TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Rumah Sakit Umum Daerah atau RSUD Genteng Banyuwangi, Jawa Timur, kini dilengkapi Laboratorium Mikrobiologi Klinik. Dengan kecanggihan teknologi ditambah kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki, dipastikan pemilihan antibiotik untuk pengobatan akan lebih akurat.
Pelayanan Laboratorium Mikrobiologi Klinik di Rumah Sakit milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi, meliputi pemeriksaan mikroskopis, kultur atau biakan bakteri beserta uji kepekaan antibiotik dan pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) Tuberkulosis.
"Laboratorium Mikrobiologi Klinik berperan dalam penyusunan pola kuman dan antibiogram. Pola kuman dan antibiogram akan memberikan panduan dalam penentuan terapi antibiotik empiris, sehingga penggunaan antibiotik menjadi lebih tepat," Kata Penanggung Jawab Laboratorium Mikrobiologi Klinik RSUD Genteng, dr Julious, SpPK, Sabtu (10/9/2022).
Yang penting untuk dicatat bagi masyarakat, dibukanya Laboratorium Mikrobiologi Klinik sekaligus mengantarkan RSUD Genteng menjadi rumah sakit pertama di Banyuwangi yang memiliki layanan mikrobiologi klinik. Keren, bukan?.
"Dengan adanya (Laboratorium Mikrobiologi Klinik) akan membantu program kerja dari Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan tim PPRA (Program Pengendalian Resistensi Antimikroba) rumah sakit,” beber dr. Julious.
Untuk diketahui bersama, melemahnya manfaat antimikroba alias antibiotik, anti virus, anti jamur, anti parasit yang disebabkan karena peningkatan resistensi atau kekebalan terhadap antimikroba merupakan masalah global.
Antibiotik sendiri merupakan antimikroba yang paling sering digunakan dalam praktik kesehatan. Penggunaan antibiotik tak jarang ditemukan tidak tepat indikasi.
Antibiotik merupakan obat untuk menanggulangi infeksi bakteri, padahal tidak semua infeksi disebabkan oleh bakteri. Infeksi dapat disebabkan mikroorganisme lainnya seperti virus, jamur dan parasit.
Infeksi dengan adanya resistensi antimikroba atau Antimicrobial Resistance (AMR) diperkirakan berkontribusi terhadap hampir 5 juta kematian setiap tahun.
Persoalan ini telah menjadi perhatian World Health Organization (WHO) sejak 1998. Untuk itu, WHO mengajak negara-negara didunia untuk menjadikan resistensi antimirkoba menjadi program nasional.
Indonesia juga berperan aktif dalam penanggulangan resistensi antimikroba. Pemerintah RI mewajibkan adanya Tim pelaksana Program Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA) di tiap rumah sakit melalui Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No 8 Tahun 2015. Tim ini berfungsi menyusun kebijakan dan panduan penggunaan antimikroba.
Tanggal 18-24 November ditetapkan menjadi World Antimicrobial Awarness Week (WAAW) atau pekan kesadaran antimikroba dunia.
WAAW adalah kampanye global yang diperingati tiap tahun untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang AMR dan mendorong praktik terbaik di masyarakat serta pemangku kepentingan One Health. Dan pembuat kebijakan yang semuanya berperan penting dalam mengurangi kejadian dan penyebaran AMR lebih lanjut.
One Health adalah pendekatan kolaboratif, multisektoral dan transdisipliner di tingkat lokal, regional, nasional, dan global. Tujuannya guna mencapai hasil kesehatan yang optimal dengan mengenali interkoneksi antara manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan.
Keberadaan Laboratorium Mikrobiologi Klinik di RSUD Genteng dinilai akan membawa dampak positif. Karena antibiotik saat ini sudah tidak boleh digunakan secara sembarangan setelah ada pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan untuk mengetahui dan memastikan jenis kuman.
"RSUD Genteng telah menambah fasilitas yang memungkinkan melakukan kultur bakteri dan uji kepekaan antibiotik. Alat ini mampu mendeteksi jenis bakteri yang ada pada darah, dahak, urine, nanah atau cairan tubuh dari pasien untuk menetapkan antibiotik yang sesuai,” tandas dr. Hidayanto Perdana, SpJP, Ketua tim PPRA RSUD Genteng.
Sementara itu, Ketua Komite medik RSUD Genteng, dr. Heru Purnomo Setiawan, Sp.OG (K) mengatakan bahwa untuk mencegah terjadinya resistensi antibiotic dibutuhkan penggunaan antibiotik yang rasional dan pengendalian infeksi.
Dan dengan adanya Laboratorium Mikrobiologi, RSUD Genteng dipastikan menjadi satu-satunya rumah sakit yang mampu menentukan pola kuman serta pemakaian antibiotika yang rasional. "Sedang pengendalian infeksi dimulai dari pelaksanaan protokol kesehatan yang benar terhadap diri sendiri,” katanya.
Ditegaskan, penggunakan antibiotik secara bijak tidak hanya menjadi tanggung jawab rumah sakit atau tenaga medis. Namun juga masyarakat umum. Karena itulah, sangat dibutuhkan kerjasama dan dukungan dari stakeholder, para tenaga medis dan paramedis di luar rumah sakit untuk mengkampanyekan penanggulangan resistensi antibiotik.
Direktur RSUD Genteng Banyuwangi dr Siti Asiah Anggraeni, M.MRS, melalui Humas dr Sugio, menegaskan bahwa pihaknya terus berbenah dan berupaya meningkatkan kualitas serta jenis pelayanan demi kepuasan masyarakat.
Dengan tenaga medis dan dokter yang berpengalaman, rumah sakit milik Pemkab Banyuwangi, juga berkomitmen mewujudkan masyarakat yang sehat. "Kami akan terus mengabdikan diri untuk memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas kepada masyarakat," kata Humas RSUD Genteng Banyuwangi. (*)
Pewarta | : Syamsul Arifin |
Editor | : Ronny Wicaksono |