan massal, para sesepuh adat setempat akhirnya berkumpul. Mereka membahas tentang selamatan desa.

Berdasar hasil musyawarah dan berbagai pertimbangan bersama sesepuh adat, tokoh masyarakat dan tiga pilar Desa Aliyan, ritual selamatan desa akhirnya tetap digelar. Ini dilakukan demi keselamatan bersama.

Selamatan Desa Aliyan 2

"InsyaAllah acara ritual adat selamatan desa tetap dilaksanakan. Tetapi secara sederhana dengan memperhatikan protokol kesehatan yang ketat," kata Kepala Desa Aliyan, Anton Sujarwo kepada TIMESIndonesia usai pertemuan bersama para sesepuh adat, Jum'at (13/8/2021) sore.

Anton yang juga Ketua Asosiasi Kepala Desa Banyuwangi itu menyampaikan, jika ritual adat selamatan bersih desa di bulan Suro ini tetap harus dilaksanakan. Acara dilakukan pada Minggu (15/8/2021) mendatang.

"Sebenarnya kami juga agak repot. Sekarang kondisi masih masa pandemi. Namun disisi lain ini merupakan adat istiadat dan tradisi desa kami. Dan kalau tidak dilaksanakan, kami khawatir lebih banyak lagi warga desa kami yang kesurupan," ucap Anton.

Dan di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi tradisi adat Keboan munculnya ada di dua tempat. Yaitu di Dusun Sukodono dan Dusun Cempokosari. Keduanya muncul bersamaan saat bulan Suro.

Sebelumnya warga Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, gempar. Sejumlah warga mendadak kesurupan. Mereka menagih pelaksanaan tradisi Keboan, sebuah acara bersih desa turun temurun warisan leluhur Blambangan.

Peristiwa ini terjadi pada Jumat pagi tadi (13/8/2021). Warga yang bertingkah aneh ini diyakini dirasuki roh leluhur, Buyut Wongso Kenongo.

"Pak lurah, slametan di mbah buyut tak enteni gak onok. Ayo pak lurah ndang dilaksanakno (Pak Lurah, selamatan di Mbah Buyut, saya tunggu tidak ada. Ayo Pak Lurah, segera dilaksanakan)," ucap salah satu warga yang kesurupan.

Fenomena kesurupan massal di awal bulan Suro selalu terjadi setiap tahun. Dengan merasuk ke tubuh warga, para nenek moyang masyarakat suku Osing setempat menagih pelaksanaan tradisi Keboan.

Selamatan Desa Aliyan 3

"Leluhur kami, mbah Buyut Wongso Kenongo meminta tradisi Keboan tetap dilaksanakan walau di masa pandemi. Bahkan, beliau meminta tahun ini dirayakan secara besar-besaran," katanya

Disebutkan, warga kesurupan hari ini bernama Saliin warga Dusun Cempokosari dan Tanoso Dusun Krajan. Pagi hari, tiba-tiba keduanya bertingkah tak biasa. Berperilaku seperti binatang kerbau pada umumnya.

Sambil didampingi sanak keluarga, awalnya mereka berlari ke rumah Jumhar, di Dusun Temurejo, salah satu sesepuh sekaligus pawang Keboan. Selanjutnya warga kesurupan mendatangi kediaman Kades Anton Sujarwo. Menagih pelaksanaan selamatan bersih desa atau tradisi Keboan, demi keselamatan seluruh masyarakat.

Tradisi Keboan adalah selamatan bersih desa yang kental nuansa mistis. Dilaksanakan setiap bulan Suro oleh masyarakat suku Osing di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi. Pada pelaksanaan, puluhan masyarakat setempat mendadak kesurupan massal.

Tradisi Keboan konon digelar sejak era kerajaan Blambangan warisan Buyut Wongso Kenongo, yang makamnya berada di Dusun Cempokosari, Desa AliyanRogojampi Kabupaten Banyuwangi. Ritual ini dilaksanakan sebagai bentuk ungkapan syukur atas rejeki hasil pertanian melimpah sepanjang tahun. Selain itu juga sebagai ritual tolak bala. (*)

Pewarta : Rizki Alfian
Editor : Ronny Wicaksono
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.