TIMES BANYUWANGI, YOGYAKARTA – Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta terus memberikan fasilitas dan prasarana yang terbaik bagi santri. Demi kenyamanan,madrasah Muallaimin membangun kampus terpadu yang terletak di Sedayu Bantul, Yogyakarta.
Setelah beberapa asrama dan fasilitas diresmikan Presiden Joko Widodo pada tahun 2021 lalu, kini Muallimin kembali membangun gedung asrama C di kampus terpadu. Peletakan batu pertama dilakukan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir, Kamis (17/11/2022).
Didampingi tokoh Muhammadiyah lainnya, Haedar menegaskan bahwa dalam pembangunan ini tidak ada kepentingan pribadi di Muhammadiyah.
“Mengapa kita begitu tenang, karena di Muhammadiyah itu tidak ada yang namanya kepentingan pribadi. Ini yang membuat kita begitu lapang. Inilah yang diajarkan tokoh Muhammadiyah seperti Buya Syafii, Pak AR, dan lain-lain,” katanya.
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir didampingi Direktur Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta Aly Aulia dalam peletakan batu pertama pembangunan asrama C.
Selain itu, Haedar mengungkapkan bahwa karakter khas Muhammadiyah ialah mampu hidup serta menjalin sinergi dengan banyak pihak. Para tokoh Muhammadiyah sebagaimana yang tercermin dalam laku hidup Syafii Maarif menunjukkan bahwa Muhammadiyah menghargai heterogenitas dibanding memperjuangkan homogenitas.
Terkait dengan pembangunan gedung baru ini, Haedar ungkapkan keinginan Syafii Maarif agar Muallimin-Muallimat uswah hasanah bagi model pendidikan Islam.
Lebih jauh, keinginan Syafii Maarif ialah agar pondok pesantren tertua di Muhammadiyah ini lebih ditingkatkan lagi, tidak hanya dari sisi fasilitas tapi juga visi ke depan agar menjadi institusi pendidikan Islam yang unggul dan berkemajuan.
“Buya punya pesan khusus agar Muallimin harus ditingkatkan lagi. Harus lebih unggul dan menjadi uswatun hasanah, suri tauladan. InsyaAllah dengan adanya peletakan batu pertama ini dapat memacu Muallimin jadi jauh lebih baik lagi,” harap Haedar.
Haedar juga menyampaikan keinginannya agar menggandakan model pendidikan Islam yang diterapkan Muallimin-Muallimat dapat disebar ke seluruh pondok pesantren Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Setelah sukses membangun Madrasah Muallimin Muhammadiyah Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Haedar semakin optimis hal tersebut akan segera terwujud, tentu dengan pertolongan Allah.
Sementara itu, Direktur Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta, Aly Aulia menuturkan Kampus terpadu Madrasah Mualimin berdiri di atas tanah milik Muhammadiyah seluas 5,6 ha. Di kawasan tersebut kini sudah terbangun kampus ruang belajar, bersama asrama, perpustakaan, klinik, embung dan masjid.
Haedar Nhasir di depan masjid Hajah Yuliana, di Kampus Terpadu Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.
"Tanah milik Muhammadiyah tetapi bangunan ada yang bantuan pemerintah," terang dia.
Rencananya, kawasan tersebut akan berdiri pemukiman yang menjadi satu kesatuan kampus terpadu. Di mana sebelumnya sudah ada Madrasah Mualimin Muhammadiyah Yogyakarta di Kecamatan Wirobrajan Yogyakarta.
Sebagai informasi, Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta merupakan madrasah (sekolah) bersejarah yang didirikan KH Ahmad Dahlan pada 1918. Pada tahun 1923 namanya berganti menjadi Kweek School. Ketika menggunakan nama Kweek School banyak mendapat intimidasi oleh regulasi pemerintah kolonial. Lalu kemudian berganti nama menjadi sekolah perguruan Muallimin. Madrasah ini merupakan sekolah kader yang mencetak generasi Muhammadiyah yang unggul, kompeten, berkarakter. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Haedar Nashir Pimpin Peletakan Batu Pertama Asrama Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta
Pewarta | : Moh Ramli |
Editor | : Dhina Chahyanti |