TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Di tengah pesatnya perkembangan pendidikan inklusif, sebuah inisiatif istimewa muncul di Banyuwangi dengan berdirinya pondok pesantren khusus untuk anak berkebutuhan khusus.
Pondok pesantren ini menjadi rumah kedua bagi anak-anak dengan berbagai kebutuhan khusus, memberikan mereka kesempatan untuk belajar dan berkembang dalam lingkungan yang penuh cinta dan perhatian.
Pondok Pesantren (Ponpes) Anak Berkebutuhan Khusus ini diberi nama Ponpes “KH. A. Dahlan” yang terletak di pusat kota tepatnya di Jalan Singosari No. 3B, Kelurahan Taman Baru, Kecamatan Banyuwangi, Banyuwangi.
Didirikan oleh Atfal Fadloli pada tahun 2019, pondok pesantren ini bertujuan untuk mewujudkan insan berkebutuhan khusus yang memiliki pengetahuan agama, dan keterampilan hidup dalam rangka pembekalan menjadi generasi bangsa yang mandiri.
Atfal mengaku mendapatkan ide untuk mendirikan Ponpes khusus berkebutuhan khusus setelah ia melakukan study banding di salah satu pondok pesantren orang dengan gangguan jiwa dan anak berkebutuhan khusus di Gunung Kidul, Yogyakarta.
"Kami ingin memberikan kesempatan yang sama kepada semua anak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, tidak peduli apa pun kebutuhan khusus mereka," ujar Atfal sapaan akrabnya, Rabu, (02/10/2024).
Para guru dan pengasuh di pondok pesantren ini telah mendapatkan pelatihan khusus untuk mengajar dan merawat anak-anak berkebutuhan khusus dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.
“Kami menerima dari semua kalangan mulai dari autis, down syndrome, cerebrl palsy, ADHD/ADD, hambatan motorik, hambatan dengar, hambatan berfikir, hambatan netra, dan lainnya,” cetusnya.
Hingga kini, santri Ponpes KH. A. Dahlan berasal dari penjuru Indonesia bukan hanya Banyuwangi saja, misalnya Bekasi, Indramayu, Semarang, Sidoarjo, Surabaya, Bandung, Denpasar, Bangkalan, dan masih banyak lainnya.
Atfal Fadloli, M.Pd pendiri Pondok Pesantren (Ponpes) Anak Berkebutuhan Khusus ini diberi nama Ponpes “KH. A. Dahlan”
“Pendaftaran santri baru kita buka sepanjang tahun. Namun, adakalanya kita beri waiting list karena keterbatasan tempat yang kami miliki,” imbuhnya.
Atfal menambahkan, anak berkebutuhan khusus yang ada di Ponpes saat ini ada sekitar 22 santri. Dari 22 santri tersebut ada yang mampu menempuh pendidikan formal diluar Ponpes dan ada yang tidak.
Mereka yang mampu menempuh pendidikan formal di luar pondok bersekolah di SD/SMP SLB Negeri banyuwangi, SMA Muhammadiyah 1 Banyuwangi, dan SDN 1 Tukangkayu.
Lebih lanjut, Atfal menerangkan, selain fokus pada pendidikan, pondok pesantren ini juga mengajarkan keterampilan hidup sehari-hari kepada anak-anak. Mereka diajarkan untuk mandiri dan mampu mengurus diri sendiri dalam batas kemampuan mereka.
“Melalui program-program yang ada, kami berharap dapat membantu anak-anak berkebutuhan khusus untuk tumbuh menjadi individu yang berdaya dan mampu berkontribusi bagi masyarakat,” terang pria bergelar M.Pd itu.
Meskipun demikian, terdapat salah satu santri yang ditinggal oleh orang tuanya. Ia sama halnya dibuang dengan cara yang halus dititipkan di Ponpes tanpa ada kabar selanjutnya dari orang tuanya. Hingga saat ini pihak Ponpes belum berhasil mendapatkan nomor telepon dan alamat orang tua santri tersebut.
“Diantar ke Pondok saat itu masih berumur 12 tahun. Sejak itulah ia tidak pernah bertemu kembali dengan orang tuanya hingga saat ini,” ungkapnya.
“Meskipun berbicaranya tidak lancar, tetapi ketika kangen orang tuanya ia sering kali merenung dan menangis memanggil mama papanya,” imbuhnya.
Dengan komitmen yang kuat dari para pendiri, pengasuh, dan orang tua santri, pondok pesantren berkebutuhan khusus di Banyuwangi ini terus berupaya untuk menjadi tempat yang aman, ramah, dan mendidik bagi anak-anak istimewa, mempersiapkan mereka untuk masa depan yang lebih cerah dan penuh harapan.(*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Imadudin Muhammad |