TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Ribuan warga Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memeriahkan Pawai Kebangsaan yang digelar dengan meriah pada Jumat, (17/11/2023).
Acara yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) setempat, merupakan salah satu perwujudan nyata bagaimana Banyuwangi berhasil merajut harmoni melalui kebhinekaan.
Pawai yang diikuti dari berbagai etnis atau suku yang hidup dan tinggal di Bumi Blambangan ini, dimulai dari Pantai Ancol Sranit (Plengsengan) dan finish di Taman Blambangan.
Pelaksana Tugas (Plt) Bakesbangpol Banyuwangi, Muhamad Lutfi, mengatakan sesuai tagline Bupati Banyuwangi merajut harmoni, maka keberagaman adalah kekuatan yang memperkaya dan memperkuat kehidupan masyarakat Banyuwangi.
Menurutnya, Pawai Kebangsaan ini menekankan pentingnya menghargai perbedaan dan membangun solidaritas di tengah masyarakat yang majemuk.
"Pawai Kebangsaan ini adalah bentuk apresiasi kita terhadap keanekaragaman yang ada di Banyuwangi. Kita bersama-sama merajut harmony untuk mewujudkan kedamaian," katanya.
Perlu diketahui, Festival Kebangsaan Banyuwangi mengangkat tema ‘Selamatan Bumi Tradisi Adat Mandar’ digeber selama 4 hari, mulai tanggal 16 sampai 19 November 2023.
Sedangkan, acara Pawai Kebangsaan sendiri merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan tersebut.
Para peserta pawai membawa berbagai properti yang mencerminkan kekayaan budaya dan keagamaan, seperti pakaian adat dan alat musik tradisional. Musik etnik dan tarian tradisional turut menghiasi jalannya pawai, menciptakan suasana meriah dan penuh semangat persatuan.
Plt Kepala Bakesbangpol Banyuwangi, Muhamad Lutfi dengan didampingi Camat Banyuwangi, Hartono. (FOTO: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)
Acara ini tidak hanya dihadiri oleh warga Banyuwangi, tetapi juga menarik perhatian wisatawan dari berbagai daerah. Mereka menyaksikan sendiri bagaimana Banyuwangi, sebagai salah satu kota di Indonesia, mampu memelihara kebhinekaan sebagai kekuatan positif dalam pembangunan.
Pawai Kebangsaan di Banyuwangi bukan hanya sekadar perayaan, tetapi juga pesan kuat untuk selalu memelihara toleransi dan saling menghargai di tengah perbedaan. Dengan semangat kebersamaan ini, Banyuwangi terus berupaya menjadi contoh bagi daerah lain dalam membangun masyarakat yang inklusif dan berdaya saing.
Pria yang akrab disapa Lutfi menambahkan, dengan ada berbagai macam tarian dari etnis dan suku yang tinggal di Bumi Blambangan, hal ini juga melahirkan rasa tolerasi diantara mereka.
“Saat mereka latihan yang dipimpin oleh Rama Adi, itu dia memberikan waktu istirahat atau sholat bagi yang beragama Islam. Hal ini lah yang kita harapkan yaitu harmonisasi terwujud secara nyata,” jelasnya.
Tidak hanya itu, dalam kegiatan ini juga terdapat stand-stand yang memamerkan dan mendeskripsikan tentang suku, budaya dan etnisnya masing masing.
Lutfi menyampaikan, sesuai intruksi Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani Azwar Anas, bahwa setiap kegiatan harus mendongkrak atau berdampak pada perekonomian lokal, maka dalam kegiatan ini juga terdapat berbagai macam olahan kuliner dari masing-masing suku atau etnis.
“Semoga kegiatan festival kebangsaan ini bisa berjalan dengan lancar dan berdampak positif yang bisa dirasakan oleh masyarakat Banyuwangi,” imbuhnya. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |