TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Bagaimana bila semua yang berkaitan dengan budaya adat Osing Banyuwangi terangkum menjadi satu di sebuah tempat wisata? Tentu mengasyikkan bukan? Kita bisa belajar sekaligus healing dalam waktu bersamaan.
Nah, hal itu yang bisa kalian rasakan ketika berkunjung ke Desa Kemiren. Desa yang berada di wilayah kecamatan Glagah, Banyuwangi, Jawa Timur tersebut, bisa menjadi wadah untuk menambah wawasan tentang kearifan budaya adat suku Osing, suku asli Banyuwangi.
Ketika berkunjung ke desa wisata adat Osing Kemiren, kalian tak boleh melewatkan mampir ke Museum Kemiren. Di dalamnya, tersaji berbagai macam koleksi benda-benda adat Osing, sebut saja diantaranya seperti koleksi batik-batik Banyuwangi Kain Tenun khas Osing, peninggalan Keris, Naskah Lontar Yusup, Sabuk Mangir dan juga barang antik seperti Kinangan.
Museum Kemiren juga bisa disebut replika budaya Adat Osing, dinamai demikan karena dari tampak luar, museum itu sudah berarsitektur rumah Adat Osing dengan atap Tikel Balungnya. Ditambah dengan tembok depan beserta pintu museum yang terbuat dari kayu dengan ornamen ukiran motif Banyuwangi. Selain itu, bangunan ini dilengkapi pula teras atau Ngarep Umah lengkap dengan kursi kayu yang bisa menarik siapa saja yang lewat untuk bersantai di atasnya.
Terbagi menjadi tiga ruangan, dengan ruang utama beeisikan koleksi naskah Lontar Yusuf yang tertata rapi dalam etalase kaca, koleksi berikutnya terdapat tenun Banyuwangi dengan dua motif tenun yaitu Solok dan Kuwung yang menjadi motif Khas Banyuwangi yang difungsikan untuk ritual kelahiran, pernikahan dan kematian, kemudian berbagai motif batik khas Banyuwangi yang tersimpan rapi dalam wadah toples.
Pengelola Museum Desa Kemiren Dedy Wahyu Hernanda sedang memberikan penjelasan kepada pengunjung. (Foto : Anggara Cahya /TIMES Indonesia)
Terbesit pertanyaan, kain batik kok dimasukkan toples? Inilah yang menjadi ciri budaya wong Osing, mereka menyimpan kain batik dalam toples karena menjaga bau dan warna batik agar tetap utuh tanpa memudar.
Selain naskah lontar, kain tenun, dan kain batik, terdapat pula barang antik kinangan. Kinangan adalah wadah untuk daun Suruh, buah Jambe, Enjet atau Gamping dan irisan daun Tembakau yang digunakan orang tua di suku Osing untuk menginang atau nyuruh, jika dalam bahasa Osing.
Kemudian masuk keruang kamar, ruang ini berisi dipan hitam dan kasur yang banyak digunakan oleh kebanyakan orang Osing, yaitu kasur kapuk. Selain itu dalam kamar tersebut tertata rapi sembilan keris yang dipajang di sebelah dipan kasur, tepat di bawah keris tersebut berdiri, terdapat koleksi seperti Sabuk Mangir, Kain batik penari Seblang yang diperuntukkan bagi penerus selanjutnya.
Kamar selanjutnya berisikan berbagai macam motif batik yang tersusun rapi. Batik-batik tersebut memang dikhususkan untuk diperjual belikan sebagai oleh-oleh khas dari Desa Kemiren setelah berkunjung ke museum tersebut, selain batik juga tersedia Udeng Banyuwangi untuk kalian yang ingin membawanya pulang.
Semua koleksi museum tersebut sudah tersambung pada sistem barcode, bilamana tidak ada pemandu yang bersiaga, para pengunjung bisa scan barcode yang telah tersedia, lalu secara otomatis akan tersambung pada website yang akan menceritakan koleksi-koleksi tersebut.
Pengelola sekaligus pemilik Museum Desa Kemiren, Dedy Wahyu Hernanda menjelaskan, museum Desa Kemiren ini adalah pengembangan inovasi wisata budaya berkelanjutan Kemiren berbasis Masyarakat, karena adanya kolaborasi antara Pemerintah Desa atau Pemdes Kemiren, Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kemiren, Lembaga Adat Kemiren dan Masyarakat Kemiren.
"Jadi Museum ini diresmikan Mei tahun 2022, koleksinya sendiri dapat dari Masyarakat Desa Kemiren dan dengan didukung Pemdes, dibantu remaja pokdarwis dan Lembaga Adat Kemiren," jelasnya sambil menyruput kopi, Senin (05/12/2022).
Kepala Adat Desa Kemiren, Suhaimi, mengapresisasi keberadaan museum desa Kemiren ini, adanya museum tersebut bisa menjadi faktor pendukung untuk memajukan potensi wisata.
"Harapanya dengan Meseum Kemiren, wisata di desa ini akan bisa lebih berkembang dan bisa menggairahkan inovasi masyarakat lebih maju lagi," tuturnya.(*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |