TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Banyuwangi memang gudangnya inovasi. Terbaru, kabupaten paling ujung timur Pulau Jawa ini mulai menerapkan standarisasi terhadap sektor pariwisata khususnya kuliner lokal. Mulai dari Usaha Mikro Kecil dan Menengah hingga restoran dan hotel yang menyajikan menu-menu tersebut.
Tujuan dari penerapan standarisasi itu adalah meningkatkan kepercayaan wisatawan untuk berkunjung ke Bumi Blambangan. Dan juga menciptakan rasa aman, nyaman dan sehat ketika mencicipi kuliner lokal.
Kegiatan yang dimotori oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Banyuwangi, bertajuk ‘Pelatihan Peningkatan Inovasi dan Higienitas Sajian Kuliner’ itu, digeber selama 4 hari, mulai tanggal 8 sampai 11 Mei 2023, di Villa So Long.
Puluhan peserta yang mengikuti pelatihan, tampak sangat antusias. Pasalnya, dalam acara tersebut bukan hanya memaparkan tentang higienitas tempat dan pembuatan makanan atau minuman. Tapi, juga diajarkan bagaimana cara pemasaran dan inovasi yang bisa dilakukan terhadap kuliner yang dijual para pelaku UMKM, restoran dan hotel.
Sebelumnya, Disbudpar Banyuwangi menargetkan jumlah kunjungan wisatawan pada tahun 2023 sebesar 3,5 juta. Selain itu, dinas yang dikomandoi oleh Muhammad Yanuar Bramuda ini telah mencanangkan adanya standarisasi H2S (Halal, Higienis dan Sehat) pada sektor kuliner.
Kepala Disbudpar Banyuwangi, Muhammad Yanuar Bramuda mengatakan, kuliner lokal juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi minat wisatawan untuk datang ke Bumi Blambangan. Pasalnya, mereka bukan hanya melihat dan menikmati budaya serta wisata yang ada. Tapi, kuliner khas lokal juga ramai diburu para pelancong.
Grub Band SOS menghibur peserta pelatihan peningkatan inovasi dan higienitas sajian kuliner di Villa So Long, Banyuwangi. (FOTO : Fazar Dimas/TIMES Indonesia)
Selain itu, H2S akan menjadi brand baru. Bahwa berwisata di Banyuwangi sudah dapat dipastikan aman, nyaman dan sehat.
“Jika pengunjung merasa nyaman dan aman, tentu hal ini berpengaruh dalam peningkatan jumlah wisatawan yang datang di Banyuwangi,” katanya, Selasa (9/5/2023).
Menurutnya, dengan menjamin produk kulinernya H2S maka akan berdampak nyata pada pelaku wisata. Yakni berupa pendapatan masyarakat semakin meningkat yang bisa langsung dirasakan.
Tidak hanya itu, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi berharap, kuliner-kulinernya dapat disajikan selayaknya yang ada di Jepang dan Korea. Di sana, pengunjung bisa menyaksikan secara langsung proses pembuatannya.
“Bukan hanya budaya, tradisi dan wisata yang layak dikunjungi di Banyuwangi. Tapi kulinernya juga sangat layak,” tuturnya.
Kedepan, sebagai tindak lanjut pelatihan penerapan H2S, Pemkab Banyuwangi bersama dengan UIN dan MUI akan turun langsung untuk melakukan verifikasi lapangan setelah melakukan pelatihan.
“Bagi para pelaku usaha kuliner yang belum mengikuti pelatihan, akan diberikan edaran untuk menyesuaikan standarisasi H2S,” cetusnya.
Sementara itu, salah satu peserta pelatihan, Akhlis Muhib Mushafi menyampaikan, bahwa acara positif semacam ini penting untuk terus digalakkan. Pasalnya, di dalam pelatihan juga diajarkan cara mengemas produk dan pemasarannya.
“Kita bisa mengetahui aspek higienitas, inovasi dan hospitality yang ada dalam kuliner,” kata pemilik Kopi Sahabat yang berada di Pantai Ancol, Plengsengan, Lateng.
Perlu diketahui, pada saat pelatihan peningkatan inovasi dan higienitas sajian kuliner berlangsung, bertepatan dengan grup band SOS yakni Reynold Affandi, yang merupakan eks gitaris Slank, Zyco Arvida dan Jojo Percia berkunjung di Villa So Long. Alhasil, mereka bertiga pun memberikan performance untuk menghibur peserta pelatihan dengan membawakan lagu yang terinspirasi dari kekayaan dan keindahan Banyuwangi berjudul ‘Untuk Banyuwangi’. (*)
Pewarta | : Fazar Dimas Priyatna |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |