TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Meski Habib Syech bin Abdul Qodir Assegaf, tetap tampil dalam Refleksi Akhir Tahun dan Doa Bersama, di RTH Maron, Kecamatan Genteng, Selasa (31/12/2024) malam, ternyata itu bukanlah kekalahan kelompok Perjuangan Wali Songo Indonesia (PWI) dan Laskar Sabilillah (LS) Banyuwangi, Jawa Timur.
Namun, ternyata malam pergantian tahun tersebut justru menjadi awal kemenangan perjuangan para aktivis PWI-LS Banyuwangi.
Fakta ini disampaikan oleh Komandan Laskar Sabilillah Blambangan, Mahfud Syamsul Hadi, SH. Pria asal Dusun Sumbersuko, Desa Kesilir, Kecamatan Siliragung tersebut, mengakui bahwa terdapat kompromi kedewasaan yang berlandaskan kemaslahatan serta kebaikan untuk masyarakat Banyuwangi, dibalik tetap manggungnya Habib Syech.
Alhasil, hantaman badai fitnah dan pandangan miring terhadap PWI-LS langsung mengguyur. Bagaimana tidak. Jauh-jauh hari, PWI-LS, berteriak lantang melakukan penolakan. Namun nyatanya, Habib Syech, tetap naik panggung.
Ditambah santernya kabar adanya pertemuan musyawarah kelas tinggi dibalik tetap tampilnya Habib Syech, yang melibatkan sejumlah tokoh.
Diantaranya, mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB), mantan Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas, Pentolan PWI Banyuwangi, H. Joni Subagio atau dikenal sebagai Ki Ageng Bumi Sroyo dan Ir. Wahyudi SH, MH. Serta Mahfud sendiri, selaku Komandan Laskar Sabilillah Blambangan, serta sejumlah tokoh lainnya.
Foto pertemuan di malam pergantian tahun itu, tersebar dijagat dunia maya, hingga membuat badai fitnah dan pandangan miring bermunculan.
“Itu hal wajar. Itu resiko perjuangan,” cetus Komandan Laskar Sabilillah Blambangan, Mahfud Syamsul Hadi, SH, Sabtu (4/1/2025).
Tapi, jika masyarakat Banyuwangi, mengetahui fakta sebenarnya, lanjut Mahfud, mereka akan sangat mencintai orang-orang yang ikut dalam musyawarah.
Kenapa? Karena keputusan musyawarah kental dengan kemaslahatan dan kebaikan masyarakat dan Banyuwangi.
Diungkap pula, sebelum mengikuti musyawarah, Ketua PWI, H Joni Subagyo, ditelepon Penasihat Khusus Presiden Bidang Pertahanan Nasional sekaligus Penasehat PWI Pusat, Jenderal TNI (Purn.) Prof. Dudung Abdurachman dan KH Imaduddin Utsman al-Bantani (Kiai Imad).
Adapun amanat yang disampaikan agar lebih mengedepankan kondusifitas, keamanan daerah dan keselamatan masyarakat disbanding gerakan frontal penolakan Habib Syech.
“Karena pada dasarnya tujuan utama perjuangan kami untuk menolak kaum Ba’alawi, yang diduga telah merubah sejarah nasional dan lokal bangsa Indonesia, Sejarah NU (Nahdlatul Ulama) dan menjaga silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW,” beber Mahfud.
“Dan perjuangan kami bukan untuk melawan para muhibbin, karena para muhibbin adalah saudara kami. Dan hasil dari musyawarah, Habib Syech, hanya tampil dipanggung selama 30 menit saja,” imbuhnya.
Dia memastikan, dalam musyawarah tidak ada uang perdamaian. Namun yang ada justru angin segar saling mendukung. Khususnya dalam mendukung perjuangan PWI-LS Banyuwangi, kedepan.
Pertama, pemerintah daerah akan mendukung PWI-LS Banyuwangi, untuk kembali menghadirkan Kiai Imad, selaku ulama yang menemukan bahwa nasab Ba' Alawi bukan keturunan Nabi Muhammad SAW.
Pemerintah daerah juga akan mendukung penuh perjuangan PWI-LS Banyuwangi. Dan pemerintah daerah akan mengambil alih pengelolaan Masjid Agung Baiturrahman Banyuwangi.
“Nah, itulah keberhasilan perjuangan PWI-LS Banyuwangi, yang patut kita syukuri bersama,” papar Mahfud.
Untuk itu, dia mengajak seluruh elemen masyarakat Banyuwangi, untuk bersama-sama menjaga sejarah nasional dan lokal bangsa Indonesia, sejarah NU dan silsilah keturunan Nabi Muhammad SAW, dari indikasi pembelokan yang selama ini dilakukan oleh oknum tertentu yang mengaku keturunan Nabi Muhammad. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Yatimul Ainun |