TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Pemkab Banyuwangi, Jawa Timur terus meluncurkan program-program andalan. Salah satunya melaunching ‘Kampung Cerdik’ sebagai upaya antisipasi Penyakit Tidak Menular (PTM)
Ya. Meski pandemi Covid-19 sudah mulai mereda, namun tantangan dunia kesehatan di negara-negara berkembang masih belum usai. Contohnya saja seperti fenomena PTM yang kian hari makin meningkat.
Plt. Kadinkes Banyuwangi, Amir Hidayat, usai melaunching program Kampung Cerdik. (FOTO: Fazar Dimas/TIMES Indonesia)
Menurut data Riskesda 2018, PTM merupakan penyebab kematian terbanyak di Indonesia. Kasusnya meningkat dibandingkan Riskesda 2013. Seperti, prevalensi stroke naik dari 7 persen menjadi 10,9 persen, prevalensi diabetes naik dari 6 persen menjadi 8,5 persen, dan prevalensi hipertensi naik dari 25,8 persen menjadi 34,1 persen.
Di Banyuwangi sendiri, hipertensi merupakan penyakit yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Padahal hipertensi jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan munculnya penyakit-penyakit serius lainnya, seperti stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal.
Melihat fenomena tersebut, Pemkab Banyuwangi dibawah komando Ipuk Fiestiandani Azwar Anas melaunching program tersebut di Pendopo Sabha Swagata Blambangan, saat acara musyawarah perencanaan pembangunan (Musrenbang) di Pendopo Banyuwangi, Senin (13/3/2023).
"Dari program ini kami melibatkan pihak desa hingga RT/RW untuk "sedikit memaksa" warganya agar mau rutin memeriksakan kesehatannya. Fungsinya deteksi dini terhadap faktor resiko PTM sebagai langkah preventif,” jelas Ipuk.
Program Kampung Cerdik dilaksanakan berbasis desa. Mulai kepala desa hingga Ketua RT/RW berperan aktif mengajak warganya melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Caranya, setiap warga diwajibkan memiliki Kartu Cerdik sebagai persyaratan pengurusan administrasi kependudukan di desa. Kartu cerdik tersebut bisa diperoleh jika warga sudah melakukan skrining kesehatan di pos pembinaan terpadu (posbindu).
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat menambahkan, saat ini total sudah terbentuk 193 Kampung Cerdik se-Banyuwangi.
“Masing-masing desa minimal harus ada satu, sehingga target dalam 2023 ini bisa terbentuk 217 Kampung Cerdik se-Banyuwangi,” kata Amir.
Amir menjelaskan Cerdik merupakan akronim dari langkah untuk menurunkan dan mencegah penyakit tidak menular. ‘C’ yaitu cek kesehatan secara berkala minimal 6 bulan sekali untuk memeriksa kondisi gula darah, kolestrol, kadar gula dan tensinya.
“Jika diantara salah satu ada yang meningkat, ini harus hati-hati. Dan kalau serius harus segera dirujuk kerumah sakit,” tuturnya.
Kemudian, ‘E’ enyahkan asap rokok yang menjadi pemicu stimulus dari kangker, paru, tuberkulosis (TBC) dan sebagainya. Sedangkan ‘R’ nya adalah rajin beraktifikas fisik.
Menurut Amir, sehat merupakan keseimbangan antara kalori masuk dan yang dikeluarkan. Dia mencontohkan, ibarat seseorang bermain gadget kalorinya akan meningkat. Pasalnya, mereka tidak akan sadar kalau bermain gadget sudah lama. Tiba-tiba sudah dua jam. Maka aktifitas fisik pada saat bermain gadget berkurang dan kalori yang masuk tidak keluar.
“Kita harus mengeluarkan kalori supaya tidak menjadi racun dengan cara beraktifitas fisik minimal 30 menit sehari,” urainya.
Langkah selanjutnya yaitu melakukan ‘D’ diet seimbang dengan memastikan kalori dan nutrisi yang masuk cukup disertai ‘I’ istirahat yang cukup dan berkualitas.
“ ’K’ yang terakhir adalah kelola stres. Karena sehat tidak hanya fisik, tapi mental dan sosialnya juga,” jelasnya.
Upaya menurunkan penyakit tidak menular sudah digalakkan cukup lama oleh Kemenkes dan Dinas Kesehatan Provinsi. Namun, karena pandemi Covid-19 pada tahun lalu, pemerintah lebih memfokuskan kepada penanganan pandemi.
Dalam pelaksanaannya, kader yang berada di bawah binaan Puskesmas setempat akan secara berkelanjutan melakukan promosi dan sosialisasi kesehatan di lingkungan sekitar. Misalnya, dalam pengajian, karang taruna, dan kegiatan lainnya terkait perilaku pentingnya pencegahan dan deteksi dini PTM dengan menerapkan perilaku hidup sehat dan “Cerdik”.
“Tidak hanya di puskesmas, kami secara rutin juga menggelar pemeriksaan di pos kelurahan, kantor desa, atau lokasi yang disepakati warga,” ujar Amir.
Nantinya, warga yang telah melakukan skrining kesehatan, akan mendapatkan Kartu Cerdik dan gelang sesuai hasil diagnosanya. Gelang biru bagi warga yang terdiagnosa diabetes. Sedangkan gelang merah untuk penderita hipertensi.
Gelang tersebut sebagai pengingat untuk berobat secara rutin ke puskesmas. Selain itu, warga yang sakit juga mendapat pemantauan secara intensif dari kader di kampungnya.
“Kader akan melaporkan hasil pantauannya melalui aplikasi yang terkoneksi dengan puskesmas. Jika memang diperlukan penanganan lanjutan, warga akan langsung dirujuk ke RS,” jelas Amir.
Amir berharap, melalui kampung cerdik, sosialisasi dan prefensinya terus bisa dilakukan diberbagai momen. Mulai dari pengajian hingga pertemuan warga 6 langkah tersebut terus digencarkan.
“Semoga melalui program ini, kesadaran warga untuk pencegahan penyakit tidak menular yang dilakukan secara mandiri bisa lebih meningkat lagi,” ucap Kepala Dinas Kesehatan Pemkab Banyuwangi ini. (*)
Pewarta | : Fazar Dimas Priyatna |
Editor | : Irfan Anshori |