https://banyuwangi.times.co.id/
Berita

Produksi Buah Naga Kabupaten Banyuwangi Tetap Terjaga Berkat Phonska Plus

Senin, 28 November 2022 - 20:46
Produksi Buah Naga Kabupaten Banyuwangi Tetap Terjaga Berkat Phonska Plus Ketua Komunitas Petani Buah Naga Banyuwangi, (Panaba), Edy Purwoko atau Edy Lusi. (Foto: Ahmad Sahroni/TIMES Indonesia)

TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Manisnya nilai ekonomi buah naga menarik masyarakat Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, untuk berlomba-lomba menanam buah yang kaya akan antioksidan tersebut. Tidak sedikit lahan persawahan kini dirombak menjadi hamparan buah jenis kaktus dari genus Hylocereus dan Selenicereus itu.

Selain memiliki nilai ekonomis tinggi, buah yang mendominasi hampir setiap wilayah kabupaten ujung timur pulau Jawa itu juga memiliki segudang manfaat bagi kesehatan. Maka, tidak heran jika buah naga menjadi salah satu komoditas unggulan pertanian Banyuwangi.

Bahkan, hingga tahun 2022 ini, Banyuwangi masih menyandang predikat sebagai daerah pemasok terbesar buah naga di Indonesia.

Prestasi tersebut tentu saja tidak luput dari tangan-tangan handal petani. Ia menilai keuletannya, mereka berhasil menemukan resep ampuh untuk menjaga tingkat produksi dan kualitas buah naga seiring dengan semakin tingginya permintaan pasar.

Komunitas-Petani-Buah-Naga-Banyuwangi-b.jpg

Petani buah naga Banyuwangi memang tak henti-hentinya untuk berinovasi. Baik cara tanam, pemupukan hingga perawatan.

Mulai sejak awal tanam sampai bisa berbuah dan menghasilkan pundi-pundi rupiah yang menjajikan, secara keseluruhan membutuhkan penanganan khusus.

"Ada tiga kunci penting dalam perawatan buah buah naga. Perawatan akar, perawatan batang dan perawatan buah," kata Ketua Komunitas Petani Buah Naga Banyuwangi, (Panaba), Edy Purwoko, Senin (28/11/2022).

Selain perawatan rutin, lanjut Edy, buah naga juga membutuhkan pemupukan secara teratur, agar buah yang tumbuh subur di daerah tropis dan subtropic itu, dapat berproduksi secara berkelanjutan.

Hal itu telah membuahkan hasil yang nyata, tidak tanggung-tangung, dengan menerapkan resep tersebut, produksi buah naga di Banyuwangi bisa menyentuh angka yang fantastis, yakni 82.544 ton dalam setahun.

"Buah naga merupakan tanaman yang harus kenyang. Dengan pemilihan pupuk yang pas, dipastikan bisa menghasilkan buah dengan kuantitas produksi berkelanjutan," tutur Edy Lusi, sapaan akrab Ketua Panaba.

Edy menceritakan, komposisi paling pas yang ia temukan yaitu produk dari perusahaan pupuk PT Petrokimia Gresik. Produk tersebut adalah pupuk NPK Phonska Plus, pupuk majemuk NPK yang diperkaya dengan unsur Sulfur & Zink. 

"Saya menggunakan pupuk Phonska Plus yang membuat buah naga terus bisa beproduksi baik hingga sekarang. Dan juga perawatan yang teratur terhadap tanaman buah naga," terang Edy Lusi.

Pupuk Phonska Plus memiliki spesifikasi komposisi N (Nitrogen) 15%, P2O5 (Fosfat) 15%, K (Kalium) 15%, S (Sulfur) 9%, Zn (Zink) 2.000 ppm yang mudah larut dalam air, sehingga lebih memudahkan petani khususnya petani buah naga untuk menghasilkan racikan bahan baku guna mendapat kualitas pupuk yang cocok untuk tanaman buah naga.

Ia mengatakan  pemupukan yang tepat, membuat hasil panen dari komunitas yang memiliki anggota hingga 200 orang petani tesebut, berhasil mengembara dan mendominasi hampir seluruh kota besar di Indonesia. Seperti Jakarta, Bandung, Bali, Lombok, Jogjakarta, Semarang, Surabaya dan kota-kota lain, sehingga, mencari inovasi perawatan terbaik menjadi fokus Panaba dalam upaya menjaga ketersediaan buah naga di pasaran.

"Permintaan pasar sangat besar, buah naga banyuwangi memiliki pasar besar. Satu hari saja, kita mencatat lebih dari 100 ton buah naga dikirim keluar daerah," jelas Ketua Panaba, Edy Lusi.

Melihat kencangnya produktifitas pertanian buah naga di Banyuwangi, membuat banyak petani tergiur untuk mengubah jenis tanamannya menjadi buah naga. Edy mengatakan nilai ekonomi dari buah ini stabil dibanding dengan buah lain. Terlebih, dengan perawatan yang pas dan teratur, buah naga sekali tanam bisa bertahan hingga 30 tahun lamanya.

Sementara itu, Plt Kadis Pertanian dan Pangan Banyuwangi, M Khoiri melalui Kepala Bidang (Kabid) Perkebunan dan Holtikultura, Ilham Juanda menegaskan, sebaran tanaman buah naga terbesar ada di 8 wilayah, diantaranya Kecamatan Siliragung, Pesanggaran, Cluring, Tegaldlimo, Purwoharjo, Bangorejo, Sempu dan Srono.

"Luas tanaman buah naga Kabupaten Banyuwangi ada 3.786 hektar," ungkap Ilham.

Buah naga merupakan tanaman holtikultura dengan sifat jangka panjang, Ilham mengatakan inovasi yang telah dimiliki petani naga Banyuwangi, produksi salah satu buah favorit ini selalu tersedia tanpa mengenal musim.

"Produksi buah naga tahun 2020 sebesar 82.544 ton meningkat dibandingkan tahun 2019 sebesar 19.068 ton," jelasnya.

Peningkatan produksi buah naga Banyuwangi sangat signifikan. Keberhasilan yang dicapai dengan tetap menjaga produksi buah naga melalui inovasi yang telah banyak dilakukan oleh petani dan juga support dari banyak pihak yang telah mendukung, sehingga Banyuwangi dinobatkan sebagai pemasok buah naga di skala regional dan nasional, bahkan internasional. (*)

Pewarta : Syamsul Arifin
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.