TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Masyarakat Banyuwangi, Jawa Timur, tampaknya lebih memilih membeli rokok daripada memboyong bahan makanan. Hal itu terungkap dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banyuwangi yang menampilkan rata-rata pengeluaran makanan perkapita masyarakat Banyuwangi.
Menurut Indikator Kesejahteraan Rakyat (Inkesra) Banyuwangi tahun 2022, jenis pengeluaran rokok dan tembakau menempati posisi tertinggi ketiga dalam daftar pengeluaran masyarakat, setelah padi-padian dan makanan minuman jadi, dengan persentase sekitar 3.85 persen.
“Pengeluaran terbanyak masyarakat Banyuwangi terjadi pada makanan dan minuman jadi, yaitu sekitar 14.5 persen, disusul padi-padian sekitar 4.91 persen," kata Kepala BPS Banyuwangi, Joko Santoso, Kamis (26/101/2023).
Namun, yang paling mencengangkan adalah bahwa pengeluaran tertinggi mereka ternyata berasal dari rokok.
"Ya, realitanya di lapangan konsisinya seperti itu," tambah Joko.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banyuwangi Joko Santoso di Kantor BPS. (Foto : Anggara Cahya /TIMES Indonesia)
Data dari Statistik Kesejahteraan Rakyat (Statkesra) Banyuwangi juga mengungkap bahwa pengeluaran rata-rata per bulan untuk rokok telah mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun 2021, mencapai Rp90.961 per bulan.
Angka tersebut melebihi pengeluaran untuk komoditas makanan pokok seperti daging yang hanya Rp14.714 per bulan, telur dan susu sekitar Rp18.148 per bulan, sayur-sayuran Rp52.931 per bulan, ikan/udang/cumi/kerang Rp72.042 per bulan hingga komoditas sisanya seperti buah-buahan, umbi-umbian, kacang-kacangan, minyak, bumbu, bahan minuman, dan konsumsi lainya.
Mirisnya, meskipun rokok bukanlah kebutuhan pokok seperti makanan, pengeluaran untuk rokok bahkan mengalahkan pengeluaran untuk beberapa bahan makanan esensial.
"Semakin tinggi tingkat kemakmuran dan kesejahteraan rumah tangga, maka akan lebih besar pula rata-rata biaya pengeluaran, salah satunya pada pengeluaran makanan," imbuhnya.
“Bila ditotal, rata-rata pengeluaran makanan masyarakat Banyuwangi dalam sebulan mengalami kenaikan dibanding pada tahun 2021 yaitu Rp550.555 per bulan. Sedangkan tahun 2022 menjadi Rp 568.852 per bulan,” pungkas Joko.
Meskipun data ini mungkin mencengangkan, masyarakat Banyuwangi sepertinya memiliki prioritas unik dalam hal pengeluaran mereka.
Terlepas dari fakta makanan adalah kebutuhan dasar, rokok tampaknya memiliki tempat yang sangat tinggi dalam daftar prioritas mereka, menggambarkan fenomena yang patut dipertimbangkan. Dengan harapan, penelitian lebih lanjut dan pendidikan tentang dampak kesehatan rokok dapat membantu memahami fenomena ini lebih dalam.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Duh! Masyarakat Banyuwangi Lebih Gemar Beli Rokok Ketimbang Bahan Makanan
Pewarta | : Anggara Cahya |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |