https://banyuwangi.times.co.id/
Berita

Tradisi Puter Kayun, Cara Masyarakat Boyolangu Banyuwangi Mengenang Jasa Ki Martojoyo

Rabu, 09 April 2025 - 15:18
Tradisi Puter Kayun, Cara Masyarakat Boyolangu Banyuwangi Mengenang Jasa Ki Martojoyo Suasana tradisi Puter Kayun warga Boyolangu, Banyuwangi, saat proses pemberangkatan. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)

TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Masyarakat Osing Banyuwangi, memiliki tradisi unik dalam mengenang para leluhur yang telah berjasa. Salah satunya yang dilakukan oleh warga Kelurahan Boyolangu, Kecamatan Giri, yang dikenal sebagai tradisi Puter Kayun.

Tradisi Puter Kayun merupakan napak tilas yang dilakukan masyarakat Boyolangu dengan cara naik dokar (delman) dari Kelurahan Boyolangu hingga kawasan wisata Watudodol.

Tahun ini, tradisi Puter Kayun dikemas dalam rangkaian Boyolangu Culture Festival dengan berbagai rangkaian kegiatan dari Minggu (6/4/2025) hingga puncaknya pada Rabu (9/4/2025).

Hari pertama, terdapat acara Khotmil Qur’an dan Kopat Sewu atau selamatan kupat. Selanjutnya, Senin (7/4/2025), digelar kesenian barong dan jaranan pada malam hari. Lalu pada Selasa (8/4/2025), pagelaran kebo-keboan dalam menyambut tradisi Puter Kayun.

Puncaknya pada Rabu (9/4/2025), atau tepatnya di hari ke-10 Hari Raya Idul Fitri, masyarakat Boyolangu menggelar napak tilas dengan menggunakan dokar hias menuju Pantai Watu Dodol dengan jarak kurang lebih 15 Km.

Tradisi ini dilakukan untuk menepati janji dan menghormati jasa leluhur Ki Martojoyo atau Buyut Jakso, yang telah berjasa membuka akses di Kawasan Banyuwangi utara.

Tokoh pemuda dan adat Boyolangu, Slamet Darmadi, mengatakan bahwa tradisi ini merupakan bagian penting dari indentitas masyarakat setempat.

“Dengan menggelar Puter Kayun, kita dapat mengingat dari mana kita berasal. Ini sekaligus sebagai cara kita mengenang jasa para pahlawan Ki Buyut Jakso dalam membuka jalan di area Pantai Watudodol Banyuwangi,” kata Darmadi, Rabu (9/4/2025).

Tradisi Kebo-keboan untuk menyambut Tradisi Puter Kayun

Dijelaskan oleh Darmadi, dalam menyambut tradisi Puter Kayun, pada hari sebelumnya warga menggelar tradisi kebo-keboan. Masyarakat Boyolangu, mulai dari anak-anak hingga orang tua, antusias mengikuti jalannya ritual yang menggabungkan nuansa budaya dan spiritual.

Tradisi-2.jpgSuasana meriah tradisi Kebo-keboan warga Boyolangu, Banyuwangi. (FOTO: Ikromil Aufa/TIMES Indonesia)

Dalam prosesi ini, para peserta berdandan menyerupai kerbau dan beraksi layaknya hewan ternak di di tengah keramaian warga.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, kebo-keboan Boyolangu, dimulai dengan treatikal berjudul “Ngedusi Kebo” yang diperankan oleh Jessica Meidyas Putri yang merupakan 5th Miss Grand Tourism 2024 bersama dengan Ki Pramu.

Lebih dari sekedar hiburan rakyat, tradisi ini juga menjadi wujud rasa syukur masyarakat kepada Tuhan atas limpahan rahmat dan hasil panen yang melimpah.

Oleh karena itu, Kebo-keboan tak hanya menjadi totonan menarik, tetapi juga simbol penghormatan terhadap alam dan kehidupan agraris warga Boyolangu.

“Kebo-keboan dan Puter Kayun ini merupakan tradisi. Jadi, hampir setiap tahun digelar dan setiap tahunnya semakin berkembang,” ujar Darmadi.

Dengan segala keunikannya, tradisi Puter Kayun dan Kebo-keboan tidak hanya menjadi simbol pelestarian budaya, tetapi juga sarana untuk mempererat kebersamaan dan menanamkan nilai-nilai luhur di tengah masyarakat.

Melalui upaya ini, generasi masa kini tidak hanya mengenang jasa para leluhur, tetapi juga menjaga identitas lokal yang tak ternilai harganya, agar terus hidup dan berkembang seiring zaman. (*)

Pewarta : Muhamad Ikromil Aufa
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.