https://banyuwangi.times.co.id/
Kopi TIMES

Kereta Lambat

Selasa, 03 Oktober 2023 - 16:35
Kereta Lambat Moh Ramli, (Alumni MTs Al-Hasan, Giligenting, Sumenep)

TIMES BANYUWANGI, JAKARTA – Sejauh ingatan. Saya sudah empat kali melakukan perjalanan Jakarta-Bandung. Terakhir pada tanggal 16 September, kembali ke Jakarta pada 18 September. Agendanya adalah memenuhi undangan diskusi yang diadakan oleh Kementerian Agama. 

Khusus ke daerah ini, tranportasi andalan saya adalah Kereta Api. Lebih tepatnya Kereta Api Argo Parahyangan. 

Jakarta-Bandung, atau sebaliknya, hanya memakan waktu kurang lebih 3 jam saja. Misalnya, dari Bandung saya berangkat pukul 11.30 WIB, sampai di Stasiun Gambir pukul 14.10 WIB.

Bagi yang aktivitasnya di Jakarta, bepergian ke Bandung termasuk kategori healing. Sekaligus kesempatan menghirup-hirup udara segar sepuasnya. Apalagi saat-saat Jakarta seperti sekarang. Polusi udara sedang buruk-buruknya.

Bagi saya, dengan jarak tempuh tersebut, perjalanan Jakarta-Bandung atau sebaliknya, itu sangat singkat. Karena, dalam perjalanan tersebut hati terasa sangat bahagia. Suguhan pemandangan eksotis dan asri setiap detak perjalanannya. 

Penumpang pun juga disuguhi aktivitas warga kampung yang masih sangat hangat. Hewan-hewan bebas berkeliaran, bunga-bunga indah mekar alami, bukit-bukit tanggung berwarna hijau menyundul-nyundul langit nan biru. Anda tak perlu membeli tiket eksekutif untuk mencicipi panorama alam tersebut, kawan.

Pendek kata; perjalanan Jakarta-Bandung, atau sebaliknya, dengan Tranportasi Kereta Argo Parahyangan tersebut sungguh mantul alias mantap betul. Andai boleh request, Kereta Api Argo Parahyangan lebih sedikit dipelankan, dilambat-lambatkan.

Saya membayangkan, suatu saat pemerintah akan membangun transportasi kereta wisata untuk Jakarta-Bandung ini. Misalnya, seperti Kereta Panoramik yang dirangkai untuk perjalanan Gambir-Yogyakarta itu. Yang harga tiketnya dikeluhkan masyarakat sangat mahal itu.

Kalau bisa terwujud, aduh kawan, keren bukan main. Tak mubazirlah ayat-ayat kauniyah dari Tuhan itu terhampar di Bumi Khatulistiwa. Tentu dengan harga tiket yang terjangkau oleh semua pihak. Agar unsur “keadilan bagi semua” tak hanya manis di bibir politikus saja. Masyarakat yang tinggal di wilayah mantan Ibu Kota, saya yakin akan mendukung. Karena mereka butuh healing untuk menghilangkan pusing.

Kereta Cepat

Pada “curhat” kali ini, saya ingin menyambungkan dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Yang Senin (2/10/2023) kemarin diresmikan oleh Presiden Jokowi, di Stasiun Halim, Jakarta Timur. Dalam peresmian tersebut, Anda harus mendengar bagaimana suara dan melihat muka Presiden Jokowi saat menyampaikan sambutanya.

Dengan memakai baju batik corak coklat dan putih, sangat nampak begitu bahagia, plong, seraya mau menyampaikan, rezimnya mampu membuktikan kepada masyarakat yang memuji dan mengkritiknya, bahwa di tangannya, Indonesia jadi cermin dan inspirasi negara di Asia Tenggara, sebagai satu-satunya negara yang mengoperasikan kereta cepat.

Anda sudah tahu, sejak awal tranportasi Kereta Peluru ini banyak pihak tak meyakini akan sukses dalam prosesnya selama pembangunan dan beroperasinya. Apalagi setelah ada pemberian jaminan pemerintah untuk utang proyek raksasa ini. Yang dinilai telah mengingkari janji Presiden Jokowi.

Ya, awalnya, pria asal Solo, Jawa Tengah tersebut beberapa kali menegaskan proyek ini dikerjakan dengan skema business to business antar-BUMN Indonesia dan China.

Negara tidak akan mengucurkan APBN maupun tidak memberikan jaminan dalam bentuk apa pun apabila di kemudian hari proyek ini mengalami masalah. Faktanya, APBN triliunan akhirnya dipakai juga untuk menambal pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung itu.

Dalam persoalan kereta cepat ini, saya tertarik pada pendapat mantan Menteri Perhubungan, Ignasius Jonan. Mengutip dari Kompas, beberapa kali Jonan mengungkapkan keberatan dengan proyek tersebut.

Kereta cepat ini dinilai memiliki sejumlah kekurangan, baik dari aspek bisnis maupun operasional. Membangun proyek ini, kata dia, yang jaraknya terbilang sangat pendek adalah bentuk pembangunan yang terlalu berorientasi Pulau Jawa. 

“Saya yang paling menentang (dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung. Itu tidak berkeadilan,” kata Jonan, dikutip dari Kompas. Pada 3 September 2015, Jonan juga menyampaikan, selama ini tidak perlu ada moda transportasi semacam kereta cepat untuk rute Jakarta-Bandung. 

Kata dia, secara teknis, kereta cepat yang memiliki kecepatan di atas 300 kilometer per-jam tidak cocok untuk rute pendek seperti Jakarta-Bandung yang hanya berjarak 150 kilometer. Ini karena tidak akan mencapai kecepatan maksimal jika jaraknya sangat pendek. Belum lagi, kereta harus berhenti di beberapa stasiun. 

Jonan berpendapat, proyek kereta cepat idealnya dibangun untuk rute-rute jarak jauh seperti Jakarta-Surabaya. Tapi, itu juga akan membutuhkan biaya investasi yang tidak kecil. 

Bagi saya yang awam, pendapat Jonan logis juga. Tapi mau bagaimana lagi, nasi sudah menjadi bubur, kucuran duit sudah deras. Bijaksananya, kita doakan saja Kereta Cepat Jakarta-Bandung ini sukses dalam beroperasinya. Tak kalah penting juga balik modal dan manfaatnya dirasakan oleh masyarakat Indonesia, bukan oleh masyarakat China. Amin. 

***

*) Oleh: Moh Ramli, (Alumni MTs Al-Hasan, Giligenting, Sumenep)

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta :
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.