Kopi TIMES

Catatan Idul Adha: Belajar kepada Ibrahim dan Hajar

Selasa, 20 Juli 2021 - 16:09
Catatan Idul Adha: Belajar kepada Ibrahim dan Hajar Anwar Sadad, Wakil Ketua DPRD Jatim; Ketua DPD Partai Gerindra Jatim

TIMES BANYUWANGI, SURABAYA – Alhamdulillah, di masa sulit ini kita masih dipertemukan dengan Idul Adha. Kita masih bisa melaksanakan salat Idul Adha meski --mungkin-- tidak sempurna. Hari ini saya dan keluarga melaksanakan salat id di rumah, sesuai dengan anjuran Pemerintah.

Hari-hari ini perasaan dipenuhi ketakutan, setidaknya syak wasangka. Banyak kehilangan dialami oleh orang-orang dekat kita, mungkin keluarga atau sahabat. Kehilangan kehidupan maupun kehilangan mata penghidupan.

Dalam beberapa hari ini situasi makin memburuk.  Berdasarkan catatan statistik, atau suara sirene yang lalu-lalang, atau ucapan duka cita yang mampir di gawai kita setiap hati.

Tapi kita yakin bahwa kehidupan adalah recycling dari kisah di masa lalu. Hidup ini hakekatnya pengulangan cerita. Itulah gunanya kita punya masa lalu, agar kita belajar mengubah pahit menjadi manis, getir menjadi gembira.

Di hari Idul Adha ini marilah kita membuka kisah Ibrahim dan Hajar. Pada dua sosok mulia itu ditemukan banyak inspirasi hidup. Terutama ketika kita menjalani masa-masa sulit, seperti yang tengah kita alami kini.

Dalam Sahih Bukhari, ada suatu kisah tentang Ibrahim dan Hajar diulas sedemikian panjang. Hajar, saat baru melahirkan Ismail, dan masih menyusui, dibawa pergi oleh Ibrahim ke suatu tempat.

Sesampainya di tujuan, Ibrahim meninggalkan istri dan anak tercintanya, dengan menyisakan bekal apa adanya. Hajar seakan tak percaya. Ia ditinggalkan di suatu tempat, bersama bayi yang baru lahir. Ia memohon kepada suaminya agar jangan meninggalkannya. Ibrahim tak bergeming. Ia tetap pergi, meskipun Hajar berusaha mengejar.

Akhirnya Hajar menyerah. Ia mengerti bahwa ini merupakan perintah Tuhan. Ibrahim harus pergi meninggalkan dirinya, dan bayinya. Ia bergumam lirih, menguatkan hatinya yang gundah, “Jika ini perintah Tuhan, Dia tak akan meninggalkan kami berdua.”

                                                                                          ***
Dari kisah ini, setidaknya ada tiga hal yang bisa kita ambil pelajaran. Pertama, kesabaran. Kalau kita renungkan, tak mungkin seorang ayah rela menempatkan bayi di tempat yang tak berpenghuni. Apalagi bayi itu anak kesayangan yang telah sekian lama ditunggu-tunggu kehadirannya. Tak mungkin seorang suami rela meninggalkan istri di tempat yang jauh tanpa bekal yang cukup.

Tetapi, karena hal itu adalah perintah Tuhan, Ibrahim menjalaninya dengan penuh kesabaran. Sebab dalam setiap ujian, pasti ada hikmah besar. 

Ini pelajaran penting dari Ibrahim untuk kita. Nabi Muhammad saw., bersabda: “Sesungguhnya besarnya pahala itu setara dengan besarnya cobaan. Dan sesungguhnya, jika Allah mencintai sebuah kaum, maka Allah akan memberinya cobaan. Barangsiapa yang rela, maka dia akan mendapatkan kerelaan dari Allah. Barangsiapa yang membenci cobaan itu, maka dia akan mendapatkan murka Allah.” (HR. Imam Turmudzi)

Al-Mubarakfuri menjelaskan dalam Tuhfat al-Ahwadzi, bahwa orang yang mendapatkan cobaan lebih besar, maka pahalanya lebih besar. Pertanyaannya, kenapa Tuhan memberi cobaan kepada orang yang dicintainya? Kata al-Munawi, karena Tuhan senang mendengar doanya, Tuhan senang melihat kekhusyukan dan penghambaan yang mendalam.

Tuhan memberi kita cobaan dengan virus Corona ini, mungkin karena Tuhan cinta kepada kita. Kita jalani dengan kesabaran, sebagaimana Ibrahim dan Hajar menjalani kesulitan hidup dengan kesabaran.

Kedua, tawakal. Hajar mengajarkan kepada kita untuk berpasrah total kepada Tuhan. Ia mengatakan, “Tuhan tidak akan meninggalkan kami”. Perkataan itu merupakan sebentuk tanda kepasrahan yang sempurna. 

Orang yang tawakal dan bersandar kepada Tuhan, akan mendapatkan ketenangan dalam jiwanya. Sahabat Abu Bakar pernah mengalaminya dalam kisah pengejaran di gua Tsur. Saat orang-orang Quraisy mengejar Nabi Muhammad, Abu Bakar yang menemaninya gelisah tak kepalang. Nabi menenangkannya dengan berkata, “Jangan bersedih karena Allah bersama kita!” Abu Bakar merasa tenang. Dia bersandar kepada Allah dan merasa aman bersama Allah.

Tentu, ketenangan hati sangat kita butuhkan di masa yang sulit ini. Ketenangan hati membantu imun kita terjaga. Menurut Nasronudin, Direktur Rumah Sakit Universitas Airlangga dalam artikelnya, “Ketenangan Membuat Kekebalan Tubuh Stabil”, ia menyimpulkan bahwa ketenangan dapat membuat kekebalan tubuh stabil. Jika kita bisa tenang, tubuh akan mampu menangkal virus yang masuk ke dalam tubuh kita.

Ketiga, berdoa. Setelah meninggalkan istri dan putranya, Ibrahim berdoa, “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS. Ibrahim: 37)

Doa Ibrahim itu menjadi nyata. Lembah yang dulu tidak berpenghuni, kini sudah ramai. Bahkan menjadi tumpuan hati umat Islam sedunia. Setiap tahun jutaan kaum muslimin mengunjunginya. Di tempat itu dengan mudah ditemukan banyak buah-buahan meski tidak ada pohonnya.

Maka, di masa sulit ini, kita juga tidak boleh lelah berdoa. Rasululah bersabda, “Doa adalah senjata orang yang beriman.” (HR. Imam al-Hakim). 

Menurut al-Munawi, maksud hadis ini adalah dengan doa, kita bisa terhindar dari apa yang tidak kita inginkan. Kalaupun tetap terjadi, mungkin bisa meringankan. Seperti senjata yang bisa menjadi perisai diri dari serangan.

Di momen Idul Adha ini, perlu bagi kita menghidupkan kembali spirit Ibrahim dan Hajar dalam kehidupan kita, dengan berdamai dengan keadaan, dengan melatih sabar, berpasrah diri kepada Tuhan, dan senantiasa berdoa.

* Penulis: Anwar Sadad, Wakil Ketua DPRD Jatim; Ketua DPD Partai Gerindra Jatim
 

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menanyangkan opini yang dikirim.

Pewarta :
Editor : Faizal R Arief
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Banyuwangi just now

Welcome to TIMES Banyuwangi

TIMES Banyuwangi is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.