https://banyuwangi.times.co.id/
Wisata

Keboan Aliyan, Warisan Leluhur yang Menarik Ribuan Wisatawan

Senin, 30 Juni 2025 - 10:03
Keboan Aliyan, Warisan Leluhur yang Menarik Ribuan Wisatawan Ritual Keboan Aliyan 2025 Berlangsung. (FOTO: Humas Pemkab for TIMES Indonesia)

TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Ritual sakral Keboan Aliyan sukses menjadi magnet wisata budaya. Ribuan pengunjung, termasuk wisatawan mancanegara, rela berdesakan dan berteduh di tengah gerimis demi menyaksikan langsung warisan leluhur yang telah bertahan hampir satu abad ini.

Suara gamelan menggema, aroma dupa menyelimuti udara, dan puluhan warga bertingkah layaknya kerbau membajak sawah, semua itu tersaji dalam ritual sakral Keboan Aliyan yang digelar di Desa Aliyan, Kecamatan Rogojampi, Banyuwangi, Minggu (29/6/2025).

Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono yang turut menyaksikan Keboan Aliyan tersebut mengapresiasi keguyuban warga. Selain menjaga gotong royong, tradisi ini menurutnya menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk datang ke Desa Aliyan.

Ritual-Keboan-Aliyan-2025-Berlangsung-2.jpg

“Tradisi seperti ini sangat penting untuk dilestarikan. Selain menjaga warisan budaya, juga bisa menjadi daya tarik wisata yang memberi dampak ekonomi bagi masyarakat,” ungkap Mujiono, Senin (30/06/2025).

Keboan Aliyan merupakan tradisi turun-temurun sebagai bentuk syukur atas panen, sekaligus permohonan kelimpahan hasil bumi di musim tanam berikutnya. Dalam prosesi ini, sejumlah warga yang telah mengalami kerasukan bertingkah seperti kebo (kerbau), lengkap dengan tingkah laku membajak sawah dan berkubang di lumpur.

“Tradisi ini sudah turun temurun sejak ratusan tahun. Sebagai bentuk ungkapan syukur kami atas hasil panen yang diberikan Allah SWT, sekaligus tolak balak dan memohon agar hasil panen berikutnya lebih melimpah,” ujar Kepala Desa Aliyan, Agus Robani Yusuf.

Ritual diawali dengan selamatan dan ider bumi (berkeliling desa) ke empat penjuru mata angin. Warga yang kerasukan kemudian mulai berkeliling desa, bertingkah mirip kerbau yang tengah mengolah sawah. Selain itu mereka juga mengairi, hingga menabur benih padi, layaknya siklus cocok tanam. Mereka bahkan membawa alat bajak di punggung.

Terdapat dua kelompok warga yang melakukan arak-arakan Keboan Aliyan. Dari sisi timur kantor desa berasal dari warga Dusun Krajan, Cempokosari, Bolot, dan Temurejo. Lalu disusul kemudian dari sisi barat oleh rombongan dari Dusun Sukodono dan Kedawung. Keduanya mempertontonkan atraksi di hadapan para tamu dan wisatawan.

Salah satu wisatawan, Aleksei, asal Rusia yang datang ke festival tersebut mengaku kagum 

atas semangat pelestarian budaya masyarakat Banyuwangi.

“Ini pertama kalinya saya ke sini, diberitahu teman saya yang menyukai budaya Indonesia. (Ritual keboan) ini sangat menarik bagi saya. Budayanya berbeda dan saya suka cara warga menjaga tradisi selama ratusan tahun. Saya bangga bisa ke sini,” ujar Aleksei yang datang bersama pasangannya.

Diketahui, Keboan Aliyan sendiri dirangkai dengan berbagai kegiatan pendukung lainnya sejak Jumat (27/6/2025). Seperti bazar UMKM dan pentas seni.

Keboan Aliyan konon dilaksanakan sejak era kerajaan Blambangan adalah warisan Buyut Wongso Kenongo, yang lokasi makam berada di Dusun Cempokosari, Desa Aliyan. Ritual ini dilaksanakan oleh masyarakat setempat yang berkultur Osing setiap memasuki bulan Suro penanggalan Jawa.  (*)

Pewarta : Ninda Tamara (MG-257)
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.