TIMES BANYUWANGI, SURABAYA – Anggota Komisi C DPRD Jatim, Y. Ristu Nugroho, melontarkan peringatan keras mengenai krisis pemahaman dan pengamalan Pancasila di tengah masyarakat, khususnya di kalangan generasi muda.

Ia menyebut fenomena ini sebagai ancaman serius yang berpotensi menjadi bom waktu bagi keutuhan bangsa.

Menurut Ristu Nugroho, pemerintah dan publik saat ini terlalu terlena pada perbaikan di permukaan. Fokus terlalu sering dialihkan pada isu-isu sekunder, padahal pondasi nilai-nilai kebangsaan itu sendiri mulai keropos.

“Percuma kita membangun, mengecat rumah, atau memperbaiki genting, tetapi kalau pondasinya rapuh. Pancasila itu fungsinya sebagai pondasi, dan kondisi ini adalah bom waktu,” tegas Ristu politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu.

Dalam podcast Ngopeni Rakyat, ia menjelaskan krisis ini terlihat jelas dari memudarnya etika sosial. Kasus perundungan (bullying) hingga maraknya ujaran kebencian di media sosial menjadi indikasi nyata bahwa nilai kemanusiaan dan persatuan yang merupakan sila kedua dan ketiga telah terkikis.

“Ketika ada orang susah, kita tidak berempati, tetapi malah mem-bully,” ungkapnya, menyoroti pergeseran nilai di mana empati digantikan oleh sikap iri hati.

Ristu juga menyoroti krisis moral di kalangan elite. Korupsi yang marak dilakukan pejabat publik dianggap sebagai bukti hilangnya ketakutan akan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa dan pengkhianatan terhadap prinsip Kedaulatan Rakyat.

“Kalau masih memegang prinsip Pancasila, kita pasti akan berpikir ulang jika akan menyalahgunakan kewenangan,” tandasnya.

Oleh karena itu, Ristu Nugroho mendesak agar penanaman nilai Pancasila dilakukan secara masif dan konsisten di setiap lini, mulai dari keluarga, sekolah, hingga lingkungan sosial, agar bangsa ini memiliki benteng diri yang kuat dari provokasi dan disinformasi di era digital.  (*)