TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Banyuwangi kembali mencuri perhatian nasional. Kali ini, Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) Republik Indonesia menyoroti keseriusan daerah paling timur Pulau Jawa ini dalam mengelola sampah secara berkelanjutan.
Inovasi dan kolaborasi yang dilakukan Banyuwangi dinilai berhasil menciptakan sistem pengelolaan sampah yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga melibatkan masyarakat secara aktif.
Hal ini menjadikan Banyuwangi sebagai contoh nyata dalam menjawab tantangan krisis sampah di Indonesia. Dijelaskan Deputi Bidang Persidangan DPD RI, Oni Choituddin, bahwa Banyuwangi dinilai berhasil mengelola persampahan bahkan dikelola dan bernilai ekonomis.
“Praktik baik dari Banyuwangi ini layak menjadi contoh bagi daerah lain. Inilah pertimbangan kami menggelar FGD di sini untuk mendapatkan masukan yang lebih komprehensif terkait tata kelola persampahan,” ujar Oni dalam Focus Group Discussion (FGD) terkait pengelolaan persampahan saat di Banyuwangi, Rabu (11/6/2025).
Hasil dari FGD ini, kata dia, akan dibawa ke sidang untuk dijadikan acuan dalam pengambilan kebijakan persampahan secara nasional.
"Praktek-praktek yang ada di Banyuwangi akan kami laporkan ke pimpinan dan akan dibahas pada masa sidang berikutnya,” ujar Oni.
Wakil Bupati Banyuwangi, Mujiono menjelaskan, pemkab telah menjadikan penanganan sampah sebagai prioritas program pembangunan. Karenanya penanganan sampah di Banyuwangi cukup komprehensif, dari hulu ke hilir.
Banyuwangi saat ini memiliki sejumlah program persampahan mulai pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) hingga berbagai inovasi penanganan sampah yang melibatkan pihak swasta maupun masyarakat.
“Kami membuat regulasi persampahan, mulai peraturan daerah, peraturan bupati, hingga Surat Edaran tentang pengelolaan dan pengurangan penggunaan plastik. Kami juga aktif berkolaborasi dengan beberapa pihak untuk menangani sampah, seperti Norwegia, Austria dan Uni Emirat Arab,” urainya.
Mujiono menjelaskan program pengelolaan sampah telah berjalan selama enam tahun terakhir. Diawali program Project Stop pada tahun 2018 yang kini telah berhasil mendirikan dua TPS 3R (reduce, reuse, recycle) di Muncar tersebut yang masing-masing berkapasitas 8 dan 10 ton per hari dan menjangkau 10 desa.
"TPS 3R di Tembokrejo Muncar ini bahkan diapresiasi Kementerian LHK dengan meraih Plakat Adipura sebagai TPS 3R Terbaik Nasional," kata Mujiono.
Selain itu, di Banyuwangi juga ada TPS 3R di Desa Balak, Kecamatan Songgon yang berkapasitas 84 ton/hari dan menjangkau 46 desa dari 7 kecamatan sekitarnya.
"Saat ini tengah dibangun TPS 3R di Desa Karetan, Kecamatan Purwoharjo yang akan menjangkau 37 desa dengan kapasitas 160 ton per hari. Selain juga akan dibangun dua terminal sampah Stasiun Peralihan Antara (SPA)," tutup Mujiono. (*)
Pewarta | : Ninda Tamara (MG-257) |
Editor | : Imadudin Muhammad |